FLUSTERN 8

1 0 0
                                    


Seluruh nona disana berdiri kecuali Rosette, ia terlalu malu untuk memberi hormat pada seorang darah campuran.
"Selamat datang, Nona Lorraine" kata mereka sambil memberi hormat. Sepertinya mereka cukup tau keadaan, pikir Lorraine dalam hati.
"Kalian memberi hormat, pada perempuan berdarah campuran ini?" tantang Rosette angkuh.
Lorraine tersenyum miring, lalu mendekati Rosette. Kini ia tepat berada di depan nona Glamour itu.
"Astaga nona Rosette, Ah....bukankah aku terlalu hormat jika memanggilmu nona?" intimidasi Lorraine sambil berputar mengelilingi Rosette, gadis itu mengamati lawannya dari atas sampai bawah. Rosette menggiggit bibirnya, ia tidak akan kalah dengan mudah.
"Bukankah sikap anda terlalu tidak sopan nona campuran, padahal ini baru pertemuan kedua kita. Bagaimana anda begitu berani? Saya adalah nona keluarga Eudevora nona, sadarilah tempat anda. Bagaimanapun saya sudah mengabdi pada keluarga selama ini" lawan Rosette
"Aah ya, maafkan aku datang terlambat kemari Rosette. Namun, meskipun anda adalah nona Eudevora, saya adalah penerus keluuarga ini" ujar Lorraine tersenyum miring.

Amarah Rosette terpancing, ia berdiri lalu menggebrak meja kasar dengan tangannya, membuat nona yang lain kaget melihatnya. Seingat mereka, meskipun Rosette agak tempramental, ia tidak pernah melakukan hal ini sebelumnya.
"Aha nona, aku tadi mendengar dari guru etiketku bahwa marah bukanlah cara yang elegan. Apa guru etiket anda tidak mengajari anda, Cabang Eudevora?" tanya Lorraine menggebu dengan nada meremehkan. Gadis itu sekarang bertatapan langsung dengan nona terhormat itu.

"Kamu...kamu, sangat tidak sopan dasar rendahan!" cecar Rosette
Lorraine tertawa kecil mendengarnya. Ahhh, saatnya melancarkan serangan akhir.
"Begini Rosette, aku dengar keluarga utama dapat mengambil apapun milik keluarga cabang. Sayang sekali, saya sangat ingin duduk di tempat duduk milikmu, Rosette. Apa yang harus aku lakukan, Ah bukan itu tepatnya. Apa yang harus kamu lakukan, Rosette?" tanya Lorraine.
Muka Rosette sudah memerah, ia mencoba menahan amarahnya sedari tadi, Lorraine berhasil membuatnya marah. Itulah tujuan utama gadis itu, dia tidak benar benar berniat menggantikan posisi Rosette dalam pesta teh itu. Bagaimanapun ia belum diajarkan oleh Madam Shannon bagaimana cara bersikap dalam pesta teh. Itu hanya akan membuatnya kehilangan muka.

Namun siapa sangka, Rosette benar benar keras kepala, ia tidak berniat memberikan kursi itu pada Lorraine, gadis itu duduk kembali di kursinya. Sesuai dengan harapan Lorraine.
"Ternyata anda benar-benar seorang yang berani Rosette" kata Lorraine, lalu mengarahkan pandangannya pada semua nona yang ada disana. Menatap tajam semuanya, berusaha mengintimidasi.
"Nona-nona sekalian, saya akan memberi anda semua pilihan. Jika anda ingin memihak Rosette, tetaplah duduk disini, tapi jika anda ingin mematuhi perintah keluarga utama, pergilah dalam hitungan ketiga.
"Satu..." Dua orang nona berdiri
"Dua..."Menyusul tiga orang lagi
"Tiga" Dua orang lagi menyusul
Larroine tersenyum melihatnya, ini di luar ekspetasinya. Ia menyangka hanya ada paling tidak empat orang dari dua belas nona disini yang memihaknya. Lorraine sempat berencana membisiki beberapa nona untuk memihaknya.

"Kalian memilih pilihan yang tepat. Aku akan mengundang kalian setelah acara pengenalanku diadakan oleh kakek. Naah, sekarang kembalilah ke kediaman kalian" Ucap Lorraine.
Nona-nona yang memihak Lorraine tadi memberi hormat, lalu pergi kembali ke kediamannya sesuai perintah Lorraine. Mereka tidak tertarik untuk menjadi musuh bagi Lorraine, bahkan mungkin ini adalah kesempatan bagi mereka untuk lepas dari Rosette, gadis itu sering memerintah mereka seenaknya, merasa bahwa daialah nona paling terhormat di kediaman Eudevora.

"Aaah, aku hampir melupakan kalian" ucap Lorraine tajam sambil melihat nona yang tersisa. Dengan mudahnya gadis itu menarik alas meja di meja panjang itu. Membuat gelas-gelas dan tatanan cemilan itu jatuh berantakan begitu saja. Lorraine juga mengambil sebuah gelas dan memecahkannya di depan para nona. Membuat Rosette dan yang lainnya menahan nafas. Setelah itu, Lorraine menggoyang-goyangkan sisa gelas yang kini sudah pecah itu. Lorraine tertawa sejenak sebelum bicara.
"Kalian tahu, gelas ini cukup tajam untuk mengiris nadi leher kalian. Camkan itu Budak Rosette" ujar Lorraine

Gadis itu meletakkan kembali sisa gelas pecah itu lalu berlalu dari sana.
"Aah, waktu makan siangku hampir habis" itulah kata-kata Lorraine sebelum benar benar meninggalkan perjamuan milik Rosette. Setidaknya tadi Rosette tidak benar benar memberikan kursinya pada Lorraine. Hal itulah yang paling ditakutkan Lorraine sejak memutuskan mengacaukan perjamuan itu.
Setelah itu, Lorraine benar-benar pergi makan siang tanpa memikirkan apa yang dikerjakannya barusan. Jika ibunya mengomelinya, ia akan beralasan bahwa itu satu-satunya yang bisa ia lakukan agar tidak ditindas.

Ketika makan siangnya sudah selesai, Charty memberi tahu bahwa ibunya mengiriminya surat. Jantung Lorraine berdegup cepat mendengarnya. Ia tidak menyangka respon ibunya akan secepat ini. Lorraine membuka surat itu pelan pelan, ketakutan terpancar jelas di wajahnya. Jelas saja keributan tadi akan menyebar cepat. Bagaimana jika ibunya tiba-tiba datang dan mengomelinya lagi seperti yang kemarin ia lakukan. Atau lebih parah lagi, bagaimana jika kakeknya tiba-tiba memanggilnya dan memarahinya.

Lorraine menggeleng-gelengkan kepalanya, berusaha menghapus pikiran buruk yang berkeliaran di otaknya. Setelah beberapa saat memandangi surat itu, akhirnya Lorraine membukanya.
"Kerja bagus, gadis bodoh. Tapi lain kali pilihlah gelas yang lebih mahal untuk dihancurkan. Itu tidak akan membuat kakekmu bangkrut" Itulah isi suratnya. Mata Lorraine membesar, membaca surat itu berulang kali. "Ini tidak salahkan? Surat ini benar-benar ditulis oleh ibu kan?" Lorraine berseru senang. Senyumnya merekah, sepertinya hari ini benar benar hari yang baik. Itulah pikiran Lorraine, setidaknya sebelum mendengar suara Eleanor.
"Nona, Sir Ravel sudah menunggu anda di perpustakaan" ujar Eleanor
"Tidak, aku terlalu lelah belajar" jawab Lorraine dari dalam
Pintu kamarnya tiba-tiba terbuka, Eleanor mendekati nonanya itu
"Jika anda tidak mau belajar, saya akan mengadukan anda pada Nyonya" ancam Eleanor
Lorraine menatap Eleanor heran, bagaimana mungkin pelayannya mengancamnya seperti ini. Harusnya bisikannya bekerja, gadis itu memperhatikan pelayannya dari atas hingga bawah.
"Sial" umpat Lorraine pelan, di jari pelayannya itu melingkar manis cincin yang terbuat dari perak. Hal itulah yang membatalkan sihir bisikannya. Namun, setahu Lorraine perak bukan hal yang mudah didapatkan kerajaan ini. Harganya sangat mahal, dan juga langka.

Sadar akan nonanya yang memperhatikannya, Eleanor bertanya pada Lorraine
"Ada apa nona?"tanyanya
"Darimana kamu mendapat cincin perak itu, Eleanor?"tanya Lorraine
"Ooh, Nyonya Grace memberikannya pada saya kemarin nona" jawab Eleanor
Gadis itu menghembuskan nafasnya kasar, seingatnya hanya ayahnya yang tahu mengenai kekuatannya bersama kaum pembisik yang lain tentunya. Tapi ibunya mengetahuinya? Sebenarnya kekuatan Lorraine sendiri merupakan hal aneh di kerajaan ini. Seseorang dapat memakai sihir, jika terdapat lambang itu di lidahnya. Sesuai ketentuan itu, harusnya Lorraine tidak bisa melakukan sihir karena mewarisi lambang keluarga ibunya.

Lorraine menatap dalam-dalam pelayannya, jika pun mereka sadar harusnya mereka takut pada Lorraine, apalagi setelah apa yang Lorraine lakukan pada mereka kemarin.
"Kamu tidak takut padaku? Bukankah kemarin wajahmu pucat melihatku?" tanya Lorraine
"Nyonya Grace memberi hak penuh pada saya nona, saya dapat melakukan apapun pada nona atas nama Nyonya Grace, jadi tentu saja saya tidak takut pada nona, Nyonya Grace juga menjelaskan bahwa anda suka bercanda dan menakut-nakuti orang yang pertama kali anda temui, hal itu menjelaskan mengapa anda bersikap seperti itu saat kita pertama kali bertemu" jelas Eleanor panjang lebar.
"Ibu benar-benar luar biasa" gumam Lorraine, "bagaimana dengan Charty, dia juga dipanggil kemarin?"tanya Lorraine
"Iya nona, nah sekarang.... anda harus ke perpustakaan nona. Jika tidak, saya akan memanggil Nyonya agar Nyonya bisa langsung menyuruh anda untuk masuk kelas".

Lorraine mendengus kesal, ia hanya punya dua pesuruh dan ibunya sudah menguasainya. Sekarang ia tidak punya seorang pun yang bisa ia perintah sesuka hatinya. Dan dengan berat hati ia melangkahkan kaki ke perpustakaan. Pelajaran membosankan akan segera menyambutnya.

Di Ruangan Kepala Keluarga
Grace sedang duduk di sofa ruangan ayahnya, setelah Lorraine membuat kekacauan tadi, ayahnya memanggilnya. Bukannya harusnya Lorraine yang dipanggil, pikir Grace
"Dia benar-benar mirip dirimu ketika muda, Grace" ucap Therion
"Aku tidak pernah mengacaukan perjamuan semacam itu ayah" Grace membantah Ayahnya
"Aku tidak akan melupakan saat kau menggebrak meja perjamuan sepupumu Grace, terlebih alasannya saat itu hanya karena mereka memulai pesta tanpa dirimu" jawab Therion
Grace mendengus kesal mendengar perkataan ayahnya
"Itu karena merreka berjanji akan menungguku Ayah, namun mereka mengingkarinya, itu salah mereka" putus Grace
"Bukankah waktu itu kamu memecahkan Vas Bunga dari Kerajaan Everlys ,Grace. Dan tadi putrimu baru saja memecahkan gelas yang dihadiahkan utusan negara KingSDake padaku" ucap Therion sambil tertawa. Apa yang dikatakan Grace benar, hal kecil itu tidak akan membuat Therion rugi sedikit pun
"Sudahlah ayah jangan membuatku semakin malu" ucap Grace sambil menutup mukanya.

Sedangkan di perpustakaan....
"Haciiim" Lorraine tiba tiba bersin
"Sepertinya ada yang membicarakanku" dengus Lorraine

FlusternTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang