Tiga hari sudah Nara mengesahkan ruang jaga Igd Husada Tama menjadi kamar tidurnya. Bukan tanpa sebab, karena memang pasien Igd tengah mengalami lonjakan yang cukup signifikan dibandingkan hari – hari sebelumnya. Apakah orang tua Nara tak protes? Kebetulan tidak, mereka tengah berkunjung ke Australia. Sebenarnya perjalanan bisnis
Daddy Taka, namun sekalian membawa Ryu berobat serta menengok Dista. So kesibukan Nara untuk sementara lengah dari pantauan Mommy Yumna dan Daddy Taka. Tentu saja dengan sederet chat nasihat dari kedua orangtuanya yang memenuhi notifikasi hape gadis itu.
My Queen Mommy
“Sayang istirahat yang cukup, sholat makan tak boleh ditinggal”
“Selalu bilang sama Bi Asih sediain sarapan sama cemilan kamu”
Princess Naya
“Aman Mom, kalian disana puas2in hanimun”
My Queen Mommy
Voice Note: Yakin kamu siap momong adek?
“Bener loooh sayang kamu mau punya adek? Daddymu mau banget ini nimang bayi lagi”
Mata sipit Nara melotot setelah mendengar suara Daddy dan Mommynya bersahutan di chat. Kenapa bonyok gue komplak sengkleknya?. Sejujurnya Nara merasa senang sekali, karena
Mommynya sudah dapat menjadikan ketidak mampuannya untuk hamil lagi sebagai candaan. Mereka cukup lama selalu menghindari topik itu karena takut membuat sedih sang mama.
Bukkk
Kepala Nara terkena gebukan bundel paper miliknya Kemal.
“Sakit Baaang Astaga!”
“Durhaka nyumpahin orang tua”
“Isshh becanda sih”
“Kualat”
“Iyaaa isshh gak lagi – lagi!”
Nara mengusap – usap belakang kepalanya, bibirnya mencerucut tak henti – henti ngomel tanpa suara. Yang diomelin tentu saja mana tau.
“Bang Kemal ganti shif!”
Teriakan Nara terdengar, ketika baru saja sebelah kaki Kemal melangkah keluar pintu ruang jaga Igd. Tubuh tinggi cungkring itu berbalik, berkacak pinggang dan menatap Nara dengan raut sebal.
“Lu makan siang tadi makan apa sih Nay?”
“Soto betawi”
“Gak kecampur petasan apa ya?”
“Hah?!”
“Suara lu itu heh! melebihi kondektur busway”
“Eh bukannya kondektur busway gak treak – treak ya Bang?”
“Tuh tau!” timpal Kemal “Gue bukan mau kabur, gue kebelet pipis mau ikut lu Nay?” Sambungnya lagi.
Nara ternganga mendengar jawaban seniornya itu. Kemal mendengkus sebal seraya berlalu mempercepat langkahnya menuju toilet pria. Tak hentinya dia menggelengkan kepala mengingat kelakuan Nara sang junior. Orang mau kebelet dikira mau kabur dari shif malam. Ck ck ck, jika ada kesempatan sih mau aja.
Sementara Nara, sepeninggalan Kemal ia menelungkupkan wajahnya di atas meja mengikik tertawa mengingat kebodohannya barusan. Yang paling bikin gadis itu tak bisa menghentikan tawanya adalah pikiran ajaibnya yang selalu spontan menyimpulkan sesuatu yang ada didepannya. Contonya ya tadi, orang kebelet dikiranya mau kabur dari gantian shift. Tak seberapa lama, terdengar suara ribut – ribut dari pintu depan. Beberapa teriakan panik dan langkah kaki yang tergesa, serta suara bujukan menenangkan dari perawat yang tengah mendorong brangkar. Bergegas Nara mendatangi sumber keributan, kebetulan berselisihan dengan Kemal.
KAMU SEDANG MEMBACA
KEINARA (End)
Random(Sequel Ais-Ari) REVISI BERJALAN - Dia, Keinara Putri Pratama. Gadis bertubuh kecil mungil dengan wajah khas Asia, berumur 25 tahun berprofesi sebagai dokter. Cantik gak sih? cantik. Rambut lurus, hitam. Kulit putih bersih, wajah oval, mata sipit...