14. Javas's POV

3.4K 154 11
                                    

Terasa sudah dekat ternyata tidak juga, itulah yang aku rasakan pada Navina.

Aku menghela nafas kembali meneguk minumanku, aku sedang menunggu kedatangan Barata, sepertinya dia akan datang telat.

Tidak lama aku merasakan sebuah tepukan lembut di bahuku, Barata sudah tiba. "Maaf datang telat, Gemma tadi rewel ingin ikut." Jawab Barata, senyum tersungging di wajahnya saat menceritakan putri kecilnya itu.

Aku pun tersenyum terbayang wajah imut nan cantik Gemma yang mirip Ruby. "Tidak perlu minta maaf, justru aku jadi tidak enak mengganggu waktu kamu yang seharusnya dihabiskan bersama keluarga."

Barata tertawa, "Duh, jadi sama-sama tidak enak begini, santai saja lah, Ruby juga tidak masalah malah dia memaksa aku untuk segera berangkat tidak usah memikirkan Gemma karena dia yang akan mengurusnya."

Aku tersenyum, jujur saja aku iri pada Barata, hidupnya terasa sudah lengkap, ada orang-orang yang akan menyayanginya tanpa syarat.

Barata melihat keresahanku, "Ada masalah apa?"

Aku menyesap minumku, sebelum menjawab, "Apakah aku terlalu agresif pada Navina?"

Barata juga menyesap minumnya, "Maklumi saja, waktu 7 tahun tidaklah sesepele itu untuk dianggap masa lalu."

Aku membenarkan perkataan Barata dalam hatiku.

"Aku melihat hubunganmu sudah cukup dekat dengan Navina, kamu hanya harus memberi dia waktu, dan jika... akhirnya Navina memilih kamu sebagai pasangannya, tolong untuk benar-benar mencintainya, masalah dalam tumah tangga akan selalu ada tapi teruslah pupuk rasa cinta itu, teruslah berusaha, sering-seringlah kamu memikirkan kondisinya, perasaan hatinya, cobalah berempati dengan "menjadi dirinya" kamu akan mengerti dan banyak memberi pemakluman akan sikapnya." Barata melanjutkan nasihatnya padaku.

"Selama memberi waktu itu, apakah aku harus terus menghubunginya atau sesekali saja?" Aku benar-benar bingung dan merasa bodoh.

"Ya hubungi saja, justru kalau kamu tidak menghubungi dia, dia akan semakin tidak merasa terbiasa pada kamu, bro." Jawab Barata.

"Menurutmu, sampai batas mana aku bisa mendekati Navina dengan wajar tanpa terkesan agresif tapi bisa menyadarkan Navina ada aku untuknya, Bar?" Aku bertanya lagi.

"Dalam seminggu dua atau tiga kali kamu ajak Navina berbicara seperti ini, bahasannya seputar kehidupan sehari-hari atau bisnis, lalu saat berbicara dengan Navina terus tatap matanya, beri tahu dia jika apa yang dia sampaikan membuat kamu tertarik, tanggapi dengan  menyenangkan dan berikan solusi, atau hanya diam mendengarkan, kamu tahu lah, perempuan tidak selalu butuh solusi atau tanggapan, kadang mereka hanya butuh didengarkan." Jawab Barata.

Mendengar jawaban panjang lebar namun padat isi tersebut membuat aku bertepuk tangan, Barata terlihat bangga akan hal itu, "Wah tidak salah aku bertanya pada Papanya Gemma dan Jetta."

Barata tertawa, suasana menjadi lebih hidup, aku sudah tahu apa yang harus aku lakukan pada Navina, "Terima kasih, Bar." Ucapku tulus.

Barata menepuk-nepuk bahuku sebelah kanan, "Nanti kalau jadi suami Bos Navina, kamu otomatis jadi bos ku juga, jangan lupakan jasa aku sebagai mak comblang kalian ya!" Ucap Barata dengan bercanda.

Aku mengamini dalam hati, aku ingin segera mempersunting Navina menjadi istriku.

"Javas, aku tahu kamu serius pada Navina, aku dan Ruby juga serius meminta kamu untuk tidak menyakiti Navina, dia perempuan yang tidak pantas menerima kesakitan atan pengkhianatan." Lain dari nada bercanda tadi, Barata amat serius dengan perkataannya, memberi aku peringatan.

Aku mengangguk, tidak ada sedikitpun niat membuat Navina merasakan sakit lagi.

#

10 Agustus 2021 - 17:18

Repost : 15 Januari 2022

Bagi teman-teman yang mau membaca extra part sudah tersedia sampai extra part bagian 3 di KaryaKarsa. Ada paket puas baca extra part yang berisi 3 cerita, yaitu Come Back to Me, Let Me Go dan Still You.

Terima kasih teman-teman atas dukungannya. Semoga selalu sehat dan diberi kemudahan.

:))

Salam,
Kalinga

Still You (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang