happyreading
-
-
-
-"Alunan, yuhuuu!"teriak Aulin saat memasuki ruangan Alunan.
Alunan yang sudah terbiasa dengan teriakan Aulin pun menghiraukannya, dia lebih asik dengan tumpukan kertas yang di rasa tak selesai-selesai.
"Nan, pergi yuk"celetuk Aulin
"Pergi kemana, tuh lo gak liat tumpukan-tumpukan kertas di depan lo"
Aulin berdecak sebal, dia mengerti maksud Alunan bahwa Alunan tak bisa pergi saat masih banyak tumpukan kertas yang menantinya.
"Lo ga ada jadwal penting hari ini, gue bantuin selesain ini semua, habis itu kita jalan, mau gak"tawar Aulin
"Lo gak akan ngajak gue clubing kan Aul"
Aulin menatap Alunan malas"Lo mau gue niasti atau bunuh langsung, aneh-aneh, ya enggak lah, mana ada clubing pake gamis"sengit Aulin
Alunan terkekeh kecil mendengar jawaban Aulin, hari ini Aulin sangat ngegas dan galak.
"Oke lah, ayo bantuin gue, nanti kita jalan"Aulin menganguk semangat karna perkataan Alunan.
Alunan dan Aulin sibuk dengan tumpukan kertas-kertas, mengupayakan tumpukan kertas-kertas itu selesai cepat agar mereka bisa pergi refresing.
---
Aulin menghela nafas lelah, akhirnya setelah beberapa jam yang mereka lalui tumpukan kertas-kertas itu sudah selesai dan sudah tertata sesuai tempatnya.
Alunan terkekeh kecil sembari membenarkan letak hijabnya.
"Capek Aulin?"basa-basi Alunan
"Menurut Mis. Aleeza Alunan Dera"sewot Aulin
Alunan terkekeh lagi, Aulin sangat sensi, moodyan, dan agresif hari ini, sepertinya dia sedang kedatangan tamu, saran untuk kalian, jangan nekat mengusik kandang macan betina saat dia sedang hibernasi, sekali ngap kalian ngep.
---
"Mau jalan kemana?"tanya Alunan yang sedang mengemasi barangnya
"Yang penting jalan, kemananya urusan nanti"jawab Aulin santai
Alunan sudah selesai membereskan barang barangnya, keduanya berjalan beriringan keluar kantor, banyak yang menyapa keduanya, tak heran seisi perusahaan pun sudah mengetahui bahwa keduanya berteman dekat, tak ada kecanggungan di antara mereka.
Aulin membuka pintu mobil Alunan, duduk di samping sang pengemudi yang menjalankan mobilnya keluar dari wilayah kantor, menyebrangi jalan dan bertemu pengendara lain yang juga ingin menuju ketempat tujuannya.
Alunan yang sibuk menyetir, Aulin sibuk dengan iPadnya dengan Stylus pen yang terus bergerak di permukaan iPad.
Sesekali Aulin mengetukan Stylus pennya ke dagunya sendiri.
"Gue laper Alunan, kita makan dulu yuk, tapi gue pengen yang pedes-pedes"
"Omongan tetangga tuh pedes"celetuk ngawur Alunan
"Bercanda lo bener"Alunan terkekeh mendengar jawaban Aulin
"Makan bakso yang dalemnya cabe-cabean enak Kayaknya"inisiatif Aulin
"Mau cus gak nih?"tanya Alunan
"Cus lah, berangcut"
-
-Muka Aulin merah padam dan bercucuran keringat di sekitarnya, bibirnya pun tak jauh beda sudah membesar karna kepedasan namun dia tetap melanjutkan, bikin nagih katanya.
"Huhah, pedes gila"serunya sembari mengipas wajahnya mengunakan tangan
"Lagian lo aneh, segala minta cabe ekstra"
"Tapi enakk.. Gimana dong"
Alunan menggelengkan kepalanya heran. "Mau kemana lagi kita, habis ini?"tanya Alunan
"Ke Caffe, ngopi-ngopi"jawab Aulin.
