18. Next Level

343 70 11
                                    

"Kok lu nggak ada semangat-semangatnya, sih, menyambut semester baru?" tanya Tasya saat pagi itu mereka bertemu di kampus.

"Emang lu semangat?" balas Gianna.

"SEMANGAT LAH," seru Tasya. "Semester ini gue harus bisa kelar sampai bab tiga,"

Gianna mengerutkan kening heran. "Ini gue ke kampus buat promosi mufest di pra-ospek, loh. Bisa-bisanya lu malah bahas bab tiga,"

Tasya terkekeh. "Sebenernya gue cemas banget, nyet. Ini sebuah upaya menyemangati diri sendiri,"

"Tenang, tenang. Sekarang kita jalani dulu yang di depan mata," ujar Gianna. "Sana buruan ke dekanat, katanya janjian jam delapan,"

"Eh, lu tau nggak gue jadinya nge-MC Dies Natalis sama siapa?"

"Biasanya sama Mas Gilbert," jawab Gianna. "Eh...udah lulus ya dia?"

Tasya mengangguk. "Coba tebak, kira-kira sekarang sama siapa?"

"Anak angkatan kita? Cowok?"

"Bener, ayo coba sebut nama,"

"Michael? Dewo? Yuda?"

"Salah," jawab Tasya. "Gue nge-MC sama Dion Baskara,"

Gianna terbahak. "Seriusan? Sama Aska?"

"Iye anjir, gue takut jadi acara lawak," ucap Tasya. "Ini gue mau ketemu sama dia juga,"

"Good luck, Sya," ujar Gianna sembari masih tertawa.

Kemudian keduanya berpisah di persimpangan, Gianna menuju titik kumpul yang sudah disepakati panitia sedangkan Tasya menuju dekanat.

"GIAAA," seru Sarah heboh, padahal wajahnya masih mengantuk.

"SARAAAHH," balas Gianna.

Dua perempuan ini lalu berpelukan seolah sudah lama sekali tidak berjumpa.

"Gue mau dong pelukan juga," celetuk Reno yang langsung melingkarkan tangannya memeluk Gianna dan Sarah.

"Idih, bisa lu begitu," celetuk Mario.

"Iri? Bilang bosss," balas Reno. "Enak kan, jadi gue?"

Sarah tertawa. "Lu makin gembul ya, Ren,"

"Ya Allah neng, ngga boleh body shamming gitu," ucap Reno. "Tapi iya, sih. Liburan naik empat kilo, timbangannya salah kayanya,"

"Enak tau kalau dipeluk," ucap Gianna.

"Ih ya ampun, denger ngga lu Gianna bilang apa? Enak meluk gue," ujar Reno heboh.

Yang lain mendengus mendengar ucapan Reno. Tapi karena Arsenio memang social butterfly, jadi tidak ada yang heran dengan tingkahnya yang benar-benar bisa masuk hampir ke semua circle pertemanan.

"Temen gue mana, Gi?" tanya Sarah setelah mereka kembali duduk.

"Temen lo?"

"Tetangga lu,"

"Ooh..." ucap Gianna. "Mana ya? Tadi barengan gue, sih. Tapi di toilet gue ketemu Tasya, terus misah, nggak tau dia ke mana,"

Sarah mendecak. "Ngerokok tuh biasanya,"

Gianna mengangguk. "Bisa jadi. Galih, Wisnu, belum pada sampai sini juga, kan,"

"Lo liburan pdkt ya? Close friend-nya Saka muka lo mulu,"

Gianna tertawa dan mengedikkan bahu. "Nggak tau, deh,"

"Ihh, kok gituuu," ujar Sarah. "Saka gue tanyain juga jawabnya nggak jelas,"

CommitteeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang