Happy New Year

359 60 9
                                    

"Kamu mah ketawa mulu!" seru Gianna kesal sedangkan Raesaka semakin tertawa.

"Kamu dari tadi ngomel mulu," balasnya.

"Nggak bisa, ah. Capek," ucapnya sambil menarik rem tangan dan mengistirahatkan kakinya.

Di hari pertama libur semester ini, Raesaka menepati ucapannya untuk mengajari Gianna menyetir mobil manual.

"Ayooo, katanya mau belajar," ucap Raesaka sembari menekan pipi gadis itu dengan jarinya.

Gianna merengut. "Susah, mati-mati terus,"

"Pelan-pelan, cantik," ujar Raesaka. "Ayo cobain lagi. Injek dulu koplingnya, terus ini geser kiri dulu baru maju. Kalau langsung kamu dorong nanti masuk gigi tiga,"

Gianna menghela napas panjang lalu mengikuti instruksi Raesaka yang sebetulnya sudah ia hapal. Tapi tetap saja sulit!

Raesaka memegang tongkat transmisi lalu menggeleng. "Salah, ini gigi tiga. Benerin dulu,"

Gianna mengerang kesal. Ia lalu mengembalikan ke posisi netral dan mengulang tahapan. "Udah nih, bener,"

"Sekarang angkat koplingnya, dikiiiit aja, sambil angkat rem juga pelan-pelan,"

Mobil mulai bergerak perlahan dan Gianna berkonsentrasi untuk mengendalikan.

"Nah, sekarang kaki kanannya pindah ke pedal gas. Tapi koplingnya jangan diangkat total,"

Gianna kembali mengikuti instruksi lelaki itu. Sekarang mobilnya sudah mulai melaju meskipun masih super pelan. "Ini harus injek kopling terus, Res?"

"Nggak, sih. Nanti kalau udah jalan lancar nggak apa-apa diangkat, tapi kaki kirinya jangan geser, tetep di situ. Kaki kanan yang pindah-pindah rem dan gas,"

Gianna mengangguk paham lalu kembali fokus.

"Pokoknya kalau mau berhenti, injek kopling dulu baru rem, biar mobilnya nggak mati," ujar Raesaka yang kembali diangguki gadis itu.

"Aku mau coba berhenti yang halus," ucap Gianna. Ia lalu menginjak kopling perlahan hingga mobil melambat kemudian baru menginjak rem.

"Netralin dulu," seru Raesaka.

Gianna meringis lalu memindahkan perseneling ke posisi netral, setelah itu mengangkat rem tangan dan barulah ia melepas injakannya dari kopling. "Damn, susah,"

Raesaka menepuk-nepuk pucuk kepala Gianna. "Keren, keren,"

"Udah, ah. Capek," ucap gadis itu lagi. "Dua jam loh baru bisa jalan...." lanjutnya setelah melihat arloji di pergelangan tangan.

"Nggak apa-apa, ada progres-nya kan," ucap Raesaka lagi. "Dua jam juga terhitung cepet kok. Kalau kamu seminggu full latihan juga nanti tiba-tiba lancar,"

Gianna menggeleng. "Nggak, deh. Aku mau matic aja,"

Raesaka terkekeh. "Iya, matic juga nggak apa-apa,"

"Makan yuk? Laper banget gara-gara mobil manual,"

Raesak mendengus geli. "Kamu yang nyetir sampai tempat makan?"

Gianna mendelik. "Bisa-bisa baru sampai nanti malem,"

Raesaka mendekatkan dirinya lalu mencium pipi gadis itu dengan gemas. "Ya udah sini tukeran,"

**

"Ini mobil siapa, sih, Res? Kamu tadi belum jawab,"

"Mobil mama," jawab lelaki itu dengan tersenyum.

CommitteeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang