Early-11

13 2 0
                                    

happyreading
-
-
-
-

"Sheva kamu itu perempuan, liat Keil lebih rajin di banding kamu"omel sang Ibu saat melihat kamar Sastra yang berantakan

Mendengar seruan itu Sastra tak pernah menjawab, dirinya hanya diam mendengar seruan sang Ibu yang sama setiap harinya.

Dirinya pasti akan membereskan tempatnya, dia sudah memiliki plening sendiri, waktu, kapan dan jam berapa dirinya melaksanakan perkerjaan rumah sudah tertata rapih di kepalanya, tapi entah itu kurang 3 menit ataupun 5 menit dirinya mengerjakan tugas, pasti kata kata pedas sang Bunda keluar dari mulut, seakan-akan Sastra tak akan mengerjakanya.

--

Sastra di bebani dengan pekejaan dalam dua rumah yang berbeda, dirinya harus membantu sang Bunda dan Nenek nya dengan rumah yang bersebelahan membuat semua gerak Sastra mau itu benar ataupun salah selalu mendapat komentar.

Jika ditanya pasti dirinya lelah dengan semua tekanan itu, siapa yang tidak lelah setiap hari mendapat komentar, bukan hanya tentang kepribadian yang di komentari, fisik pun pasti mendapat giliranya, stikma dimana perempuan harus bisa semua hal itu tak kan pernah bisa di hilangkan dalam masyarakat kita.

Dimana halnya perempuan harus di tuntut sedemikian rupa agar kemampuanya bisa mencakup semuanya, jika kamu wanita Karir kamu juga harus menjadi Ibu rumah tangga seperti biasa, kalau memperkerjakan pembantu akan di bilang Suami sama anak kok di urus pembantu sih makanya jangan kerja doang bisanya masa ngurus Suami pake pembantu.

Dilain sisi kalau dirimu adalah seorang Ibu rumah tangga tanpa penghasilan pasti akan ada kata dimana jadi perempuan itu harus bisa cari duit sendiri, biar semua bisa tercukupi, gak cuman bisanya leha leha.

Ucapan yang selalu kita denger tentang perempuan, diamana hal nya kamu harus jadi apa yang orang lain mau, bahkan kebanyakan yang mengutarakannya sesama perempuan, terlihat miris tapi lumrah.

-
-

"Sheva kamu gendutan, jangan kebanyakan ngemil, anak perempuan badanya gemuk jelek"ujar sang Tante kepada Sastra

"Liat Sheva, tuh Gina hebat udah jadi Ustadzah dari kecil, hafalanya banyak, suaranya bagus contoh tuh"Seru sang Nenek kepada Sastra

"Kamu boro-boro Sheva mau gosok baju punya Bundanya, baju sendiri aja ga mau gosok, jadi anak perempuan itu yang rajin, jorok kaya gitu jadi omongan orang"Cerah sang Nenek

"Mukanya di rawat, Lihat tuh banyak beruntusanya, jangan panasan terus kamu, tambah item nanti"Ucap Tentenya Santai

"Sheva kamu apa-apa harus di suruh dulu, apa-apa harus di marah dulu, ga cape apa"Ujar sang Bunda

"kalo gini Bund, Ayah ga naruh harapan lebih sama Anakmu, Bakalan di urusin tuanya nanti, dari sekarang aja udah keliatan"Seru sang Ayah

"Kamu tuh harus kaya Sifa, Ibu nya kerja cari duit, rumahnya beres, kinclong, Ibunya ga pernah megang Sapu, ga pake disuruh, udah tau tugasnya"Neneknya

"Alah Sheva ya jorok, kalo ga disuruh ga bakal di kerjain, kerjaanya di kamar terus, kaya ada apanya tu kamar"Adu sang Tante kepada orang lain

"Coba ada kamu kaya dia Sheva Nenek seneng liatnya"

"Nilai kenapa turun terus, mau jadi apa kamu, Ayah ga bisa biayain kamu terus buat Sekolah"

"Anak perempuan kok jorok, besok kalo nikah gimana itu"serka sang Tante

"Kamu udah gede jangan apa-apa disuruh kamu bukan anak kecil lagi yang harus selalu di ngertiin"

"Harusnya Bunda kamu udah bebas tuh, gak lagi ngurusin perkerjaan rumah, kamu harusnya udah ngerti Sheva"

Seluruh kata yang selalu menyeruak bagai mendeskripsikan siapa itu Sastra, komentar yang pasti dirinya dengar dengan jelas, Hal yang selalu harus dirinya turuti kamu harus jadi dia yang ini dan itu, tanpa ada kesempatan menjadi dirinya sendiri.

Apa mereka lupa bahwa Sastra masih anak-anak, umurnya belum menginjak dewasa, masih 14 tahun, tapi sudah di tuntut sedemikian rupa, harus bisa segalanya tanpa di perintah, harus ini dan itu, mentalnya terguncang, namun dengan mudahnya Sastra mengatakan bahwa dirinya tidak apa-apa.

Sastra tak pernah mengutarakan lelahnya jadi dia, hal yang asing baginya untuk berbagi luka, Semua rasa pahit di telan olehnya sendiri, dirasa dirinya sendiri tanpa berkomentar bahwa dirinya juga tidak mau seperti ini.

Dirinya dewasa sebelum waktunya, pandai memainkan peranannya sebagai anak perempuan yang tampak bahagia namun ternyata tidak, Tapi dirinya belajar.

Hidup itu tak selalu berjalan mulus seperti jalan tol yang kamu bisa lewati tanpa hambatan, pasti jalan di hidupmu akan terdapat lubang, jalan yang bergerigil, dan masih banyak lagi.

Semua pasti memiliki rintangan dalam jalanya sendiri. Yang harus di syukuri adalah kamu masih bisa berjalan dalam jalan itu walaupun jalannya tidak mulus, masih banyak sekali yang lebih tak beruntung di bandingkan kita.

Lontaran kata yang selalu membuat tekanan batin itu tak bisa lepas dari kehidupan kita, kita hidup di dunia adalah sebuah ujian, Jadi tetaplah hidup untuk apa yang kamu mau, bukan orang lain mau.

Jadilah dirimu sendiri walaupun semua menentang. Kamu memilik hak sepenuhnya atas dirimu, jangan biarkan orang lain mengatur jalan hidupmu, kamu hebat saat menjadi dirimu sendiri.

---

Early Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang