Saat Raesaka berkata bahwa teman-temannya lebih dari sekadar teman kuliah, he really mean it.
Kepergian ibunya tiga tahun lalu menyisakan kesedihan yang mendalam bagi Raesaka serta ayah dan kakaknya.
Aska, Yuda, Brian, dan Devan adalah orang-orang yang ia percaya untuk mendengar ceritanya. Keempat orang ini tidak pernah menghakimi kisahnya, tidak ada yang menyepelekan kesedihannya, dan memang hanya itu yang Raesaka perlukan.
"Udah mendingan, Sak?" tanya Devan.
Tidak ada yang benar-benar mereka lakukan di sana, hanya menemani Raesaka agar lelaki itu tidak terkurung dalam kesedihannya sendirian.
"Udah, lo kalau pada mau balik nggak apa-apa, sih," ucapnya sembari menatap temannya satu persatu.
"Gue udah bawa baju, nginep aja ye," ujar Brian yang sedang memasang kabel PS. "Eh, ini boleh main, kan, Sak?"
Raesaka tertawa. "Udah lu pasang anjir. Sana, dah, main,"
Lelaki itu membiarkan teman-temannya berisik bermain PS sedangkan ia kembali membuka laptopnya.
"Lo tadi abis ngapain?" tanya Aska yang tiba-tiba berpindah ke sampingnya.
Aska adalah teman dekat pertamanya di kampus. Keakraban keduanya berawal dari nama panggilan yang mirip, Aska dan Saka.
Raesaka tidak pernah memperkenalkan diri dengan nama Saka. Ia selalu menyebut dengan lengkap, Raesaka. Namun, sepertinya orang-orang merasa namanya terlalu panjang untuk dipanggil, jadilah ia lebih sering dipanggil Saka.
Sedangkan Aska, lelaki ini merasa namanya terlalu bagus jika disebutkan dengan lengkap. Ia tidak pernah memperkenalkan diri dengan nama Baskara, selalu versi singkatnya, Aska.
Karena sering bertemu akibat orang-orang kerap salah sebut, Raesaka dan Aska akhirnya menjadi akrab hingga memasuki tahun ketiga kuliah.
"Gue mau ngehapus file lama," jawab Raesaka. "Malah nggak sengaja kebuka folder fotonya mama,"
Aska menggumam paham. "Main ke tempat mama, udah lama kan lo nggak ke sana,"
"Iya. Hampir satu semester ini gue nggak ke makam mama,"
"Besok aja lo ke sana. Kelas Pak Fuad kosong, kan,"
Raesaka mengangguk. "Berat banget, Ka. Pusing gue,"
"Wajar, bro. Gue yang udah lama aja masih suka sesek kalau inget bunda. Normal banget kalau lo masih sedih dan kepikiran,"
Ini juga yang menyebabkan keduanya dekat, latar belakang kehidupan yang cukup serupa.
"Iya dah, besok gue ke tempat mama,"
**
Pukul sebelas siang ini Gianna sudah kembali dari kampus karena kuliahnya dipindah ke hari kemarin. Di parkiran apartment ia bertemu dengan Aska dan Devan.
"Aska," Gianna menyapa. "Ngapain?"
"Abis dari tempat Raesaka," jawab lelaki itu. "Eum.., Gi, lo sibuk nggak?"
Gianna menggeleng. "Kenapa, tuh?"
Aska dan Devan saling lirik bingung.
"Mau minta tolong kalau nggak ngerepotin," kali ini ujar Devan. Tidak ada obrolan sebelumnya, tapi Devan dan Aska tiba-tiba saja sudah sepaham.
"Kalau bisa gue tolongin," jawab Gianna.
"Mau titip Saka," ujar Devan lagi. "Eh, maksudnya Saka lagi kurang sehat, terus misal dia kenapa-napa dan kita nggak bisa langsung ke sini, lo kan deket Gi..."
KAMU SEDANG MEMBACA
Committee
Short Story"Males dah organisasi periodenya setahun, lama. Mending panitia aja ga sih? Paling lama enam bulan."