33. To Spend A Birthday

1.6K 186 70
                                    

halo! sudah lama gak update cerita ini :( ada yang masih nunggu kah? sorry it took a loooong time to came back here

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

halo! sudah lama gak update cerita ini :( ada yang masih nunggu kah? sorry it took a loooong time to came back here.

kaget banget, seingatku terakhir kali update cerita ini votesnya masih 3k-4k(?) agak lupa mweheh, tapi sekarang sudah 7k??? what did i do to deserve this? t__t makasih banyak semuanya yang baca dan apresiasi ceritaku, love you all!

yang vote semoga harinya menyenangkan. yang gak vote semoga hari kalian gak ada minggunya😋

Jam menunjuk pukul sebelas siang. Da In masih berjalan menyusuri trotoar tanpa arah tujuan usai turun dari bus yang membawanya ke pusat kota. Siang ini Valley Hills diselimuti awan hitam serta angin kencang menerpa ujung dress yang Da In kenakan. Aroma lembab yang menguar menandakan hujan akan segera turun. Mengurungkan sejenak keinginan untuk berjalan lebih jauh mengitari perkotaan, tungkainya mengarah pada sebuah café di ujung persimpangan. Membuka pintu yang menciptakan suara lonceng berdering memenuhi ruangan. Netranya menyisir sejenak sebelum berhenti pada counter dan membuat pesanan. Sekali lagi matanya mengamati satu per satu meja kosong yang tersisa. Sebenarnya, Da In ingin duduk di dekat jendela agar dapat melihat pemandangan di luar, tapi semuanya sudah terisi penuh. Hanya ada meja di pojok dan satu pengunjung yang sedang duduk di sebelah meja kosong di sana, fokus pada gawai yang digenggam. Entah kebetulan macam apa, namun Da In tersenyum hingga garis matanya melengkung senang.

"Hai!" Sapa Da In lalu duduk pada kursi kosong di depan pria yang kini terdistraksi dari kesibukan pada ponsel.

Kedua mata pria itu membola. Terkejut atas kehadiran Da In. "Apa yang kau lakukan di sini?"

"Di luar mendung, jadi aku berhenti di sini dan menunggu hujan turun. Kau? Apa yang kau lakukan di sini, Kook?" Da In menimpali pertanyaan dengan semangat. Kedua tangannya terlipat di atas meja. Tersenyum sumringah atas insidental yang terjadi hari ini. Meski tidak dipungkiri, benaknya tengah bergemuruh tanpa sebab sejak ia berjalan menyusuri kota dari pemakaman.

Jika diingat, sudah cukup lama mereka tidak bertemu. Terakhir kali adalah di pemakaman Mingyu atau hari sesudahnya. Da In tidak begitu ingat, sebab saat itu dia bertemu banyak orang pun dia enggan mengingat hari penuh duka itu. Ada rindu untuk menjahili Jungkook sesekali. Mungkin sebab mereka seperti membagi sel otak yang sama, keduanya kerap merasa cocok untuk bersama. Da In sama sekali tidak berniat meromantisasi hubungannya dengan Jungkook. Meski pernah satu atau dua kali melakukan hal-hal seksual, tetap saja Jungkook bukan orang yang Da In inginkan untuk mengisi hatinya. Semua tahu siapa yang sebenarnya Da In inginkan.

"Apa kau baru saja pergi ke suatu tempat? Ada apa dengan dress ini? Tidak biasanya kau menggunakan pakaian eksentrik di siang hari."

Menunggu pelayan meletakkan pesanan Da In ke atas meja, lantas Da In meraihnya dan menyesap perlahan sebelum menjawab pertanyaan Jungkook. "Mengunjungi Mingyu dan kakakku."

Dangerous ChoiceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang