Aku mengantarkannya hingga sukses, saat Ia masih bukan siapa-siapa, aku mendampinginya, menyemangati, bahkan membantunya dengan segala kemampuanku hingga aku kelelahan dan berkali-kali keguguran, aku dan Kaivan begitu sedih, tapi aku harus kembali k...
Jantungku tidak berhenti berdegup dengan kencang, Navina tidak berdandan, tampilannya seperti biasa, rambutnya pun sedikit berantakan, kenapa Ia tampak sangat cantik sekali? Aku tidak bisa mengalihkan pandanganku darinya.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Javas?" Panggil Navina seraya menggoyangkan tangan kirinya di depan wajahku.
Aku tersentak.
"Kamu melamun tapi terus melihatku, apa ada yang aneh dengan penampilanku? Maaf, aku tidak berdandan, jelek ya?" Tanya Navina seraya mengelus-elus rambutnya.
Aku menggeleng, "Tidak, justru kamu tampak sangat cantik." Shit, kenapa harus jujur sekali sih? Umpatku dalam hati.
Navina sekilas tampak salah tingkah tapi langsung menguasai diri, "Bisa sekali kamu meledeknya, soft."
Aku tertawa, kalau aku jawab jika sebenarnya Ia sangat cantik di mataku, nanti dikira gombal. Aku beralih melihat menu makanan yang disediakan restoran, "Navina, mau makan apa?"
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Aku pesan strawberry milkshake saja." Jawabnya.
Aku heran, "Hanya minum saja?"
Navina mengangguk, tapi aku tetap memesan makanan utama siapa tahu Navina akan lapar jika melihatku makan.
Setelah memberitahukan pesanan kami pada waitress, aku mengatakan apa yang ingin aku katakan pada Navina. "Kabarmu baik?" Pemanasan dulu, sebelum ke inti.
"Baik, kamu?" Tanya Navina balik.
"Aku baik, senang bertemu denganmu lagi dalam suasana berbeda." Aku harap kita akan terus bertemu, lanjutku dalam hati.
Navina hanya tersenyum.
"Navina..., sejak bertemu lagi denganmu aku langsung jatuh hati, maukah kamu berkencan denganku?" Aku berusaha tenang dan keren saat mengatakannya.
Navina terdiam, dia menunduk. Tampak murung.
Aku merasa bersalah karena terlalu cepat mengungkapkan, "Navina aku mengerti jika kamu butuh waktu mengenal aku lebih dalam untuk mengambil keputusan, jangan dijadikan beban."
