Wanna be , what?
•••
Ternyata, baru menjelang petang Nara merasakan siap untuk pulang. Sebenarnya sekitar tengah hari tadi mamanya sempat menanyakan kabar melalui panggilan video ke hapenya.
“Honey kenapa gak pulang? Bukannya kemaren kamu dinas pagi ya?”
Rengutan khawatir di wajah cantik ibu kesayangannya Nara, membuat gadis itu tersenyum lebar dengan mata yang berbinar ceria.
“Biasa sih mommy sayang, Nay harus jadi bala bantuan yang siap siaga. Tar agak sorean Nay pulang kok” Jawabnya.
“Kamu baik – baik saja kan honey? kita khawatir banget, kebiasaan tuh hape gak aktif kalo lagi di RS”
Kali ini, layar hapenya penuh dengan wajah cemas Ayah kecintaannya. Nara makin terkekeh, melihat orang tuanya berebut hape hanya gara – gara keduanya menginginkan melihat wajahnya. Aahh makin cinta dengan mereka berdua, perasaan membuncah didada Nara.
“Elaaah daddy biasanya seneng banget tuh, kalo kalian lagi indehoy gak digangguin Nay”
“Serius honey jawab dulu! Kamu baik – baik aja kan?”
“Yaa ihh daddy of course I’m fine and still pretty like usually, don’t worry too much!”
“Syukurlah, malam tadi mommy mu gelisah bilang gak enak perasaan. Jangan lupa makan teratur, nanti pulang daddy jemput!”
“Eeeh gak usah Dad! Aku ikut Ria kok yaa see you at home love you mom, dad”
Buru – buru Nara mengakhiri panggilan video, ia menghela nafas merasakan kelegaan yang tiada tara. Bersyukur memiliki orang tua begitu melimpahinya dengan cinta dan kepercayaan, meski ia adalah putri satu – satunya mereka.
Setelah dirasakan badannya lebih enakan, gadis itu memutuskan mendatangi Delano diruangan pria itu. Berniat ingin minta tolong rekannya itu untuk ngecek luka dilehernya. Pada ketukan ke tiga baru terdengar sahutan dari dalam ruangan dokter umum. Nara melongokan kepalanya, ternyata didalam ruang tak hanya Delano sendiri, Beni, Hazel serta dr. Kemal juga tengah berkumpul.
“Heeyy beb masuk sini!”
Hazel menghampirinya kemudian pria itu menggiringnya untuk duduk di sofa. Ketiga pria yang tadi tengah bercengkrama disela istirahat mereka menatap Nara penasaran.
“Ishhh kalian ngerumpi aja bukannya visit pasien sana!” Celoteh Nara jengah dibawah tatapan tiga pria dihadapannya.
“Lukanya gimana Nay?” Tanya dr. Kemal.
“Gak kerasa apa – apa sih, ini mo minta Lano ngecek”
“Duduk tegak Dek!”
Pria asal Manado itu duduk disamping Nara seraya mengamati luka dileher Nara. Setelah sebelumnya mempersiapkan alat dan obat yang diperluka, Delano mulai membuka perban.
“Kenapa lu gak minta gue yang cek beb?” Tanya Hazel.
Nara hanya mendengus malas menjawab pertanyaan Hazel, karena ia tau niat usil mantannya itu. Terdengar kekehan sebal dr. Kemal dan decakan mulut Beni.
“Si Nay bukannya emang pasien Delano sedari awal ya Zel?” Tanya Beni. “Haha serius amat sih lu Ben” Hazel tertawa puas seraya menepuk pelan bahu Beni.
dr. Beni ini selalu saja menjadi bulan – bulanan Hazel dan Nara, karena ternyata pria berwajah baby face itu lebih polos dalam segala pemikirannya dibandingkan Nara. Lain halnya kalo dalam segi akademik, jangan salah mereka adalah kelompok otak – otak yang akan langsung lurus dan cemerlang ketika berkaitan dengan luka dan pasien.
KAMU SEDANG MEMBACA
KEINARA (End)
Random(Sequel Ais-Ari) REVISI BERJALAN - Dia, Keinara Putri Pratama. Gadis bertubuh kecil mungil dengan wajah khas Asia, berumur 25 tahun berprofesi sebagai dokter. Cantik gak sih? cantik. Rambut lurus, hitam. Kulit putih bersih, wajah oval, mata sipit...