22. Pembubaran Panitia

441 75 30
                                    

Satu bulan berlalu setelah music festival terlaksana. Hari pembubaran panitia akhirnya tiba juga setelah perdebatan tanggal yang tak kunjung mencapai kata sepakat. Semuanya ingin ikut, semuanya ingin punya memori yang sama, tapi nyatanya memang tidak memungkinkan.

Gianna menyandarkan tubuhnya di kursi sembari mendengarkan Mario menyampaikan kata sambutan yang berisi ucapan terima kasih atas kerja kerasnya, permintaan maaf jika selama berkegiatan ada perkataan dan atau perilakunya yang tidak mengenakkan, serta ucapan semangat bagi mereka-mereka yang masih akan bergabung di kepanitiaan ataupun organisasi.

"Ini jadi kepanitaan terakhir ya buat angkatan kita," ucap Sarah.

"Iya, cepet banget tiba-tiba semester tujuh," respon Gianna. "Udah tiga kali ya, Sar, kita ikut pembubaran panitia mufest,"

Sarah tertawa pelan. "Kita duduknya juga sampingan mulu,"

Gianna mengangguk membenarkan. "Minggu depan BEM Fakultas juga lengser, bener-bener udah tamat, nih, angkatan kita," ujar Gianna lagi.

"Ah gila, gue masih nggak nyangka," ucap Sarah. "Pingin cepet-cepet beres skripsi, tapi gue nggak tau mau ngapain habis itu,"

Gianna terkekeh. "Yang masih besok jangan dipikir sekarang, Sar,"

Sarah menatap temannya lalu mengangguk. "Pikirin bimbibgan besok rabu dulu nggak, sih,"

"Aduh iya," ucap Gianna lesu. "Tapi sekarang kita mikir makan aja nggak, sih, Sar. Itu udah pada berdiri ambil makan,"

Sarah menoleh ke arah yang ditunjuk Gianna dan mendapati teman-temannya sudah mulai beranjak mengambil makan. Keduanya ikut beranjak dan mengambil sesuai kebutuhan lalu kembali ke kursi mereka dan melanjutkan obrolan. Kali ini ditambah pula dengan kehadiran Mayang dan Jihan.

"Gue masih kaget loh, Gi, lu tiba-tiba pacaran sama Saka," celetuk Jihan.

"Dih, kok kaget?" balas Mayang. "Bukannya udah keliatan dari awal-awal?"

"Ya kirain bercandaan doang. Taunya jadi beneran," 

"Gimana sama Saka?" tanya Mayang. 

Gianna tertawa pelan. "Gimana apanya, May?"

"Baik, kan? Nggak aneh-aneh?"

"Ya baik, lah, dongo," sahut Jihan. "Pertanyaan lu ngada-ngada,"

Mayang terkekeh. "Kali aja kan abis jadi pacar ternyata anaknya freak,"

"Lo emang nunggu mufest kelar dulu baru go public?" tanya Jihan yang sepertinya benar-benar penasaran.

Gianna mengangguk. "Selain itu juga emangnya gue siapa, sih, sampai harus pengumuman kalau punya pacar?"

"Ih, pengumuman dong biar semuanya tau," ucap Mayang. "Tapi gue agak kaget juga, sih, waktu tau ternyata pacarannya udah sebulanan. Kok bisa anjir selama itu nggak ada yang notice,"

"Asli, gue juga bete. Tiap minggu gue ketemu Gianna, bimbingan bareng, bisa-bisanya nggak nyadar kalau dia sama Saka udah jadian,"

Gianna lagi-lagi tertawa. "Kan yang penting sekarang udah tau,"

"Saka bucin nggak, sih? Bucin ya?"

"Hm...lumayan," jawab Gianna. 

"Aduh, tetanggan lagi," ujar Sarah. "Enak dah kalau mau ngebucin,"

"Ngebucin, tuh, ngapain anjir," jawab Gianna.

"Eh, lo gimana Sar? Jadi nggak, sih?" tanya Jihan tiba-tiba.

"Apanya?"

"Lo sama temennya Saka, udah sampai mana?"

Sarah meletakkan sendoknya. "Sama lah kayak acara ini, gue juga udah pembubaran,"

CommitteeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang