00. Sebuah Ajakan

882 86 4
                                    

Hari ini Gianna baru kembali ke apartment-nya menjelang pukul tujuh. Tadi pagi ia juga meninggalkan apartement pukul tujuh, jadi dapat disimpulkan selama dua belas jam ini ia sibuk beraktivitas.

"Capek..." keluhnya sembari meletakkan tas di kursi kemudian mengambil ponsel lalu disambungkan ke speaker.

Gianna mendecak saat lagu yang terputar adalah When You're Gone milik Avril Lavigne. Ia lantas menekan option next agar lagu berganti. Namun lagi-lagi ia mendecak kesal karena lagu berikutnya adalah Happier milik Olivia Rodrigo.

"Ini playlist apaan, sih," serunya. "Ya playlist lo sendiri, bego," lanjutnya masih mengomel.

Cepat-cepat Gianna mengganti lagu sebelum ia kembali terlarut dalam kesedihan. Kali ini ia dengan sadar memilih album Ceritera milik Hivi untuk mengisi sepi di apartment yang ia tinggali sendiri.

"Yang penting bukan lagu abis putus, lah," ucapnya sembari beranjak berdiri dan bersiap mandi.

Selama mandi, Gianna mengurutkan aktivitasnya sejak pagi tadi. Diawali dengan kuliah tiga sks, lalu jeda satu jam ia gunakan untuk makan siang dengan teman-temannya, kemudian dilanjut lagi kuliah dua dan tiga sks berturut-turut.

Kegiatan kuliahnya berakhir pukul lima, kemudian berlanjut dengan sebuah pertemuan bersama beberapa orang pengurus BEM Fakultas.

Nah, ini yang harus dipikir.

Pertemuan tadi bisa dibilang cukup serius. Revi, salah satu temannya yang juga bergabung di kepengurusan BEM mengajak Gianna untuk bergabung dengan kepanitiaan Music Festival.

"Lo udah dua tahun berturut-turut jadi panitia, Gi. Gue pikir lo cukup kompeten untuk jadi koordinatior divisi tahun ini,"

Gianna mengerjap beberapa kali. Sebetulnya ia sudah menduga tawaran ini akan datang, tapi tidak disangka akan benar-benar datang.

"Koordinator divisi apa?" tanya Gianna.

"Acara," ucap Revi dengan senyum kecil.

"Hah..., kenapa gue, Rev?"

"Karena berdasarkan informasi yang gue dapat, lo bisa bekerja dengan baik, kesalahan yang lo lakukan selama event juga minor banget, dan gue sendiri yakin lo memang mampu ada di Music Fest tahun ini,"

Gianna meringis. Ya itu kan karena dia anggota divisi, kalau jadi koordinator? Duh...

"Nggak harus dijawab sekarang kok, Gi," ujar Revi.

"Udah ada siapa aja yang mau jadi panitia inti?"

"Ada Mario, Wisnu, Sarah, Mayang, Rendy, sama Raesaka. Tapi dia masih fifty-fifty juga, sih. Kayaknya ospek juga mau narik dia,"

Gianna mengangguk paham. Nama yang disebutkan Revi tadi memang teman-temannya di kepanitiaan Music Festival sejak maba.

"Kalau memang nggak mau nggak apa-apa kak," ucap Kinan, adik tingkat yang menemani Revi hari ini. "Tapi harapannya, sih, Kak Gia mau,"

Gianna terkekeh. "Mikir dulu ya, Nan? Dua hari deh..."

Kinan lekas mengangguk dan tersenyum. "Boleh kak. Oh iya, kakak ada usul nggak yang bisa jadi koordinator usaha dana sama ticketing?"

"Coba ke Rena sama Mega,"

"Wah iya," seru Revi. "Kok gue bisa lupa sama Renata,"

"Kak Renata kira-kira mau nggak, kak?" tanya Kinan lagi.

Gianna terbahak. "Pasti mau, tenang aja,"

Selepas mandi, Gianna kembali duduk di sofa ruang tamu dan memainkan ponselnya. Karena merasa butuh pertimbangan, gadis itu mencoba menghubungi teman-temannya.

CommitteeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang