20. Nightmare Dressed Like A Daydream

2.6K 265 58
                                    

Surpriseee!
Adakah yang masih menunggu cerita ini?😌

Ngomong-ngomong, untuk menghindari siders yang semakin banyak (keliatan lah ya readers sama votes DC beda jauh), jadi aku mau coba pakai target di part ini. 50 votes untuk update part selanjutnya! Iya aku tau bakalan lama karena votesnya selalu sedikit, makanya aku coba dulu yah.

Ku kasih Jungkook nih biar semangat vote😋

Ku kasih Jungkook nih biar semangat vote😋

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

—•—

Da In terbeliak di tempat. Kinerja otak dan tubuhnya seolah lenyap seketika. Kehadiran Jungkook dalam unit apartemennya dan Mingyu bukan sebuah kebetulan. Ketakutan terlihat jelas dari rautnya. Dari awal, Da In sudah tahu Jungkook akan menjadi bom waktu. Namun ia tidak pernah menyangka Jungkook akan meledak disaat seperti ini. Jungkook yang biasanya hanya mengancam dengan kata-kata, Jungkook yang seharusnya bisa menjadi senjata terakhirnya, malah duduk di hadapannya dengan tatapan tajam dan wajah tersenyum mengerikan.

Ini diluar kendali Da In. Prasangka pada Jungkook ternyata jauh dari realita. Jungkook lebih berbahaya. Jika awalnya Da In merasa ia dan Jungkook seperti sebuah cermin, rupanya Jungkook adalah refleksi dari alter ego yang Da In miliki. Jauh lebih kelam. Lebih menakutkan dan bisa merenggut nyawa tanpa harus mengotori tangan. Jungkook seperti mimpi buruk yang berkamuflase sebagai lamunan di pagi hari.

Duduk berhadapan dengan netra saling memandang dengan tajam, tidak sedikit pun menggoyahkan Da In untuk tetap berusaha terlihat tidak gentar. Seraut dengan pria dihadapannya, mencoba menerka-nerka isi kepala Jeon. Satu keyakinan Da In saat ini, Jungkook tidak akan bertindak lebih jauh dari memberikan sebuah ancaman. Tidak pula akan menyakiti Da In dengan tangannya sendiri.

"Apa rencanamu, Jungkook?" vokal Da In memecah nyenyat yang meliputi ruangan. Melipat kedua tangan di depan dada dan kaki yang menyangga kaki satunya naik ke atas paha.

Tak lantas menjawab, Jungkook tersenyum dari seberang meja. Menyandarkan punggung pada sofa abu-abu dengan tatapan masih lekat pada manik Da In—menusuk ke dalam jiwa. "Kau?" Lebih terdengar seperti pertanyaan daripada jawaban.

"Menghancurkan Taehyung." Da In masih terdiam mendengar Jungkook berujar. Tidak ada perubahan dari ekspresi wajahnya. Masih berusaha terlihat tenang dan dominan.

"Aku tahu kehadiranmu akan membawa kehancuran untuk Taehyung. Itu sebabnya aku bersedia membantumu. Jadi, aku tidak perlu repot-repot untuk mengeluarkan tenaga."

Da In melepas lipatan tangan. Tidak lagi berusaha menutupi kebingungan yang berusaha disembunyikan. Kepalanya menunduk sekilas mencoba mencari celah dari perbincangan itu. Jelas akan terjadi kesepakatan lain malam ini. Sementara Da In benar-benar tidak memiliki apapun untuk dipertaruhkan.

"Apa rencanamu, Jeon Jungkook?" Ulangnya lagi setelah mendongakkan wajah. Kali ini penuh dengan penekanan pada tiap frasa yang terucap. Daksa serta atmanya sudah terlampau lelah. Tidak ada cukup tenaga untuk Da In melakukan perdebatan.

Dangerous ChoiceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang