5. Rahasia Kecil

3K 381 56
                                    

Updatenya cepat kan meskipun belum rame? Gapapa deh, daripada yang sudah vote nunggu lama.

Setelah part ini, mungkin alurnya akan maju-mundur. Ada flashback yang diceritakan. Gak cuma tentang rencana saat ini, tapi juga masa kelam Da In dan orang-orang disekitarnya. Lebih rumit. Sengaja. Biar kalian ikut mikir juga, penasaran, terus mau vote biar aku update lebih cepat hehe😜💜

Happy reading, luv!

Berakhir di sebuah kelab malam, Da In menghabiskan tiga seloki secara beruntun, pun masih terus menerus menantang limitnya. Jika saja Mingyu tidak datang dan menahan Da In untuk kembali memesan, mungkin dia akan menghabiskan sebotol penuh alkohol. Mingyu menyadari raut wajah Da In tidak menunjukkan baik-baik saja.

Duduk pada kursi kosong disebelah Da In, Mingyu menengadahkan tangan. Da In tahu yang Mingyu maksud. Hendak memberikan jawaban, namun dengan raut wajah Da In cukup membuat keheningan diantara mereka terjawab dengan sendirinya.

"Oh, tidak! Kali ini apa lagi, huh? Saat itu kau melempar kunci mobilku ke sungai ketika bertikai dengan Jimin. Menabrakkan mobilku saat kita berdebat dijalan. Lalu, sekarang apa?"

Da In memalingkan wajah. Menatap Mingyu dengan kedua mata membulat. Menunjukkan seolah dia sedang perang batin dan tidak ingin diganggu sementara.

"Tidak, Da In. Hentikan tatapanmu! Tidak lagi! That's it. Aku tidak akan membeli mobil lagi. Gunakan saja kendaraan umum!" geram pria jakung itu kemudian meninggalkan Da In sendirian. Sebal. Bukan sekali dua kali Da In merusakkan mobilnya. Tidak sekali dua kali pula mereka berdebat dengan hal yang sama. Keduanya menjadi kelemahan satu sama lain.

Bagus. Ini yang Da In butuhkan sedari tadi. Sendirian tanpa ada yang mengganggu. Ingin menenangkan diri ditemani alkohol yang sudah menyapa di atas counter bar.

Da In mengeluarkan sesuatu dari saku jaket di atas meja. Sebuah bungkusan kecil berisi serbuk putih. Seutas senyum simpul terulas. Buru-buru Da In mengeluarkan serbuk dari tempatnya. Meletakkan disela-sela antara jari tengah dan telunjuk. Lantas menghisap dalam-dalam heroin dari tangan.

Butuh beberapa menit hingga heroin yang baru saja Da In konsumsi bereaksi. Memutar tubuh guna memperhatikan lantai dansa, Da In duduk termenung memperhatikan riuhnya pemandangan di depan. Da In tidak suka berada ditengah hiruk pikuk orang-orang kehilangan akal itu saat ia dalam keadaan sadar. Dia lebih memilih untuk menjauh dan menyendiri. Hingga kemudian seseorang yang begitu familiar melintas dihadapannya.

"Jungkook!" pekik Da In bersemangat. Wajah murungnya hilang seketika. Sementara pemilik nama langsung menoleh. Tertegun sejenak melihat presensi Da In disana.

Jungkook hendak memesan minuman sebelum Da In menarik pergelangan tangannya. Menempatkan Jungkook pada bangku kosong yang sebelumnya Mingyu tempati.

"Omong-omong, kau sendirian saja?"

"Apa kau berharap Taehyung hyung juga ikut bersamaku?" Sahut Jungkook tepat pada sasaran. Gadis itu hanya tersenyum dan kembali memutar tubuh, memesan minuman. Entah sudah berapa banyak alkohol yang ia minum dan kalian lihat sendiri dia masih delapan puluh persen dalam keadaan sadar.

"Jungkook?" Panggil Da In memecah keheningan sesaat diantara mereka.

"Hm?" deham Jungkook tanpa menoleh pada lawan bicara, malah memperhatikan kerumunan sesak di lantai dansa dan menyandarkan tubuh pada counter bar. Sementara Da In mampu melihat wajah pria itu dengan jelas sambil bertopang dagu. Tampan.

"Sungguhan, aku menyukai Taehyung." Kini pandangan Jungkook beralih pada Da In yang barusan bersuara. Melirik dengan posisi tidak berubah. "Apa kau tidak ingin menjodohkanku dengannya?" sambung Da In.

Dangerous ChoiceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang