Sorry for this very late update. No more challenges :)
Tapi kalau 200 votes aku double up wk.⚠️4,5k+ words.
Enjoy, x.
TW // Mature Contents.
—
Sebuah malam yang berisi obrolan ringan, saling berbagi afeksi pada sebuah dekapan hangat di tengah musim dingin, cerita dan canda yang memenuhi ruang kosong di antara mereka, biarlah menjadi reminisensi indah di musim dingin ini. Tepat saat hari menjelang fajar, pukul empat pagi, Da In menemukan kesadarannya. Terbangun dalam rengkuhan Taehyung yang masih pulas terlelap. Menggeliat perlahan, enggan membangunkan Taehyung, Da In lantas mendongak memindai wajah teduh pria di hadapannya. Tangannya menelusur lembut pada kedua netra terpejam dengan bulu mata lentik, garis hidung tinggi, serta bibir penuh kemerahan yang menjadi salah satu bagian favoritnya. Da In tersenyum sebelum menanamkan sebuah kecupan singkat.
Da In merasa beruntung bisa memiliki satu memori hangat yang bisa dikenang jika dia bisa bertemu musim dingin mendatang. Setidaknya, bersama Taehyung bisa memberikan kebahagiaan yang sukar ia dapat semasa hidupnya—kehangatan yang terasa sama saat ia masih bersama dengan Hoseok. Tepatnya saat Da In membuka kedua mata pagi ini, dia tersadar telah terjatuh amat dalam. Jauh lebih dalam dari rasa lain yang pernah singgah di hatinya. Pun ia tahu, jika dia melibatkan perasaan sebelum masalahnya tuntas, maka dia akan menemui kehancuran di tengah jalan.
Maka setelah mendapat penuh kesadarannya kembali, Da In segera beranjak dari ranjang dan keluar dari kediaman Kim sesegera mungkin. Seperti yang ia duga, pengawal utusan ayahnya masih ada di depan sana. Benar-benar patuh untuk mengikuti Da In kemana pun ia pergi. Da In mengembus napas sebelum melangkah menjauh dari sana. Berjalan menuju halte bahkan saat hari masih gelap. Memutuskan untuk pulang ke rumah ayahnya dan kembali menyusun rencana yang bisa membuatnya menghentikan Jimin. Apapun yang harus dikorbankan, selama tidak lagi ada pertumpahan darah, maka Da In bertekad untuk merampungkan apa yang ia mulai. Mungkin hanya ada satu lagi kematian yang menanti; dia atau Jimin. Pada titik ini, Da In yakin dia bisa meloloskan timah panas untuk meledakkan kepala pria itu atau sekadar menusuk dadanya hingga bercucuran darah.
—
Seperti yang Seokjin katakan kemarin, keluarga Song mengadakan makan malam hari ini. Sebuah acara yang paling Da In hindari dan enggan untuk ia hadiri. Jika bukan karena Da In kelelahan untuk menghindar, mungkin saat ini wanita itu sudah tidak di sana. Meninggalkan rumah ayahnya yang hingga kini tetap memberikan mimpi buruk untuk Da In. Memperburuk luka Da In yang terlanjur menganga. Belum lagi makan malam ini terjadi sebab Seokjin berencana membahas pernikahannya dengan Jimin. Da In seolah dipaksa untuk memutar serebrum agar ketakutannya tidak terjadi lagi. Menikah dengan Jimin tentu merupakan salah satu dari sekian banyak mimpi buruk Da In.
Namun saat ini, Da In tetap berjalan mengikuti tungkainya melangkah. Memakai dress yang ia beli dari situs belanja online siang tadi. Menggunakan riasan sederhaa, tidak ingin tampil mencolok. Terlebih jika membuat Jimin beranggapan dia menampilkan sisi terbaiknya untuk pria itu.
Seperti yang Da In duga, meja makan berisi hidangan panas yang memenuhi dari ujung ke ujung lain. Ayah duduk di sudut horizontal menghadap ke tengah meja. Di satu sisi, Seokjin dan Mina duduk berdampingan, sementara di sisi lain sudah ada pria yang palin enggan Da In temui. Pria yang membuatnya muak hanya dengan berada di sekitarnya tanpa menatap wajah angkuh itu. Sayangnya, Da In tidak memiliki pilihan selain duduk di sebelah Jimin. Terlebih saat pria dengan sejuta sandiwaranya mulai menyambut kedatangan Da In dengan senyuman. Menarik kursi di sebelahnya untuk mempersilahkan Da In duduk.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dangerous Choice
FanficMature Contents🔞 Sepulangnya ke Valley Hills, salah satu kota kecil yang cukup maju di Korea Selatan, Song Da In dihadapkan dengan dua pilihan yang sama-sama tidak memberikan keuntungan. Kedua pilihan memiliki konsekuensi besar terhadap hidupnya. D...