"Habisin tuh cabe biar nyonyor bibir lo. Gak pake lama"
Aulin menatap Alunan sewot"Gini-gini yang ngejar gue buat jadi pasangan sehidup semati ngantri nih"
"Biasanya kalo orang banyak omong tukang boong"Aulin berdecak sebal dan kembali memakan makanannya.
-
-Destinasi kedua adalah Caffe, kunjungan mereka berada di tengah-tengah kota, Caffe yang baru dibuka, masih banyak potongan harga.
"Alunan, lo kan sekolah di luar tuh"celetuk Aulin
Alunan menganggukan kepala sembari menyeruput hot latte yang dia pesan.
"Pasti lo punya temen cowok kan, kenalin dong ke gue, dewi kecantikan singel nih"pede Aulin
"Pede banget, ngapain nyari cowo luar, cowo di sini juga bejibun Aulin"
"Masalahnya satu, gak pernah beruntung, yang gue suka masa Gus, Ustad, cowo pinter agama, pinter agamanya beda tapi"
"Satu Amin, beda iman, gimana tuh jadinya, gue puji tuhan, dia alhamdulillah, gue nyanyi-nyanyi, dia doanya pake bahasa arab"lanjut Aulin
Alunan terkekeh, sulit memang, apalagi untuk Aulin, untuk dirinya sendiri saja belum ada, calon suami maksudnya.
"Kalo orang luar kan biasanya satu agama sama gue, banyak yang ganteng juga kan"
"Terus"singkat, padat, dan jelas Alunan
Aulin menghela nafas lelah"Lo masih ada kontak mereka kan, id line, instagram, apa Whatsapp"
"Emang lo bisa Bahasa inggris?"tanya Alunan
"Lo meragukan gue I, I'm, my, you,your. He, she, her, him, his. Hus Has"
Alunan tertawa, Aulin sungguh apa adanya, tak melebih-lebihkan dirinya, tampil menjadi diri sendiri di depan semua orang, dia mengutarakan sedih tanpa topeng, dia tak pernah menyembunyikan luka dengan senyum, Alunan iri, iri dengan Aulin yang ada adanya dan bisa menjadi dirinya sendiri, dia juga menginginkan nya.
"Nanti gue cariin deh, sapa tau masih ada"
Aulin berbinar"Asik dapet jodoh"
"Pecaya diri banget lo"
"Ucapakan adalah Do.."jeda Aulin
"A."sambung Alunan
"Nah, maka dari itu. Aminin aja"
Alunan berdecak dengan tingkah Aulin. Dirinya mulai menyibukkan diri dengan ponselnya, di scrol lagi, lagi, sampai habis, tidak tau apa yang di cari.
"Nan, lo kenal dia gak?"tanya Aulin menyodorkan sebuah foto di depan Alunan.
Alunan menggelengkan kepalanya, namun masih asik meneliti foto seorang Laki-laki yang di sodorkan Aulin.
"Ganteng gak?"tanya Aulin
"Ganteng"singkat Alunan
Aulin menarik kembali tangan nya"Nama dia Astereloin Airlan Bertramana"
"Apa, itu nama apa rumus fisika sih, susah amat"
"Siapa lo Lin?"tanya Alunan
"Dia temen i-"ucapan Aulin terpotong kala pelayan Caffe datang membawa pesanan mereka.
Menikmati makanan sendiri-sendiri membuat keduanya hening, tak melanjutkan pembicaraan.
---
KAMU SEDANG MEMBACA
Early
Teen Fictionbulir air mata ku tak tertahan saat mengetahui semuanya. kau yang selalu menganggap ku berharga yang nyatanya terlihat tidak sama sekali di mata ku. ketika ucapmu berjanji kan bersama tapi kau lebih memilih janji kehidupan takdir. yang di mana aku t...