Aku dan Javas menuju rumah Barata dan Ruby, rencananya aku akan langsung menyerahkan oleh-oleh pada Barata dan Ruby saat mereka menjemputku di bandara, tapi rencana hanya menjadi rencana tanpa terealisasi karena bukan Barata dan Ruby yang datang melainkan Javas.
Tadinya aku hanya beralasan saja ke rumah Barata dan Ruby agar bisa pergi menjauh dari Javas, aku masih ingin sendiri tapi dia memaksa untuk ikut katanya sekalian ingin bertemu dengan Barata, dengan terpaksa aku membiarkannya pergi bersamaku.
____
Aku memencet bel rumah Barata dan Ruby, tidak lama pintu terbuka yang membuka adalah Ruby, kami langsung berpelukan.
"Vinaaa..." Ruby memelukku dengan erat, lalu berbisik, "Maaf ya, Javas..." Ruby berkata dengan nada tidak enak.
Aku balas berbisik, kami masih berpelukan, "Tidak apa-apa." Setelah mengatakan itu, Ruby melepaskan pelukan kami lalu menyapa Javas, menyuruhku dan Javas untuk masuk ke dalam rumah.
Tak lama Barata muncul di belakang Ruby, dia menampilkan ekspresi bersalah saat melihatku, aku hanya menghembuskan nafas.
#
Javas dan Barata berbicara di halaman belakang rumah seraya menjaga kedua anak Barata, Gemma dan Jetta.
Sementara aku dan Ruby berbicara di dalam kamar Gemma dan Jetta.
Ruby menggenggam tanganku dengan kedua tangannya, "Maafkan aku dan Barata ya Vin, seminggu ini Javas terus datang ke rumah mencari kamu. Karena kamu tidak bisa dihubungi, Barata yang terus didesak Javas akhirnya memberi tahu alamat email kamu, lalu saat tahu kamu mau pulang, Javas meminta dirinya saja yang menjemput kamu, aku kasihan pada Javas karena dia kelihatan kalut selama seminggu ini, akhirnya aku meminta Barata untuk membiarkan Javas yang menjemput kamu."
Aku menghembuskan nafas, "Tidak apa-apa. Lagi pula aku juga tidak memberi pesan untuk tidak memberi tahu kepergianku." Mendengar cerita Ruby tentang Javas yang terus mencariku membuatku juga tidak enak padanya, harusnya aku balas saja email yang dikirim Javas, tapi sampai sekarang pun aku belum membacanya.
"Apa Javas berbuat sesuatu yang tidak kamu sukai, Vin?" Tanya Ruby hati-hati.
Aku menggelengkan kepala, "Tidak, dia sangat baik, entah mengapa aku sedang tidak ingin didekatnya. Itu saja."
Ruby mengelus lenganku.
"Ah, hampir terlupa." Aku keluar kamar lalu membawa koperku masuk. "Ada sedikit oleh-oleh untuk kamu, Barata, Gemma dan Jetta." Aku menyerahkan beberapa oleh-oleh yang aku beli dari Singapura.
"Terima kasih, ini bukan sedikit tapi banyak!" Ruby menerima dengan sungkan.
Aku hanya sedikit tertawa. Perhatian Ruby beralih padaku sepenuhnya setelah dia menaruh semua oleh-oleh yang aku beri.
"Ruby, Kaivan menemui ku lagi, seminggu yang lalu sebelum aku pergi." Ucapku memulai cerita.
"Loh, seminggu yang lalu bukannya hari pernikahan Kaivan? Kenapa dia menemui kamu, Vin?" Tanya Ruby.
"Entahlah, dia bilang jika hanya aku yang diinginkannya dan dia mencintaiku, tapi aku kira dia hanya sedang dalam fase denial, tapi pertemuan itu memberiku efek, aku membenci hal itu Ruby, Kaivan masih saja belum aku lupakan sepenuhnya." Ucapku penuh rasa sesal.
"Vina, hal itu sangat wajar, kamu juga tidak dalam paksaan untuk melupakan Kaivan, nikmati prosesnya saja, kamu mungkin selamanya tidak akan melupakan Kaivan, hanya waktu yang membuatmu tebiasa hidup tanpanya, itu kata-kata kamu, aku sangat setuju dan membenarkan hal itu. Kamu hanya butuh waktu, Vina." Ruby mengingatkan aku pada kata-kata ku sendiri.
Aku tersenyum tipis, "Benar, aku hanya merasa gagal karena pertahananku runtuh mendengar kata cinta Kaivan, tapi setelah merenung selama seminggu kemarin aku kembali pada jalurku dan aku yakin kali ini aku datang dengan kekuatan yang lebih." Ucapku yakin.
Ruby tersenyum lalu memelukku, "Vina kamu adalah perempuan tertangguh yang pernah aku temui, aku yakin kebahagiaan akan bersamamu, kamu perempuan baik, kamu pantas mendapatkan itu."
"Terima kasih Ruby." Aku balas memeluknya.
"Kamu sedikit berisi, jangan marah ya, justru kamu semakin cantik." Kata Ruby.
Aku hanya tersenyum, nafsu makanku akhir-akhir ini memang sedang baik.
#
Aku dan Javas kini sedang berada di dalam mobil, Javas mengantarku pulang. Kami tidak memulai pembicaraan apapun selama perjalanan, sebelumnya Javas bertanya tapi aku hanya menjawab dengan singkat saja, mungkin dia menyadari jika aku tidak ingin berbicara.
____
(Walk You Home - Ost I Fine Thank You Love You)
(Lagu yang didedikasikan dari Javas untuk Navina)
"Terima kasih ya, hati-hati di jalan." Ucapku membuka pintu mobil. Sebelum beranjak keluar, Javas menahan pergelangan tanganku.
"Aku minta maaf atas kesalahanku." Ucap Javas tiba-tiba.
Aku mengernyit bingung, kenapa Javas meminta maaf? "Kenapa kamu meminta maaf?" Tanyaku.
"Aku... aku merasa perilaku kamu berubah kepada aku. Maafkan jika aku terlalu agresif terhadap kamu." Ucap Javas.
"Tidak, maafkan aku, kamu tidak salah apapun." Aku menatap mata Javas. Javas pun demikian.
"Benarkah? Aku harap kamu memberitahuku jika aku berbuat kesalahan, aku janji akan memperbaikinya, tentunya yang membuatku menjadi manusia yang semakin baik." Jawab Javas.
Aku tersenyum, Javas berusaha membangun komunikasi yang baik diantara kami.
"Jika kamu tidak keberatan, kamu bisa memberi tahu aku apapun, please tell me how you feel." Javas memberanikan dirinya memegang tanganku.
Aku merasakan ketulusan dari setiap kata-kata dan perbuatan Javas untukku walau aku merasa ragu apakah seseorang bisa secepat itu jatuh cinta? Entahlah.
Aku menganggukkan kepala sebagai jawaban, memang apa lagi yang bisa aku katakan?
"Aku serius mengatakannya Navina." Ucap Javas.
"Iya. Terima kasih, Javas." Jawabku.
Javas terlihat ingin mengatakan sesuatu tapi ragu, "Apakah aku boleh sering menghubungimu? Lewat pesan atau telpon?"
Aku mengangguk, memperbolehkan. "Oh iya, maaf aku tidak membalas email yang kamu kirim, aku juga belum membacanya, nanti malam akan aku baca, kemarin-kemarin aku sedang berlibur, sedikit suntuk dengan rutinitas." Jawabku, aku merasa tidak enak padanya.
Javas mengangguk lalu tersenyum, "Tidak apa-apa, aku mengerti. Aku berharap semoga hari-hari yang kamu lalui kedepannya akan memberi arti baru dalam hidup. Hidup memang tidak selalu menyenangkan, tapi aku berharap dari hari-hari yang kamu lalui, baik yang menyenangkan maupun yang tidak bisa memberi arti dan pembelajaran untuk kamu. Ya sudah kamu istirahat ya, kamu pasti sangat lelah. Selamat malam, Navina." Javas meraih tanganku yang digenggamnya sejak tadi, lalu menciumnya.
#
05 Agustus 2021 - 15:20
KAMU SEDANG MEMBACA
Still You (END)
Storie d'amoreAku mengantarkannya hingga sukses, saat Ia masih bukan siapa-siapa, aku mendampinginya, menyemangati, bahkan membantunya dengan segala kemampuanku hingga aku kelelahan dan berkali-kali keguguran, aku dan Kaivan begitu sedih, tapi aku harus kembali k...