0∆0Nara bergegas mengenakan jaket blue jeans pinknya, lalu menggendong backpack seraya melangkah menuju halaman parkir samping kiri dari rumah sakit. Terdapat sebuah bangunan dengan bagian depan yang terbuka tanpa pintu. Dua tahun terakhir bangunan yang asalnya digunakan sebagai tempat parkir mobil operasional rumah sakit yang sudah tidak terpakai itu, disulap menjadi sebuah coffe shop. Pengelolanya adalah keponakan dr. Yosef salah seorang petinggi RS. Husada Tama. coffe shopnya buka dari jam lima sore sampai tengah malam. Mereka menyediakan live music yang biasanya diisi oleh para dokter di Husada Tama yang memang tengah rehat.
“Naay siniii!”
Nara mengedarkan pandangannya mencari sumber suara yang memanggilnya, ternyata di meja dekat jendela kaca yang langsung mengarah ke jalan raya telah berkumpul sahabat – sahabatnya serta beberapa kolega. Gadis itu melebarkan senyum seraya membalas lambaian Ria. Sambil melangkah sesekali Nara membalas sapaan dari sesama rekan dokternya.
“Ahhh si calon penerima penghargaan The harder worker of the year!” Seloroh Hazel tangannya mengelus belakang kepala Nara.
“Lu penerima penghargaan mantan terbaik sepanjang masa” Sahut Nara.
Selorohan Nara tentu saja disambut tawa teman – temanya. Gadis itu cuek saja malah asyik memesan black cofe kesukaannya dan kroisant. Di mini stage dr. Fachry tengah menyanyikan lagu rapuhnya Dewa19. Terlihat pria berwajah Arab itu melambaikan tangan ke arah Nara, dibalas oleh Nara dengan gerakan jari love sign.
“Lano katanya tadi langsung pulang” Ujar Nara, ketika matanya bertemu pandang dengan Delano yang duduk berhimpitan dengan Ria sang kekasih.
“Nih ngajak ngopi”
Delano menganggukan kepalanya ke arah Ria.
“Lama ya beb kita gak kencan”
Hazel menepuk – nepuk pelan puncak kepala Nara. Gadis itu langsung terkekeh geli menanggapi mantannya yang mendadak melow.
“Pasti nih periode jomblo terlama buat lu ya Zel? udah berapa bulan kosongnya?”
“Pertanyaan macam apa pula itu Nay? kek bertanya sama ibu hamil” Protes Beni si polos.
“Ihh Beni, beda kalimat itu harusnya udah berapa bulan isinya?” Ria tambah protes.
Kekehan tawa terdengar, melihat Ria dan Beni yang saling protes.
“Beb mending nyanyi gih!” Ujar Hazel.
“Iya Naay udah lama lu gak nyanyi” Rengek Ria.
“Gak mood aah”
Nara ogah – ogahan, ia malah semakin menikmati hirupan kopi pahitnya. Terasa sedikit meringankan kepenatan hari itu. Namun rupanya kenikmatan dari kopi gadis itu, berakhir dengan suara ngebas Fachry di mikropon yang memanggil namanya.
“Teman sekalian kita udah lama banget ya gak denger suara merdunya Si cantik Nara ayooo sayang sini sumbangin suara emasnya!”
“Nara”
“Nara”
“Maju!!”
Riuh sejenak dengan tepuk tangan dan teriakan menyuruh Nara maju ke panggung. Jujur gadis itu datang hanya karena menginginkan kopi bukan untuk bernyanyi, tapi demi kedamaian dan menghentikan keriuhan akhirnya ia berdiri.
“Isshh nyebelin!”
Sepanjang melangkah menuju panggung, bibir mungilnya mencerucut lalu setelah berdiri tepat disamping dr. Fachry gadis itu langsung mencubit pinggang seniornya ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
KEINARA (End)
Random(Sequel Ais-Ari) REVISI BERJALAN - Dia, Keinara Putri Pratama. Gadis bertubuh kecil mungil dengan wajah khas Asia, berumur 25 tahun berprofesi sebagai dokter. Cantik gak sih? cantik. Rambut lurus, hitam. Kulit putih bersih, wajah oval, mata sipit...