Suara debuman terdengar jelas, ketika pantat Ria mendarat sempurna dipermukaan sofa yang berbentuk huruf U. Mendengar teriakan rekannya, ketiga pria itu hanya mendengus. Bukan hal aneh bagi dr. Delano, dr. Beni serta dr. Hazel melihat kondisi Nara dengan muka bantal tanpa makeup, rambut dicepol sembarangan. Nara duduk santai cengengesan meniup kopi yang masih ngepul dicangkirnya.
"Sini gue mandiin" Ujar Hazel geregetan.
Pria tinggi tegap bermata hazel itu berdiri lalu mengapit leher Nara disela sikut kanannya, tangan kiri mengusak rambut gadis kurus itu. Nara meringis sambil memukuli pinggang ramping milik Hazel.
"Isshhh sialan lu" Pekiknya sebal.
Hazel tak peduli dengan pekikan Nara, ia malah berpindah duduk menjejalkan badannya disamping gadis itu. Tangan Hazel menjangkau cangkir kopi Nara lalu meminumnya tanpa permisi.
"Coba lu hitung dek! udah berapa tahun kita kerja di sini?"
Pertanyaan tersebut keluar dari bibir tipis dr. Delano. Pria asli Manado berkulit putih itu, asyik menatap gadis dihadapannya. Nara melebarkan mata sipitnya balas menatap Delano.
"Yaah si bapak, kita direkrut barengan Paakk"
"Hmmm udah selama itu ya dek, tiga tahun?"
"Maksud lu apa sih Lano? merinding gue"
Gadis itu membuat gerakan kegelian seraya mengerutkan hidung. Kemudian merapikan poni rambut yang sudah agak panjang, hingga mencapai kelopak mata sipitnya. Terakhir, ia mengerjapkan sepasang mata sipitnya. Sengaja menggoda Delano.
Delano Putra Langkai adalah sosok yang paling disegani oleh dokter umum seangkatannya Nara. Bahkan ia didapuk sebagai koordinator tim dokter umum, karena semua rekan menganggap pria ini paling berwibawa, professional dan netral. Sifat kalem dan sorot mata tajamnya membuat aura kepemimpinan Delano semakin kentara. Bagi orang lain sikap coolnya sering kali mengintimidasi, namun tentu saja pesona dr. Delano tak akan meruntuhkan sikap slebornya Nara.
"Jawab yang bener kalo lagi ditanya daddy kamu tuh beb!" Bisik Hazel ditelinga Nara.
Nara menahan tawa, melirik pria jangkung yang dengan santainya menyenderkan punggungnya di sandaran sofa. Rupanya Hazel masih mengingat perkataannya dulu, kalau sifat Delano mirip seperti sifat ayahnya. Ia fokus lagi menghadap sang koordinator.
"Gakpapa sih cuma menurut pengamatan gue, sampai saat ini diantara kita cuma elu aja yang gak ada perubahan"
Gumaman tanpa ekspresinya Delano membuat Nara menghela nafas kasar, dan mengubah duduknya menjadi lebih tegak. Iris coklat terang milik gadis imut itu menatap lurus ke mata pria dihadapannya.
"Enak aja gue gak terima nih! kerja gue oke, tanggung jawab gue oke, dua tahun berturut - turut gue dapat penghargaan dokter jaga tereksis. Apa lagi yang kurang?"
Nara melayangkan protesnya seraya membuat gerakan menghitung dengan jemari sebagai penekanan. Delano tersenyum kalem, menampilkan lesung pipit yang sangat dalam dipipi kirinya. Dasar psikopat! maki Nara dalam hati.
"Ya kan gaes?"
Kepala cantik Nara menoleh kiri kanan, meminta dukungan dari teman - temannya yang sedari tadi setia jadi penonton saja. Ria mengangkat kedua jempolnya, Beni hanya menatapnya dengan wajah datar yang langsung mendapat pelototan dari Nara. Sedangkan Hazel merangkul bahu kurusnya lalu memijit pelan belakang kepala gadis itu.
"Tuh kan! mereka tau kalo kerja gue bagus"
"Tunggu dulu dek! gue kan gak ada komen tentang performa kerja lu. Itu lain hal! lagian semua orang juga pasti tau kalo lu good doctor..."
KAMU SEDANG MEMBACA
KEINARA (End)
Random(Sequel Ais-Ari) REVISI BERJALAN - Dia, Keinara Putri Pratama. Gadis bertubuh kecil mungil dengan wajah khas Asia, berumur 25 tahun berprofesi sebagai dokter. Cantik gak sih? cantik. Rambut lurus, hitam. Kulit putih bersih, wajah oval, mata sipit...