happyreading
-
-
-
-Sastra dengan tenang dan damainya sedang menata buku-buku kembali ke rak perpustakaan, hari ini dia menghabiskan waktu istirahat di perpustakaan, ditemani dengan jajaran buku yang beraneka macam jenisnya.
Tubuhnya melangkah meninggalkan tempat yang bernama perpustakaan itu, kembali menyusuri lorong sekolah yang cukup ramai orang berlalu lalang, Sastra masih senantiasa membawa beberapa buku dalam genggamannya, hidupnya tidak bisa lepas dari beberapa tumbukan kertas yang berbentuk persegi dengan banyaknya rangkaian huruf-huruf yang membentuk sebuah kata itu.
Dia berjalan dengan santai, dengan arah pandangan mata yang melihat anak-anak kecil bermain kejar kejaran. Bunyi benturan terdengar, Sastra tidak memperhatikan langkahnya hingga tersenggol anak kecil yang lain, buku-buku yang ia bawa berserakan di lantai, dirinya pun sama masih terduduk di lantai koridor yang dingin.
"Sastra!"teriak Sakala saat melihat Sastra terjatuh, dirinya langsung menghampiri Sastra, Merendahkan tubuhnya guna membantu Sastra.
Tangan Sakala hendak menyentuh pergelangan tangan Sastra namun terhenti kala Sastra berucap "Jangan pegang Sakala!"ucap Sastra penuh penekanan.
Mendengar itu Sakala segera berdiri dan menggangkat kedua tanganya ke atas, dia hanya bisa melihat Sastra yang tengah memunggut satu persatu buku dan membenahi dirinya yang terjatuh tadi.
"Kamu gapapa kan Sastra?"tanya Sakala
Jawaban Sastra hanya menggelengkan kepalanya dengan wajah yang menunduk.
"Ada yang luka?, kalo ada ayo ke Uks"
"Jangan berlebihan Sakala, urusi dirimu sendiri"seru Sastra, setelah mengucap kata itu Sastra langsung melenggang pergi.
"Yang menjadi permasalahan adalah, aku ga bisa ga suka sama kamu Sastra"lirih Sakala bermonolog.
-
-Kini Sastra berada di dalam kelasnya dengan beberapa teman perempuannya, dan yang pasti disitu ada Alunan.
"Gimana hasil ribut kemaren, siapa yang menang"tanya Alunan
"Seri hasilnya, heran ga sih kenapa tuh anak-anak jablay kerjaanya ngajak berantem"
"Mereka ga punya kerjaan, kita juga ga punya kegiatan sampe ngeladenin mereka"jawab salah satunya
"Bulan mana? tumben ga keliatan, biasanya kaya setan ada di mana mana"
"Ngapai nyariin hah"ucap yang bernama Bulan.
"Sastra di panggil Buk Riyani tuh, di suruh ke kantornya gih cepet"seru Bulan lagi
Sastra bangkit dari duduknya, berjalan keluar kelas dan menuju ke kantor yang menjadi tujuan nya sekarang.
Engsel bergerak membuka pintu yang berguna menutup ruangan, sebelum membuka pintu Sastra sudah mengetok pintu tak lupa berserta salam, sang pemilik ruangan yang berada di dalam pun menjawab salam dan mempersilakan Sastra untuk membuka pintu.
Sastra berada tepat di dapan Bu Riyani yang juga sedang menatapnya"Shevana kamu bisa jadi perwakilan sekolah untuk lomba Olimpiade tahun ini?"tanya Buk Riyani
Sastra sedikit bimbang dengan pemikirannya sekarang, apa dia akan mengambilnya atau tidak.
"Ibu harap kamu menerima ini, karna susah untuk mencari kadidat lain kalau kamu menolak"
Suara tarikan nafas Sastra terdengar, dia mencoba menjernihkan otaknya sekarang dan kembali berfikir apa keputusan yang dia ambil.
"Baik buk, saya mengambil tawaran ini"ucap Sastra dengan penuh keyakinan
"Baik, kamu engga akan sendiri, karna ada dua kategori perlombaan jadi kamu akan punya patner"
"Siapa patner saya buk?"
Bu Riyani baru ingin menjawab pertanyaan Sastra namun didahului oleh suara ketukan pintu, Bu Riyani mempersilakan orang yang berada di luar untuk masuk, dan pintu pun terbukan, menampakan Utara yang selalu dengan senyuman manisnya.
Antensitas Sastra kini sepenuhnya kepada Utara yang sedang melangkah mendekat kearahnya, arah mata Sastra selalu melihat pergerakan Utara hingga berada tepat di sebelahnya dengan tangan yang terlambai sembari mengucap halo.
"Nah Shevana, Utara patner kamu, dia di bagian Matematika dan kamu yang Ipa"seru Buk Riyani yang berhasil memecahkan intensitas mata Sastra.
Sastra kembali melirik ke arah Utara yang sedang memiringkah kepalanya sembari tersenyum hangat.
--
Keduanya kini sudah berjalan bersama di lorong sekolah, dengan raut bahagia Utara yang tak hilang sendari tadi.
"Semoga kita menang ya, aku seneng banget akhirnya kita patner-an"ucap Utara
Sastra hanya menganggukan kepalanya tanpa mengeluarkan sepatah katapun.
Utara yang sendari tadi menampakan raut bahagianya kini terganti dengan senyuman sendu sembari menatap Sastra, merasa sedang di tatap Sastra mengarahkan pandanganya kepada Utara, masih dengan raut yang seperti biasa.
"Maafin aku yang udah suka sama kamu Sastra, kamu perempuan berharga yang gak seharusnya aku suka karna belum waktunya, tapi sampai nanti waktu yang udah di tentukan dan seiring berjalanya waktu menuju masa itu, aku akan tetep suka sama kamu dan berusaha buat bikin kamu suka juga sama aku"
Utara menghela nafas, dan kembali merubah raut wajahnya menjadi cerah"Semangat ya belajarnya!"serunya dan segera berlari meninggalkan Sastra yang terus melihat tubuh Utara menghilang dari pandangannya.
"Hey, ngapai kok diem ditengah jalan"seru Sakala saat melihat Sastra yang tengah berdiri sendiri dengan sorot mata kearah depan.
Sakala mengikuti arah pandangan Sastra yang tengah melihat tubuh Utara yang mulai menjauh dari pandangan dan sudah tidak terlihat lagi.
"Bergerak Sastra jangan diem aja"
Sastra tersadar dan langsung menggerakan kakinya melangkah dari tempat dimana dirinya terdiam bagai membeku.
"Jangan kebanyakan ngelamun Sastra, dulu kamu yang paling cerewet, banyak tingkah, ga bisa diem, kenapa sekarang jadi kalem, kadang aku kangen sama kamu yang selalu ganggu aku, eh sekarang malah aku yang selalu cari perhatiannya kamu, lucu ya, dunianya kebalik, kayaknya dunia suka banget deh mainin perasaan orang"jelas Sakala sembari menatap Sastra yang disambut tatapan balik sang primadona.
---
KAMU SEDANG MEMBACA
Early
Teen Fictionbulir air mata ku tak tertahan saat mengetahui semuanya. kau yang selalu menganggap ku berharga yang nyatanya terlihat tidak sama sekali di mata ku. ketika ucapmu berjanji kan bersama tapi kau lebih memilih janji kehidupan takdir. yang di mana aku t...