28

1.9K 149 53
                                    

"taetae, ini siapa ? temanmu ?" tak ada satupun kata keluar dari mulut lelaki yang lebih tinggi, ia hanya mengangguk pelan dan mengusap tengkuknya gugup sebelum menarik lebih dekat tangan wanita yang daritadi menunggu jawaban di hadapannya. jimin menggigit bibirnya, mencoba menahan perasaan kecewanya dan pengelihatannya seketika menjadi buram dikarenakan oleh air mata yang tiba tiba menghalangi seluruh pandangannya. hanya itu yang bisa jimin ingat sebelum akhirnya menerobos hujan lebat hingga ia sampai rumah

pemuda bersurai pirang itupun membuka matanya, ia baru saja terbangun dari tidur singkatnya yang suram. setelah beberapa saat mencoba mengambil ponselnya, ia merasa kepalanya terasa berat, bahkan ia tidak bisa bangkit dari kasurnya. jimin melihat kearah jam weker mini yang berada tepat diatas atas nakas disebelahnya, jam sudah menunjukkan pukul 9 malam namun tampaknya belum ada kehadiran taehyung di rumahnya. ia membuka pakaiannya yang masih basah kuyup, sambil mencoba mengingat ingat kembali beberapa kejadian yang mungkin terlewat

"apa maksudnya 'teman' ? selama ini, dia anggap aku hanyalah 'teman' kecilnya ?? yang bener aja ! " gerutu jimin, membanting salah satu bantal yang ada didekatnya ke lantai dengan perasaan kacau. ia hanya bisa menangis dan mengusak mata nya kasar, mengingat ekspresi terakhir taehyung membuatnya kesal seketika. apa ini artinya taehyung selingkuh ? bahkan taehyung juga lupa dengan janji makan malam bersamanya. ia menenggelamkan wajahnya ke bantal dan terisak hingga alam bawah sadarnya mengambil alih

***

"ng ?" jimin membuka matanya ketika mendengar suara hujan deras dari luar, nampaknya sudah larut malam. ia melirik ke sekeliling kamarnya yang sudah rapi, tidak ada bantal berserakan ataupun genangan air di lantai, ia tak lagi mengenakan kemeja kerjanya, bahkan seprainya tidak lembab seperti baru saja diganti

jimin menarik selimut kuningnya, berdiri dari ranjang dan memaksakan badan lemahnya untuk pergi ke pintu sebelum lengannya ditahan "kamu mau kemana"

yang ditahan hanya terdiam, ia membuang mukanya dan menepis tangan taehyung dengan kasar, "kemana aja, yang penting aku gak lihat muka kamu lagi"

"hey hey, tunggu" taehyung segera mengunci pintu yang berada dibelakang jimin sebelum menarik jimin kembali ke ranjangnya dan memegang dahi jimin yang mulai mendidih "kamu masih demam begini, jangan kemana mana dulu"

jimin yang hanya bisa duduk diam dipinggir ranjang menggeleng dan mengusak mata almond nya yang daritadi kerap mengeluarkan butiran air "pergi sana, aku gak mau lihat kamu lagi, aku gak mau ketemu kamu lagi"

pemuda berambut ikal itu berlutut dihadapan jimin, menyeka pipi basah milik jimin yang mulai memerah dengan ibu jarinya "loh kenapa ?"

"kenapa ? ya menurut kamu kenapa ? jangan tanya aku" tanya jimin disela isakan tangis yang masih belum bisa ia hentikan

taehyung menghela nafasnya pelan sebelum menggenggam erat kedua tangan mungil milik jimin "kamu dengar dulu penjelasan saya, kamu itu cuma salah paham"

"aku kasih waktu 2 menit" ucap jimin dengan tegas dan penuh penekanan disetiap kata nya dan tak mau membiarkan taehyung memberikan alasan yang bertele tele

