Early-10

13 2 0
                                    

happyreading
-
-
-
-

"Plis Keilan untuk kali ini aja, bantuin aku"pinta Sastra, dirinya meminta bantuan Keil mengerjakan sesuatu yang penting untuk penelitiannya yang akan diperlombakan.

"Kamu bisa lakuin sendiri, kamu kan si sempurna ngapain minta bantuan aku si anak bodoh"ujar Keil santai

"Kok kamu ngomong gitu"

"Ya emang itu kenyataanya Shevana, kamu yang selalu di agung-agungkan, dimana-mana Nenek selalu pamerin kalo cucu perempuannya itu hebat pinter dan lain-lain, semua orang selalu muja-muja kamu"seru Keil dengan nada bicara sedikit keras

"Kamu iri sama aku Keilan"tanya Hambar Sastra

"Aku tanya orang mana yang ga iri sama kamu Shevana"Jawab Keil menentang

"Kamu iri sama diri aku yang ga pernah bisa jadi diri sendiri, kamu iri sama aku yang selalu di tuntut jadi paling sempurna di antara yang sempurna, kamu iri sama aku yang selalu harus turutin apa yang mereka bilang, kamu iri sama aku yang ga bisa hidup dengan kemauan ku sendiri, aku ga bisa hidup dengan jalan yang aku pilih Keil, ga bisa"Ujar Sastra emosi ditambah dengan Air mata yang menglir saat dirinya bicara.

Keil bungkam dirinya tak bisa berkata apapun lagi, Sastra tak pernah mengeluh kepada siapapun tentang takdir hidupnya, dirinya terlalu tertutup dengan apa yang dia dukakan.

"Yang seharusnya iri itu aku Keil, aku"lanjut Sastra sembari menunjuk dirinya sendiri.

"Aku yang seharusnya iri sama kamu, aku iri kamu yang ga pernah di tuntut buat jadi sempurna, aku iri kamu yang ga pernah disuruh untuk ngerubah diri kamu sendiri, kamu boleh milih jalan kamu sendiri, kamu hidup bebas tanpa tekanan apapun, Kamu ga pernah disuruh menyempurnakan diri kamu Keil, ga pernah hiks"

"Hidup kamu aman tanpa tuntuan apapun hiks, beda sama aku, apapun yang kamu lakuin jarang di komentari, kamu boleh berbuat sesuka hati kamu, kamu ga perlu mikirin apa yang bakalan mereka omongin tentang kamu hiks, jadi aku susah Keilan, jadi orang yang kamu iri ini ga enak"tekannya mengeluarkan semua yang dia rasakan.

Gundukan dukanya sudah tak memukinkan untuk disimpan lebih lama, rasa sakitnya sudah menjalar di seluruh ruang jiwanya, selama ini dirinya sudah kuat memendam rasa luka sendirian tanpa adanya sandara, dan kali ini lukanya terkuak dan dirinya sendiri yang mengutarakan.

-
-

"Itu terakhir kali gue berantem hebat sama Shevana dan besoknya dia di bawa ke Rumah Sakit"ucap Keil mengenang secuil moment diatas dirinya bersama Sastra

"Gue bodoh sebagai Kakak, bahkan waktu dia terluka batinnya dan kejadian itu di depan mata gue, gue ga nolongin dia sama sekali, kadang penyesalan itu dateng dan buat gue kaya orang gila"lanjutnya lagi

"Gue terlalu pengecut buat ngaku bahwa gue beruntung punya adik sepupu kaya dia, dulu gue bodoh, dulu gue lupa kalo yang selalu ada waktu gue susah dia, yang selalu bantuin gue ngerjain Pr, selalu bantu gue kalo ada tugas yang susah, Selalu nolongin gue kalo gue dalam masalah besar, tapi waktu itu gue lupa sama semua kebaikan dia dan semua ketutup karna gue Iri"Alunan senantiasa menyimak Setiap ucapan yang terlontar dari bibir Keil.

Keilan adalah orang yang selalu ada dalam perjalanan pahit seorang Sastra, tapi dirinya bagi orang buta yang tak pernah melihat Sastra terluka, dirinya bagai orang tuli yang tak pernah dengar seruan sendu dan rintih seorang Sastra, menutup semua akses dalam dirinya untuk tidak ikut campur atau sekedar menyeret tangan sepupunya dari hamparan luka yang terpampang jelas, dalam satu moment dimana Keil benar-benar menjadi seperti orang asing yang tak pernah mengenal Sastra dan membiarkanya dalam lingkaran luka.

--

Moment waktu itu dimana Sastra kecil adalah
primadona di sekolah dasarnya, bangku kelas 4 dia tinggalkan dan sekarang menaiki bangku kelas 5, waktu dimana benar-benar Sastra menjadi primadona.

Sastra cantik dan pintar ditambah dengan dirinya yang taat dengan agamanya, sudah para kaum adam sangat mendambakannya walaupun dengan usia yang masih sangat kecil.

Setiap hari dirinya dihadapkan dengan segerombolan lelaki yang mengaku menyukainya dan menginginkan Sastra menjadi pacarnya, mencari perhatian seorang Sastra dengan cara selalu mengunjungi Kelasnya, mengikuti setiap langkah dimana Sastra berada, bahkan tak segan untuk menyentuh Sastra.

"Aduh Sheva cantik banget sih,sama Kakak aja sini"

"Jadi pacarnya Kakak"

"Lihat ya ampun rajinnya"

"Sudah pintar, baik, cantik, rajin pula, mending sama Kakak"

Kata-kata yang hampir setiap hari beberapa lelaki itu katakan, Sastra benci di dekati dengan jarak yang dekat apalagi dengan lelaki yang otaknya seperti pedofil itu.

Setiap hari dirinya diteror dengan datangnya mereka, perasaan yang dia rasakan bagai dirinya sudah kotor karna di sukai banyak Lelaki, yang dia lakukan hanya menghindar dan memberontak, sesekali dirinya menangis mengadu kepada Alunan bahwa dirinya tak suka dengan situasi ini.

Dan hanya kali pertama dan terakhir Sastra menumpahkan keluhnya pada Alunan, untuk pertama dan terakhir Alunan melihat air mata Sastra, saat itu saat dimana Alunan sudah dekat dengan Sastra.

Melihat dan menyaksikan langsung penderitaan Sastra tak membuat Keil menolongnya, dirinya bagai orang buta dan tuli seakan tak pernah melihat dan mendengar apapun yang membuat Sastra menderita.

Dan kini Keil baru merasakannya bahwa dirinya dulu adalah manusia jahat yang membiarkan Adiknya terlelap dalam mimpi buruk pembuat luka membekas.

---

Early Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang