16. Perkara di Rumah Sakit

6 2 0
                                    

Happy reading.

***

Setelah dari danau, Hazel menyempatkan diri untuk melihat keadaan Aksel di rumah sakit. Saat ini Hazel duduk di kursi tepat samping ranjang Aksel, kondisi Aksel sudah membaik dan dokter pun sudah mengizinkannya untuk pulang besok.

“Zel makasih ya.”

“Harus gue yang bilang gitu!”

“Terserah lo!”

“Ih bete banget.”

“Btw Elard kok bisa ke Jerman? Setau gue dia nolak beasiswa itu.”

“Jangan ngarang deh!”

“Nggak percaya ya udah.”

“Eh tapi lo serius kan? Terus kenapa tiba-tiba Elard nerima beasiswa itu?"

"Mana gue tahu, Lo kira gue bapaknya!"

"Elard udah nggak punya bapak!"

Aksel hanya bergumam saja. Suasana hening, sudah tidak ada pembicaraan lagi. Mereka sibuk dengan pemikiran masing-masing.

Kalau yang dibilang si Aksel bener, terus Elard kenapa harus pergi ke Jerman?

“Gue pulang dulu, besok jangan lupa kabarin gue kalau mau balik,” ucap Hazel sambil berbenah diri, Hazel pun melangkahkan kaki namun Aksel menahannya.

Mereka pun bertatapan mata, beberapa detik kemudian Aksel memutuskan minta mata tersebut.

“Lo mau kejadian lama terulang lagi? Tunggu dulu.” ujar Aksel sambil mengotak-atik handphonenya.

Hazel kebingungan dibuatnya. “Ngapain? Lo aja belum sembuh sepenuhnya, sok nganterin gue segala.”

“Yang bilang gue nganterin lo siapa? Gue nggak ada tuh bilang ke lo, 'tunggu biar gue anter sampai ke rumah' pede total lo.”

Hazel kicep seketika, iya sih. Tapi, argh ....

Aksel meletakan handphonenya di samping nakas.

“Lo temenin gue dulu, maksimal 30 menit lah. Gue sendirian di sini, ingat gara-gara lo gue sampai dirawat. Lo harus bertanggung jawab sampai gue sembuh!”

“LO GILA.”

Aksel menatap Hazel dengan tajam, teriakan Hazel memekakkan telinga. Hazel hanya tersenyum tanpa merasa bersalah.

“Lo mikir deh Sel, semakin lamq gue di sini semakin malam gue pulang. Lo malah bikin gue makin celaka pulang malam-malam,” gerutu Hazel, dia tidak habis pikir dengan pola pikiran Aksel. Begonya kentara banget, batin Hazel.

“Lo mikir juga Zel, gue nyuruh lo nunggu gue nggak mau lo pulang sendirian malam-malam begini, gue udah chat teman-teman gue untuk ke sini. Buat temenin lo pulang dan mastiin lo pulang tanpa luka sedikitpun.”

Hazel mengalih ke handphonenya, mengutak-atik nggak jelas. Hazel tersentuh dengan kalimat terakhir Aksel, dia menetralkan mimik mukanya.

“Ngomong-ngomong, handphone lo belum hidup, lo ngetik apaan?”

Astaga, angkut Hazel ke Jerman Lard, nggak kuat. Sungguh Hazel sangat malu, dia berjanji tidak akan menampakan muka di hadapan Aksel lagi, tapi apa bisa?

KEZEL  [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang