FLUSTERN 3

3 1 0
                                    


Lorraine kini duduk di kursi menghadap Jendela di kamarnya. Jendela itu memberikan pemandangan yang luar biasa indah dan memanjakan mata. Sayangnya, keindahan itu tidak berpengaruh pada pikiran Lorraine yang sedang berkecamuk. Mengapa kakeknya menerimanya begitu mudah? Kenapa pula hanya kakek dan ibunya yang mengetahui soal kelahiran Lorraine. Apa yang sebenarnya dilakukan ayahnya? Mengapa pula begitu mudahnya mengikuti perintah Demian?, walaupun ayahnya bodoh, harusnya tidak sebodoh itu hingga tertipu oleh Raja tiran itu. Entahlah begitu banyak hal yang tidak bisa dijelaskan dalam hidup Lorraine.

Lorraine merenggangkan badannya, kemudian memanggil pelayan masuk. Setidaknya ia harus punya bidak catur selama disini. Tidak mungkin baginya bisa hidup di rumah ini seorang diri, tanpa bantuan siapapun. Dua orang pelayan memasuki kamarnya.

"Siapa nama kalian berdua?" tanya Lorraine
"Eleanor"
"Charty"
Jawab keduanya bergantian
Lorraine menaikkan satu kakinya ke atas. Kedua pelayannya sontak mengernyitkan dahi melihat perilaku nonanya, namun bagaimanapun mereka tidak punya hak untuk menegurnya. Jelas saja, karena keduanya berasal dari kaum bangsawan. Ada sedikit perbedaan antara Klan Atas dan kaum bangsawan. Klan atas hanya terdiri oleh lima keluarga di kekaisaran. Eudevora, Chainstein,Geordhants, Averlyn dan Holyrush. Sedangkan untuk keluarga bangsawan biasanya diisi oleh keluarga para cendikiawan maupun para pedagang yang memegang ekonomi kekaisaran. Klan atas sendiri juga terbagi beberapa tingkatan, Keluarga Utama, Keluarga cabang, dan Keturunan Lanjutan. Untuk para putri kelas bangsawan biasanya akan dikirim ke Klan Atas untuk menjadi pelayan ataupun dayang hingga masa menikahnya tiba. Jika mereka tidak menikah, maka akan tetap melayani Keluarga Klan Atas hingga akhir hidupnya.

"Keluarlah Charty, aku hanya ingin bicara berdua dengan Eleanor" kata Lorraine
Charty membungkukkan badannya sejenak sebelum keluar. Kini hanya tersisa Lorraine dan Eleanor di ruangan itu. Lorraine berdiri, melangkah perlahan ke arah Eleanor. Pelayan itu reflek berajalan mundur, menghindari Lorraine.
"Bagus, kau harus takut pada tuanmu" ujar Lorraine sambil tersenyum miring
Namun sayang, kini pelayan itu terbojok di sudut ruangan akibat menghindari tuannya. Lorraine kini berada tepat di depan mata Eleanor, Lorraine menahan Eleanor dengan meletakkan tangannya ke dinding, membat jarak keduanya menipis. Mata keduanya kini saling berhadapan, mata ketakutan Eleanor beradu dengan mata meremehkan milik Lorraine. Namun, bukan mata incaran Lorraine, sungguh bukan. Bertatapan mata bukanlah tujuan utamanya.

Lorraine berbisik. Ya, itulah tujuan utama gadis itu.
"Dengar Eleanor, Lorraine adalah tuanmu, satu-satunya tuanmu. Jangan ikuti perintah orang lain selain diriku. Jangan katakan apapun mengenai bisikanku. Simpan saja bisikan ini sampai mati" bisik Lorraine

Mata pelayan malang itu kini hanya punya tatapan kosong. Lorraine mengernyitkan dahinya. Akan terlalu mencolok jika seseorang melihat Eleanor sekarang
"Hey, bersikaplah seperti biasa. Jangan membuat orang lain curiga" ucap Lorraine
Sedetik setelahnya, tatapan milik Eleanor kembali bernyawa.
"Baik nona, apalagi yang bisa saya lakukan?" tanyanya
"Keluar, lalu suruh Charty masuk kedalam" ujar Lorraine

Setelah pelayan itu keluar, Lorraine memutuskan untuk duduk di kasur empuk baru miliknya. Tanpa ekspresi tentunya, jiwanya mungkin terlalu lelah untuk menikmati hal hal mewah di rumah ini. Beberapa menit kemudian, Charty memasuki kamar Lorraine dengan wajah tak jauh berbeda dari Eleanor. Wajah pucat dengan sorot mata ketakutan. Namun, Lorraine sepertinya tidak berminat mengejarnya seperti apa yang ia lakukan pada Eleanor. Lorraine memutuskan untuk memanggil Charty mendekat.

"Kemarilah Charty, ada yang harus aku katakan. Dekatkan telingamu kemari" perintah Lorraine
Pelayan itu menagngguk, dengan mata yang terus waspada. Lalu mendekatkan telinganya ke bibir Lorraine. Lorraien tersenyum miring, harusnya ia melakukan ini pada Eleanor, tanpa perlu susah susah mendekatinya. Lorraine pun membisikkan kata-kata yang sama persis ia katakan pada Eleanore. Dalam sekejap, Lorraine sudah mempunyai dua abdi yang setia.
Namun, belum sempat memberi perintah apapun, terdengar ketukan pintu dari luar, tak lama setelahnya terdengar suara Eleanore
"Nona, ada surat dari Yang Mulia Grace" ucapnya
"Bawa kemari" balasku dari dalam

Eleanore masuk dan memberikan surat itu padaku. Tulisan tangan ibu tampak di dalamnya, isinya singkat saja
"Dua minggu lagi kakekmu akan mengenalkanmu pada pergaulan kelas atas, besok beberapa guru akan datang mengajarimu. Dua minggu ke depan kelas mu penuh hingga tengah hari. Jalani saja, ini kesalahanmu karna datang ke rumah ini. Ikuti kelas etiketmu, jangan membuat malu nama keluarga" Dari Grace

Itulah yang tertulis disana, kehidupan kelas atas benar benar menyesakkan dan membuat susah. Namun, ia tidak punya pilihan lain. Satu-satunya cara untuk menginjakkan kaki di istana adalanh menjadi bagian dari Klan Atas. Jika nekat ke Istana sekarang, yang ada dia akan berakhir dibalik jeruji besi sebagai penyusup. Setelah itu, meski dikembalikan kepada keluarganya, ia tak akan pernah diizinkan kembali ke istana. Saat ini ia hanya bisa mengikuti alur dan aturan dari keluarga ibunya ini.

Lerroine melewati malam itu tanpa mimpi, dia memang amat jarang bermimpi. Lorraine bersyukur, setidaknya wajah penuh darah milik ayahnya, tidak muncul malam tadi.

Pagi Harinya, Eleanore dan Charty kembali membenahi Lorraine dalam hal pakaian.
"Apakah aku harus memakai korset menyebalkan itu lagi?" keluh Lorraine
"Ya nona, seluruh wanita kekaisaran memakainya" kata Eleanore, sambil mengencangkan korset milik Lorraine.
Setelah selesai bersiap siap, seseorang mengetuk pintu kamar.

Charty membuka pintu itu, dan tampaklah, seorang wanita paruh baya lengkap dengan kacamatanya masuk. Ia membungkuk sejenak sebelum memperkenalkan diri
"Saya guru etiket anda, Nona Lerroine, panggil saja saya Madam Shannon. Mohon bantuannya mulai hari ini nona" ucap Madam Shannon
Aku balas membungkukkan badanku ke arahnya sebelum memeperkenalkan diri
"Nama saya Lorraine Chlistya Eudevora" ucap Lorraine
"Jangan pernah membungkukkan badanmu pada seseorang di bawahmu nona, mulai saat ini anda harus mennjaga martabat anda sebagai seorang Eudevora" tegur Madam Shannon
"Baik madam" balas Lorraine
"Aku bukan guru yang lembut nona, anda harus menguasai semua etiket dalam waktu dua minggu. Walaupun saya cukup berempati mendengar ayah yang membesarkanmu sendirian meninggal akibat penyakit, saya tidak akan bersikap lunak kepada anda" lanjut Madam Shannon
"Pe-penyakit?" heran Lorraine
"Ya, tentu saja ayah anda meninggal karena sakit bukan?" Madam Lorraine balas bertanya
Lorraine hanya mengangguk kikuk sebagai balasan pertanyaan gurunya.
"Baiklah, mari kita mulai kelasnya" ujar Madam Shannon

Kelas merepotkan itu akhirnya dimulai. Mulai dari postur tubuh hingga cara berjalan Lorraine kembali dibenahi, cara hormat dengan membungkuk tepat 30° dan harus menahannya hingga beberapa detik. Khusus untuk keluarga kekaisaran, yang memberi hormat harus terus membungkuk hingga dipersilahkan untuk bangkit.
"Ulangi Lorraine, 30° katau bukan 45° tahanlah selama beberapa detik" tegur Madam Shannon
"Dadaku sesak setiap menahannya" kesal Lorraine, ini sudah yang kelima kalinya ia berlatih memberi hormat, ia bukan gadis yang dipenuhi kesabaran
"Aku tidak menyuruhmu menahan nafas nona muda, tetaplah bernafas sambil mempertahankan posisi itu. Ulangi kembali"perintah Madam Shannon
"Baik Madam" jawab Lorraine

HIngga percobaan kesepuluh, akhirnya Lorraine berhasil memberi hormat.
"Akhirnya, tubuhmu seperti tidak pernah memberi hormat selama bertahun-tahun" omel Madam Shannon
"Saya memang tidak pernah diajarkan memberi hormat selama ini" ujar Lorraine membela dirinya, bukan salahnya tidak pandai memberi hormat. Toh, selama ini di hutan kaum pembisik, tak ada etiket merepotkan yang berlaku
"Astaga, itu amat disayangkan. Pdahal kukira, walaupun tidak tinggal di ibukota kekaisaran, ayah anda harusnya mencarikan guru untuk anda, nona. Bagaimanapun darah terhormat Eudevora mengalir pada anda" lanjut Madam Shannon
Lorraine merengut sejenak mendengar ucapan gurunya, namun saat akan membantah perkataan gurunya, Lorraine teringat kembali kata-kata ibunya. Jangan membantah, itulah yang terngiang di kepala Lorraine saat akan mematahkan perkataan guru barunya ini.

"Nah, nona saatnya mengajari anda berjalan dengan anggun" ucap Madam Shannon ringan
Lorraine menghembuskan nafas kasar, ia harus melalui ini demi tujuannya.

FlusternTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang