Hanya jeda dua menit setelah ia mengirimkan nomor kamarnya, Raesaka mendengar ketukan pintu.
"Hai..." ucap Gianna.
"Mau masuk, Gi?"
Gianna menimbang-nimbang sebentar lalu akhirnya mengangguk.
"Boleh, deh," jawab Gianna kemudian keduanya melangkah masuk dan duduk di sofa ruang tamu yang tadi ditempati teman-temannya.
"Kenapa?" tanya Raesaka.
Gianna mengulurkan dua gelas es kopi. "Gue minta maaf..." ucapnya pelan dan bingung.
"Eh? Maaf kenapa?" Raesaka ikut bingung.
"Kemarin.... waktu di sate padang," ujar Gianna. "Sori ya, jadi agak nggak enak gitu,"
Raesaka menggumam paham. "Nggak apa-apa, Gi. Santai aja,"
Gianna terkekeh. "Gue nggak enak aja sama lo, kita jadi diem awkward gitu. Jadi ini buat permintaan maaf sama ucapan terimakasih karena udah ditebengin ke kampus dan ditraktir makan,"
Raesaka menyandarkan tubuhnya ke sofa lalu tertawa. "Ada-ada aja lo,"
"Ya gimana, gue kepikiran," Gianna tertawa kecil karena merasa tingkahnya konyol juga.
"Btw, Gi,"
"Apa?"
Raesaka berpikir, sebaiknya ia bertanya atau tidak? Ia merasa kurang nyaman dengan informasi yang disampaikan Devan tadi.
"Sori kalau ini kelewatan, tapi cowok kemarin siapa, sih? Kok mood lo langsung drop gitu?" tanya Raesaka pelan. "Tapi lo boleh nggak jawab," lanjutnya.
"Mantan gue," jawab Gianna dengan hela napas yang agak panjang. "Sama cewek barunya,"
Ternyata benar informasi dari teman-temannya. Lalu bagaimana ini? Lanjut bertanya atau sudah begini saja?
"Tadi Devan cerita, soal cewek barunya mantan lo," ucap Raesaka pelan. Namun ia bisa merasakan Gianna menoleh dengan cepat.
"Oh iya, Devan kenal ya sama Dinda?" ucapnya seperti baru tersadar.
"Iya, tadi dia cerita," ucap Raesaka lalu mengulang kisah yang disampaikan Devan. Juga menceritakan awal mula teman-temannya tau mereka sempat makan bersama hingga akhirnya membahas Ale dan Dinda.
Gianna tertawa kecil. "Kalian yang baru denger ceritanya aja bisa langsung menyimpulkan dengan benar. Gue setahun pacaran isinya denial doang tiap dikasih tau,"
"Ya kan kita posisinya penonton, Gi. Pasti lebih objektif karena bisa liat semua sisi. Sedangkan lo, pasti ada bias-nya karena Ale pacar lo,"
"Gue makin merasa bego, deh, Res,"
Raesaka tersenyum. "Enggak, Gianna, itu normal. Udah lewat juga, jangan terlalu disesali,"
"Ck, bisa aja lo ngomongnya," celetuk Gianna. "Ya udah, gue balik, deh. Malah keterusan curhat,"
"Eh, jalan-jalan yuk, Gi. Gabut nggak?" tanya Raesaka tiba-tiba. Ia juga merasa impulsif dengan pertanyaannya.
"Jalan-jalan kemana?"
"Ke supermarket bawah,"
Gianna terkekeh. "Ooh, mau ditemenin belanja?"
"Ya...sekalian," jawab Raesaka. "Bosen makan junkfood,"
"Ya udah yuk. Gue ambil dompet dulu, sekalian belanja juga,"
Raesaka mengangguk. "Gue tunggu di depan lift,"
KAMU SEDANG MEMBACA
Committee
Short Story"Males dah organisasi periodenya setahun, lama. Mending panitia aja ga sih? Paling lama enam bulan."