Pagi itu cukup cerah meski semalaman hujan turun terlampau deras disertai petir yang menyambar. Tanah masih begitu basah begitupun ujung-ujung dedaunan dipepohonan, bahkan masih bisa tercium aroma sehabis hujan yang khas sekali. Terdengar kicauan burung-burung yang sahut menyahut seolah mereka bahagia dengan cuaca cerah pagi ini.
Pelan-pelan kelopak mata itu terbuka, pandangannya masih cukup kabur seolah ia terbangun dari tidurnya yang panjang. Ia kebingungan namun mencoba melihat sekeliling. Tidak begitu jelas tapi ia tahu ini bukan kamar yang ia gunakan.
Dimana ini?
Apa yang terjadi?
Mengerjapkan matanya beberapa kali untuk menjernihkan pandangannya lalu mencoba bangkit dari tidurnya. Ia meringis ketika merasakan ngilu diseluruh tubuhnya seolah menghantam bebatuan cukup keras atau mungkin seperti habis digebukin massa yang berjumlah ratusan.
Oke, itu berlebihan tapi kira-kira begitu kondisinya.
"Astaga! Your Highness!"
Ia menoleh ke arah suara, samar-samar melihat sosok wanita tua yang ia tahu merupakan Min.
"Oh..Min? Apa yang—" ucapannya terhenti ketika Min mendekat dengan cepat lalu memeluk tubuhnya erat. Wanita itu menangis."A-anda baik-baik saja? Katakan kalau anda baik-baik saja."
Kekehan lembut itu terdengar, "Aku baik-baik saja, meski tubuhku sakit sekali. Apa yang terjadi dan dimana ini?"
Sontak saja Min melepas pelukannya dan menatap anak itu kaget, "A-anda benar-benar sudah kembali?"
Jungkook tersenyum lebar sekali, "Iya..aku kembali, Min."
Min masih tampak syok tapi ia kembali menangis bahagia sembari terus bersyukur menyebut nama Tuhan. Setidaknya anak itu sudah kembali sadar saat ini, Min benar-benar merindukan tatapan Jungkook yang selalu dipenuhi oleh semangat. Sedangkan Jungkook hanya bisa tersenyum sembari terus menenangkan Min yang menangis tanpa bisa berhenti.
Serindu itu padanya?
Setelah beberapa menit akhirnya tangisan Min dapat berhenti, wanita itu sesekali masih terisak meski tidak separah tadi. Kedua matanya benar-benar memerah dan terlihat agak membengkak.
"Maaf karena terus menangis, Your Highness."
"Tidak apa. Jadi sudah merasa lebih baik?"
"Iya Your Highness."
Jungkook mengangguk dan kembali melihat sekelilingnya, "Lalu, ini dimana? Dan kenapa aku bisa disini?"
Min menunduk, ia bingung bagaimana harus menjelaskan ini kepada anak itu. Bagaimana jika Jungkook marah karena mereka melakukan semua ini tanpa persetujuannya? Tapi mereka lakukan ini demi menyelamatkan anak itu.
"Min?"
Wanita itu menghela nafas pelan, "Kita sedang berada dikediaman tabib Yuan, Your Highness."
"Tabib Yuan?"
"Iya..beliau adalah orang yang sudah membantu menyadarkan anda."
Jungkook terdiam sejenak untuk berfikir sebelum ia mengingat sosok pria tua yang ia temui dimimpinya.
"Maksudmu, pria tua dengan janggut panjang seperutnya?"
"Iya dia..eh—Your Highness tahu?"
"Tentu saja. Dia yang menuntunku kembali."
Hening.
Min terduduk disamping Jungkook dan menggenggam jemari anak itu yang masih terlilit perban. Meski luka-luka itu sudah menutup tapi sangat tidak enak dilihat jemari-jemari cantik tersebut yang tanpa kuku. Jadi Min tetap melilitkan perban diseluruh jari-jari tangan dan kaki Jungkook sampai kuku-kukunya tumbuh kembali.
KAMU SEDANG MEMBACA
I am a Dude but That Crazy King Said He Didn't Care..! (Vkook) {COMPLETED}
FanfictionKetika ketua geng melakukan perjalanan waktu ke masa lalu tanpa sengaja dan dipaksa untuk menjadi pasangan seorang Raja Tiran. Apa yang akan terjadi ? WARNING..! FUJOSHI AREA..! BOYXBOY AREA..! BOYS LOVE AREA..! GAY LOVE AREA..! SITU HOMOPHOBIC...