Early-23

11 4 1
                                    

happyreading
-
-
-
-

"Menurut analisis sementara, Sakala lebih unggul di bandingkan Utara, spekulasi ini di ambil karna, Sastra lebih banyak berbicara dengan Sakala di bandingkan Utara, namun, dalam berkegiataan Utara lebih unggul karna sering dipasangkan dengan Sastra, dan ini yang buat pusing, Sastra tidak tahu harus pilih yang mana"seru Alunan mendramatis.

Sastra tercengang sekaligus menghela nafas gusar, dengan tiba-tiba Alunan berseru seperti itu, padahal sendari tadi mereka diam, tak ada pembicaraan.

"Nih ya Sastra, menurut ku kamu tuh lebih pantes sama Sakala karna dia udah tau gimana kamu dulu, tapi Utara sweet, Sakala periang, Utara mempesona, Sakala humoris, Utara pengertian. kenapa jadi aku yang bingung, ini kamu yang disukain kenapa aku yang repot ya Tuhan"

"Dari pada kamu gila dimasa anak-anak, mending kamu tidur aja Alunan, aku pusing liat kamu ngomong terus"

Alunan menghela nafas pelan"Bener juga, mending tidur kan dari pada pusing, bukan aku juga yang jadi pemeran utama"cicit Alunan

"Okeh, aku memutuskan untuk tidur dan bay kamseupay, ih aku kenapa, astaga"heran Alunan terhadap dirinya sendiri.

Sastra menggelengkan kepalanya melihat tingkah Alunan, keanehan itu hanya dirinya yang tau dan dirinya yang menikmati dan membuat harinya berwarna.

---

bel pulang sudah berbunyi sendari tadi, namun Sastra masih berada di dalam lingkungan sekolah, lebih tepatnya dirinya dan Utara sedang berada di Perpustakaan dengan bersama satu guru yang menjadi pembimbing mereka untuk mempersiapkan Olimpiade yang akan di gelar beberapa minggu kedepan.

"Untuk beberapa rumus dan materi yang harus di hafal di lanjut besok saja, ini sudah sore, kalian boleh pulang, jangan lupa untuk dibereskan dahulu mejanya ya, hati-hati di jalan Utara dan Shevana, Ibu pamit pergi dulu ya"Ucap guru pembimbing itu.

"Iya buk"jawab keduanya kompak

Guru pembimbing sudah meninggalkan ruangan ini, hanya tinggal tersisa Sastra dan Utara yang sedang membereskan buku masing-masing.

Tak ada sepatah katapun yang mereka ucapkan, hanya suara buku-buku yang sedang di tata, setelah selesaipun keduanya sama-sama bergegas keluar dari Perpustakaan, dan melangkah keluar sekolahan.

"Kamu pulang sama siapa Sastra"tanya Utara saat melihat Sastra yang hanya berdiri di depan gerbang sekolahan

Sastra menatap Utara dengan sebuah sepedah yang ditungganginya. "Belum tau"jawab Sastra

"Mau bareng?"

Dahi Sastra mengerut bingung, "Gimana caranya, tempat duduknya cuman satu Utara"

Utara tersenyum, dan lekas turun dari sepedahnya, mendorong sepedah itu menuju tepat di depan Sastra.

"Kita jalan bareng, biar adil"seru Utara dengan senyum menerkah, dan disambut pula dengan senyum manis Sastra.

Keduanya berjalan berdampingan dengan Utara yang menuntun sepedahnya, melewati jalanan dengan berlatar sore hari dan di temani dengan canda tawa sungguh mengasikkan.

"Kamu manis Sastra, saking manisnya aku takut kamu di rebut orang lain"celetuk Utara santai

Sastra menatap kaget ke arah Utara, kenapa dia begitu mudahnya mengatakan isi hati.

"Utara, jangan suka berlebihan, belum tentu kita sama-sama"ujar Sastra lirih

Utara menatap lekat Sastra "Sastra, kadang aku heran kenapa aku suka banget sama kamu, padahal udah sering banget di tolak, tapi kenapa aku tetep suka sama kamu"

"Liat kamu senyum sama orang lain aja aku bahagia, apalagi kalo aku yang buat kamu senyum, kamu terlalu mahal buat aku yang murah"ucap Utara dengan kekehan kecil.

"Tunggui aku besar ya Sastra, jangan pergi kemana-mana, aku bakalan balik lagi nemuin kamu, dan semoga aja kamu udah suka sama aku"lanjut Utara

Sastra terdiam mendengar ucapan Utara, sembari menatap sang empu yang hendak menaiki sepedanya.

"Udah sampe rumah dengan aman, aku pulang dulu Sastra, dan inget tunggu aku sukses ya"serunya lagi dan kemudian mulai menjalankan sepedahnya, meninggalkan Sastra yang terdiam sembari menatap kepergian Utara.

-
-

"Alunan kamu bisa diem ga"ucap Sastra penuh penekanan.

Sastra lelah melihat Alunan yang banyak tingkat dan tidak bisa diam sendari tadi, dia terus terus mengecoh Sastra, menjahilinya, banyak tingkah agar dirinya di notis oleh Sastra.

"Gak asik, jangan buku terus dong"jengkel Alunan

Sastra hanya menatap Alunan jenang sembari menghela nafas berat, dan kembali melakukan kegiatannya.

"Sastra, oh Sastra, kenapa engkau cantik"

"Bagaimana dia tak cantik, karna dia cantik"

"Cantik oh cantik, kenapa Sastra cantik"

"karna memang udah cantik dari sananya"

"tetetetet"

"tamat"

Nyanyi Alunan menggunakan irama lagu bangau oh bangau, dirinya sungguh bosan hingga melakukan hal-hal nyelneh yang bisa membuat penyaksinya geleng-geleng kepala.

"Sastra oh Sastra kenapa kamu diem"

"Bagaimana dia ga diem karna lagi baca, karna lagi baca"lanjut Alunan lagi masih dengan irama yang sama.

"Sastra kayaknya aku udah sakit jiwa deh"seru Alunan histeris

"Sastraaaaaalalalala, udahan dong baca bukunya, ngobrol sini ngobrol"rajuk Alunan

"Sastra, capek ga sih sama aku yang begini"celetuk Alunan tiba-tiba

Sastra langsung mendongak menatap Alunan yang sedang menatap langit biru, dia langsung menutup bukunya dan ikut melakukan aktivitas yang Alunan lakukan.

"Aku aja capek sama diri aku sendiri, masa kamu engga"

"Manusia gak akan pernah terhindar dari kata sedih, capek, lesu, hampa, males. karna itu sifat dunia, semua perasaan itu pasti kita rasain di dunia, dan akan terus berasa kalau kita terus-terusan di dunia, beda lagi kalo kita di surga, makanya yang di cari kenikmatan akhirat, bukan kenikmatan dunia"seru Sastra dan kembali dalam kegiatannya yang sebelumnya.

---

Early Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang