Maaf apabila ada kesalahan pada penulisan saya benar-benar tidak sengaja melakukannya.
Aku tidak pernah membenci hujan.
Tapi aku hanya membenci dinginnya.
Aku tidak menyukai bunga.
Tapi aku hanya menyukai wanginya.
Aku tidak pernah mrmbencinya.
Tapi aku hanya membenci tingkahnya.
Aku tidak menyukainya.
Tapi aku telah mencintainya.
🌻STG🌻Setelah mengantarkan Marchel ketempat dimana mobilnya diservice. Anzel kini kembali mengendarai mobilnya sendirian di tengah malam yang gelap hampir tak ada pencahayaan karena disebabkan oleh lampu jalanan yang tiba-tiba mati tidak tahu waktu.
Anzel sama sekali tidak berjumpa dengan satu kendaraan pun, bahkan terpaan angin dikulitnya mulai terdengar karena sunyi yang teramat sunyi. Jika kalian bertanya, bukankah seharusnya ada kendaraan lain, maka jawabannya adalah, Anzel sengaja melewati jalan pintas agar dirinya bisa menikmati kesunyian.
Anzel menyipitkan kedua matanya, pandangannya kini tertuju pada mobil yang entah sejak sudah berjalan di depan mobilnya, tapi masalahnya bukan itu, sepertinya Anzel mengenal pemilik mobil itu, tapi untuk apa dia lewat sini sementara ini bukan arah rumahnya, tunggu, sepertinya Anzel tau kemana arah mobil itu berjalan, apa sebaiknya Anzel mengikuti mobil itu?, tapi bukankah itu mengganggu privasinya?.
Pertanyaan-pertanyaan itu cukup membuat kepala Anzel semakin pusing, tapi apa tidak sebaiknya Anzel mengikuti mobil itu, apakah dia tidak keberatan jika Anzel mengetahui sedikit tentang Privadinya, lagi pula dia juga pernah toh mengumbar privasnya.
Dengan penuh keyakinan Anzel menjalankan mobilnya mengikuti mobil yang berjalan sedikit labih jauh darinya, agar tidak menimbulkan kecurigaan dari sang pemiliknya.
Anzel membelalakan matanya ketika titik penglihatannya menatap pemilik mobil itu memarkirkan mobilnya di depan Gedung tua yang biasa digunakan untuk hal-hal ilegal, apa pemilik mobil itu benar-benar akan melakukan itu.
Anzel turun dari mobilnya ia menutup kepalanya dengan hodie yang ia kenakan hingga kini hanya terlihat bibir pucatnya saja. Dengan langkah pelan Anzel memasuki gerbang gedung tua yang bertuliskan 'welcome to the house boxing'dari sini saja Anzel sudah menggidikan bahunya ngeri, Anzel memanglah bukan tipe orang pemberani, tapi dia bukan juga penakut, tapi rasa takutnya selalu dikalahkan sama rasa ingin tahu yang sangat tinggi.
Anzel melihat orang yang sedang ia ikuti tampak dihadang oleh dua laki-laki yang bertubuh kekar, entah apa yang sedang mereka bicarakan suara mereka tidak terdengar begitu jelas karena adanya jarak diantara mereka.
Setelah melihat orang sedang ia ikuti itu dipersilakan masuk, langsung saja Anzel mangambil langkah untuk juga memasuki ruangan tersebut, namun dirinya langsung dihadang oleh dua laki-laki yang bertubuh besar.
"kamu mau apa?" Anzel meneguk slavinya dengan susah paya akibat suara yang terdengar mengerikan, ia juga tidak tau apa yang harus ia jawab.
"Emm, mau, mau masuk!" Anzel sedikit tersenyum demi menghilangkan canggung yang ada pada dirinya.
"Mau ngapain!" kerasnya suara itu membuat Anzel sedikit tersentak.
"Mau," Anzel menjeda kalimatnya, ia terlihat sedang memikirkan apa yang akan ia ucapkan, "Mau ikut pertandingan!, iya ikut pertandingan!" mendengar itu lantas kedua laki-laki bertubuh besar itu tertawa menatap Anzel, hal itu tentu membuat Ansel semakin panik.
KAMU SEDANG MEMBACA
Form His Diary | Haechan (end)
Roman pour AdolescentsForm His Diary. Bermula dari persahabatan antara Bagaskarey Anzel Alderian dengan gadis manis yang bernama Jesie Joane Deja. Persahabatan berjalan begitu baik, dari mereka berumur tujuh tahun, hingga keduanya menginjak umur dua puluh satu tahun. Ke...