ALTHASHEA

10 13 0
                                    

selamat membaca cerita ALTHASHEA tinggalkan jejak jika kalian suka ❤️.

****

12.SEBUAH TAMPARAN?

****

Gean mulai mengambil nasi ke arah piring Altha karena di piring dirinya sendiri sudah terisi nasi selesai mengambil nasi untuk Altha Gean beralih mengambil ayam goreng untuk Altha tetapi Mama nya menegur Gean dan berbicara.

"Gean ga perlu kamu yang ngambilin , dia punya tangan ko dan kamu jangan nyuruh Gean buat jadiin babu kamu ya!" Tegur Elisa sambil memarahi Altha dengan sebuah bentakan membuat Altha langsung menatap lekat kepada sang Mama nya dan tidak lupa dengan Gean perasaan yang khawatir terhadap Altha yang sudah di bentak Elisa.

"Mamah!" Ucap Gean yang sedari tadi melihat sang Mama nya tidak bisa menerima Altha makan bersama.

"Apa ? , kamu mau bela si anak ga tau diri ini?" Teriak Elisa yang sudah mulai berdiri dari duduknya sambil menunjuk Altha dan membuat Altha hanya diam karena hari ini sangat lelah.

"Mah , Altha adik Gean jadi ga ada salahnya juga kalo dia bareng kita!" Seru Gean dengan lembut diakhir katanya.

"Gean asal kamu tau ya dia itu kalo di perlakukan seperti layaknya ratu dia bakal manfaatin kamu Gean!!" Marah Elisa yang kini membuat Altha langsung melebarkan matanya dengan amat tidak percaya atas ucapan sang Mama nya.

"Mah , stop buat berfikir kalo Altha itu bakal manfaatin kita mah!" Ucap Gean yang tak kalah marah.

"Aduh Gean asal kamu tau ya kita ga pernah tau gimana dia bakal manfaatin kamu dengan adanya kamu manjain dia kayak tad-"

"Tau apa Mama tentang aku?" Tanya Altha yang sudah memotong ucapan Elisa yang sedari tadi hanya mendengar perdebatan antara dua manusia di dekatnya , Elisa yang di tanya kan seperti itu hanya diam sambil menatap tajam ke arah Altha.

"Gatau kan?" Tanya Altha yang kini ikut menatap Elisa.

"Iya saya gatau karena saya ga mau tau tentang kehidupan manusia bodoh kayak kamu!" Bentak Elisa yang kini sukses membuat Gean ingin membuka suara tetapi Altha sudah terlebih dahulu membuka suara nya.

"Luar biasa!" Ujar Altha yang kini sudah bertepuk tangan sambil berdiri dan sedikit memajukan badannya agar lebih dekat dengan Elisa , sebelum melanjutkan ucapannya. "Aku juga ga mau ngasih tau kehidupan aku ke manusia yang ga tepat ... contoh nya anda." Ucap Altha yang kini di belakang ucapan nya sedikit ia tekan tidak lupa dengan senyuman miring nya.

"Dasar anak gatau diri , anak anjing!" Bentak Elisa yang sudah sangat marah.

"Mamah!" Bentak Gean.

"Omaygat Mama bilang aku anak anjing?" Tanya Altha dengan santai dengan nada seperti kaget. "Berarti Mama aku juga anjing dong?" Tanya Altha lagi yang kini sudah ada kekehan pelan.

'PLAK!'

Satu buah tamparan kini mendarat mulus terhadap pipi putih Altha dan menimbulkan tanda merah di pipi kanan Altha dan Altha sudah sedikit mengeluarkan satu tetes air dari matanya tetapi langsung ia hapus secara kasar lalu beralih memegang pipinya yang sebaru di tampar.

"Jaga ucapan kamu ya Altha!" Marah Elisa dengan sambil menunjuk muka Altha.

"Apa ? , ucapan aku ga salah kan Gean?" Tanya Altha yang kini sudah bertanya kepada sang kakak nya membuat Gean langsung diam.

"Dek." Panggil Gean dengan lembut agar sang adiknya tidak mengeluarkan ucapan yang membuat Elisa marah kembali.

"GEAN LIHAT ADIK KAMU , TIDAK TAU CARA NYA BAGAIMANA MENGHARGAI MAMA LIHAT!" Marah Elisa yang sudah sangat menahan nahan sedari tadi.

"MAH CUKUP!" Teriak Gean yang sudah lelah dengan semua perkataan Elisa.

Altha yang melihat itu dan mendengar itu langsung pergi dari tempat itu sambil membawa tas nya tidak lupa ia berlari sepanjang perjalanan nya menuju kamarnya dengan perasaan yang sangat lelah.

****

Dikamar Altha.

Sampai di dalam kamarnya ia langsung menguncinya pintunya , agar tidak ada yang masuk ke dalam kamarnya dan mengganggu ketenangan untuk saat ini.

Di kamar Altha langsung duduk di meja rias nya dan langsung berhadapan dengan cermin yang menampilkan dirinya , saat Altha lihat dirinya sendiri menampilkan mukanya dengan pipi yang cukup merah di bagian kanannya.

Altha langsung menunduk dan menghembuskan nafas nya dengan kasar sambil memegang pipinya yang di bagian kanan tepat sehabis di tampar oleh Elisa.

"Sakit juga." Gumam Altha. "Kira kira Mama kalo mau nampar gua mikir dulu ga si?" Tanya nya sendiri yang kini sudah mendongak melihat ke arah kaca.

"Kasian ya Altha suka di omelin." Tutur nya sambil mengusap usap kaca yang berada di depannya , Altha mulai berbicara sendiri membuang lelahnya dengan caranya berbicara sendiri membuat dirinya cukup tenang.

Selesai dengan acara berbicara nya sendiri kini Altha pergi untuk membersihkan dirinya dengan air hangat yang sudah terisi lumayan penuh di bathtub , Altha langsung berendam agar dirinya kembali lebih tenang dan mungkin bisa mengembalikan moodnya yang sudah hancur.

30 Menit lamanya Altha kini sudah selesai dengan acara berendam nya ia langsung memakai sweater berwarna hitamnya dengan celana legging nya yang sama warnanya hitam , tidak lupa rambutnya yang lumayan panjang ia gerai.

Lalu Altha berjalan ke arah balkon kamarnya sambil membawa gitar kesayangannya yang berwarna biru Dongker , Altha duduk di bangku yang berwarna coklat yang memang tersedia di balkon kamarnya.

Saat Altha ingin memetik senar nya handphone nya berbunyi membuat dirinya kesal padahal rencana dirinya akan bermain gitar nya dahulu dan mau tidak mau ia mengangkat telepon itu.

'HAI ALTHA!!' Teriak dari benda pipih itu.

"Apan sih." Jawab Altha dengan malas.

'Sibuk ga tha?' Tanya dari sebrang sana.

"Engga kenapa?" Tanya Altha dengan lemas dan malas.

'Gua udah di depan rumah lo nih!'

"ASTAGHFIRULLAH THEO NGAPAIN THEO?!"Teriak Altha kepada orang yang sedang terhubung oleh teleponnya dan ya itu adalah Theo.

'Ketaman yu tha?' Ajak Theo.

"Jangan gila ya lo ini udah jam setengah sembilan gua keluar juga pasti susah!" Ujar Altha dengan sabar sambil melihat ke arah pagar rumah nya yang memang benar ternyta sudah ada Theo sedang duduk di atas motor nya.

'Ayo lah tha.' Ajak Theo lagi yang kini sudah memohon membuat Altha mau tidak mau hanya mengiyakan saja.

Kini Altha sedang mengumpulkan tekatnya untuk keluar dari kamarnya rumah nya sudah di pastikan sudah sepi tetapi ia takut Elisa keluar dan memarahi nya kembali , dengan sebuah keberanian Altha keluar dari kamarnya dengan pelan pelan tidak lupa ia mengunci nya kembali kamar nya , selesai dengan itu Altha mulai berlari sekencang mungkin tetapi tidak ada suara nya karena ia mengangkat sendal nya yang ia gunakan agar tidak menimbulkan suara , sampai di pintu keluar rumah nya Altha langsung membuka nya dan menutup nya kembali dan langsung saja ia keluar dengan nafas tidak teratur membuat Theo yang melihat nya terheran.

****

📖 ; 𝐀 𝐋 𝐓 𝐇 𝐀 𝐒 𝐇 𝐄 𝐀 (HIATUS)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang