"Nayy Nayyy iishh tumben tantiik, nunggu babang Aryan ya?”
Ria menghampiri Nara yang tengah duduk sambil nginput data pasien di ruang jaga Igd. Gadis itu tengah malas menanggapi.
“Aiiihhh Naaayy kenalin dooong Aryannya sama gue!”
“Naaayy”
“Isshhh, Ria Miss glowing sepanjang masa kenalan sendiri dong aahhh!”
“Gue becandaan doang ih, tipe gue mah si Gavinnya”
“Hah?!”
Nara menatap wajah cantik sahabatnya ini. Ia merasa aneh karena baru beberapa minggu yang lalu Ria curhat tentang perasaannya yang belum bisa move on dari Ryu.
“Semudah itu lu lupain si Ryu?”
“Kan gue udah bilang ke elu, gue harus move on dari Ryu”
“Yang bikin gue bingung, lu move on dari Ryu lah kapan kalian jadiannya?”
“Gak pernah, pan lu tau Naay”
“Hahahaha”
Nara tak bisa lagi menahan tawanya, konyol benar punya sahabat seperti Ria. Di matanya Ria itu gadis super duper cantik, tapi kalau kisah percintaan sepertinya masih beruntung dirinya. Mantan terindah di usia dewasanya adalah Hazel si tampan blasteran Jerman. Lah sahabatnya ini? naksir Ryu dari zaman Ryu di SMP, sampai saat ini cuma khayalan doang. Trus lanjut mau ngegebet si Gavin yang model itu? Ya Tuhan, tolong kuatkan hati sahabat saya! pinta Nara dalam hati.
“Ria sayangku, gue comblangin lu deh”
“Sama manusia kan?”
“Bukan”
“Iiihhh Nara, trus sama apa?”
“Beni”
“Ahhh geblek!”
Ria manyun, mengusak puncak kepala Nara. Ketukan di kaca merelai pergumulan kedua gadis itu, Ria melompat lalu kembali duduk manis setelah tau siapa yang datang. Delano menatap kedua gadis didepannya secara bergantian.
Jangan – jangan Ria ngeceng Lano juga! tebak Nara ketika mengamati pipi sahabatnya yang mendadak merona merah.
“Dek, pasien VVIP belum ada surat advice dari kamu nih!”
Pria tampan berkulit putih itu mengangsurkan kertas advice ke arah Nara. Nara diam saja, ia hanya mengambil kertas yang disodorkan Delano lalu memperhatikan tulisan yang tertera di atasnya. “Lano, ini keknya dokter yang di VVIP yang gak ngasih advice”
“Maksudnya Dek?”
“Coba lu perhatikan deh! advice gue cukup disini”
Nara menunjukan kolom pada kertas dengan ujung bolpoin. Delano mendekat, menunduk memperhatikan yang dimaksud oleh Nara. “Ini rujukan gue, nunjuk ke elu bagian rongent dan orthopedi dr. Kemal” Lanjutnya.
“Hmmm”
“Dokter yang ngerujuk ke penyakit dalam mah ini dokter VVIP nya, bukan gue”
“Hmmmm aahh ya gue paham, makasih sayang!”
Delano tersenyum lalu mengelus puncak kepala Nara. Gadis itu duduk mundur, jengah dengan tindakan spontan rekannya. Terkadang Delano yang terkenal cool bisa juga bertindak spontan, jika pria itu mendapatkan jawaban dari kebingungannya. Namun sudah pasti sih, moment seperti itu jarang terjadi.
“Pala lu peang babang Lano! nih adiks Ria merana minta di elus”
“Sembarangan!” Ria memukul lengan Nara. Delano hanya tersenyum, kembali ke mode coolnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
KEINARA (End)
Random(Sequel Ais-Ari) REVISI BERJALAN - Dia, Keinara Putri Pratama. Gadis bertubuh kecil mungil dengan wajah khas Asia, berumur 25 tahun berprofesi sebagai dokter. Cantik gak sih? cantik. Rambut lurus, hitam. Kulit putih bersih, wajah oval, mata sipit...