Ryu memerlukan perawatan selama lima hari. Sudah dapat dipastikan, setiap ada kesempatan untuk menjenguk adik kesayangannya itu Nara tak pernah absen sekalipun. Beruntungnya karena tali persahabatan yang terjalin antara orang tua mereka begitu eratnya, sehingga Ryu tak merasa sendirian. Orang – orang yang telah akrab dengannya sejak kecil selalu mendukungnya. Ya, kecuali Dista. Putri Om Dinan dan Tante Titis itu tengah kuliah di Australia sana.
“Hayooo jangan ngelamun terus! banyakin istirahat terus tidur Dek”
Nara, yang barusan masuk ke ruang perawatan Ryu mengagetkan pemuda itu dengan ocehannya. Dengusan sebal terdengar dari mulut Ryu dan Malik, sedangkan Haris yang tengah fokus dengan layar laptopnya sedikitpun tak terpengaruh.
“Kakak jomblo gak ada kerjaan ya? malah ngagetin pasien” Seloroh Haris.
“Ahh gue mah gak bakalan tersinggung sama ledekan lu bocah. Toh lu juga jomblo” Sahut Nara.
“Njirrr”
Haris merengut mendengar sahutan Nara, gadis itu terkekeh lalu dengan gaya santainya ia menghampiri Ryu. Naluri dokternya langsung bekerja, cek infus serta suhu tubuh Ryu dan memperhatikan grafik yang tertera di monitor.
“Hmmm kalo lu disiplin istirahat dan makan teratur, besok udah boleh pulang deh”
“Gak bisa sore ini Kak?”
“Eiitsss, denger deh! Kita semua gak mau lu mendadak ngedrop lagi Dek, ingat yaa stabilitas kerja jantung lu harus dijaga. Pikiran harus plong, gak usah mumet – mumet kondisi fisik kita tuh sangat dipengaruhi oleh ini kita sendiri”
Nara menekan pelang kening Ryu, pemuda berparas campuran Jawa dan Jepang itu hanya mencebik.
“Gua lagi gak banyak pikiran kok, eehhh yang tadi malam telponan sampai nawarin ekstra bed sama Si Aryan siapa sih Lik?”
Ryu mengalihkan pembicaraan, sontak saja pipi putih Nara bersemburat merah plus mata melebar dan bibir mencerucut.
“Siapa Lik?” Haris bertanya sangat antusias.
“Yang mau mupon” Buk!
Nara memukul punggung Malik dengan bantalan sofa, Malik berkelit menghindar sambil cengengesan sementara Ryu dan Haris terbahak melihat Nara yangn salah tingkah. Tak lama terdengar nada dering hape dari kantong jas snelli Nara.
“Kalian yaa, tunggu pembalasan gue!”
Ancam Nara sambil melotot ke arah tiga pemuda yang hobinya memang menggoda gadis itu. Jari lentik Nara cekatan menekan tombil hijau untuk menerima panggilan telponnya. Tertera nama Delano di layar hape.
“Halo ketua”
“Dimana Dek?”
Khas Delano si Mr. Cool, tanpa basa – basi langsung ke inti. Nara membuat gerakan rolling eyes.
“Lantai lima VVIP, kenapa?”
“Bisa ke Igd kan? cepat ya urgent!”
“Sekarang?”
“Tunggu kiamat sayang” Terdengar nada terburu – buru dan sebal dari jawabannya Delano.
Tuuut
Haiss! jika si ketua koordinator dokter umum sudah mengeluarkan nada dingin, tegas dan tidak mau dibantah itu artinya emang beneran urgent.
“Gaes gue cabut dulu yaa, inget tuh Dek lu istirahat yang bener!” Nara menunjuk Ryu.
“And elu berdua jagain Ryu yang bener juga, jangan disodorin muluk ma kerjaan!”
“Siap!”
KAMU SEDANG MEMBACA
KEINARA (End)
Random(Sequel Ais-Ari) REVISI BERJALAN - Dia, Keinara Putri Pratama. Gadis bertubuh kecil mungil dengan wajah khas Asia, berumur 25 tahun berprofesi sebagai dokter. Cantik gak sih? cantik. Rambut lurus, hitam. Kulit putih bersih, wajah oval, mata sipit...