"maaf saya gak kasih kamu kabar tadi sore. ponsel saya mati karna habis baterai. dan lagi, saya juga gak lupa soal janji makan malam yang saya buat tadi pagi. tadi saya nemu bakery di ujung jalan, jadi saya mampir dulu. saya tau kamu suka—"

"times up. can we go straight to the point ? dia siapa ?" potong jimin yang mulai kesal mendengar pembukaan taehyung yang terlalu lama

"kamu merujuk ke siapa ? perempuan yang tadi bersama saya di bakery ?" tanya taehyung seraya hati hati melepas lem perekat yang  melindungi produk byebye fever, sebuah penurun demam yang nantinya akan ditempel didahi panas milik jimin

jimin mengangguk pelan menanggapi taehyung dan membiarkannya memasangkan stiker penurun demam kecil itu didahinya "aku tidak pernah melihat dia sebelumnya."

"saya pikir kamu bakal familiar dengan wajahnya.." gumam pria berambut ikal hitam itu, sambil membuka layar ponselnya dan menaruh ponselnya diatas pangkuan jimin. ponsel itu menunjukkan sebuah foto digallery, sebuah foto selfie taehyung dan gadis yang sedang ia bicarakan. namun sekarang jimin merasa ada beberapa fitur wajah yang ia rasa sangat familiar dibenaknya "apa ini kakakmu ?"

"iya, sepertinya aku belum pernah kasih tau ke kamu ? wajar kalau kamu jadi salah paham. maaf ya ?"

"tapi kamu bilang kita cuma teman. apa maksudnya ?"

"memang teman kan ? teman hidup." taehyung tertawa pelan melihat reaksi spontan jimin yang mengerucutkan bibir tebalnya, menunjukkan kalau ia masih merasa kesal

"gak lucu. dinner kita jadi batal" gerutu jimin sebelum memukul pelan wajah taehyung dengan banta yang berada tak jauh darinya

"aduh— maaf, dia tiba tiba dateng ke kantor saya tadi siang, jadi sore nya saya berniat mau sekalian antar ke rumah ibu.. nih saya beli kue kesukaan kamu tadi, mau ?" taehyung mengeluarkan sekotak kue yang berada diatas nakas, menyodorkan beberapa kue kecil kesukaan jimin

mata sayu jimin seketika berubah jadi berbinar binar, he couldn't say no infront of those pretty cakes that he liked the most. tapi sebelum tangan mungilnya dapat meraih kue yang berada dihadapannya, taehyung segera menaruhnya kembali ke atas nakas dan menggantinya dengan semangkuk bubur hangat "tapi kamu masih sakit, jadi jangan makan kue dulu"

"cicip satu, aku minta satuu"

"makan dulu, buka mulutnya? aaa ?" ucap taehyung sambil menyodorkan sesendok bubur, hendak menyuapi pasien mungilnya yang susah diajak kerjasama

"ga mau, aku mau kue"

"kan belum makan malam"

"aku mau kue. titik." jimin menarik selimutnya kasar dan memunggungi taehyung. namun bukan taehyung namanya jika ia menyerah begitu saja

"oke kamu menang, ambil kuenya sebelum saya berubah pikiran" taehyung menahan tawanya melihat jimin yang mengintip dari selimutnya, matanya kembali berbinar binar dan segera mengambil kue favoritnya

"lama, saya berubah pikiran—" taehyung langsung menjalankan rencana liciknya dengan segera merebut kembali kue yang ada ditangan jimin. seketika rencananya gagal, ia malah membuat masalah baru, meniban badan lemah sang pasien di ranjang.

"taehyungg- berattt" ucap jimin, menepuk nepuk taehyung yang masih tak bergerak dari posisinya. pria bersurai hitam itu tertawa sebelum mengubah posisinya ke sebelah jimin dan memeluk pinggangnya erat

"maaf ya, hari ini saya bikin masalah banyak" bisik taehyung pelan seraya menarik selimut untuk menutupi badan mereka berdua di ranjang. jimin hanya mengangguk lemas, mendengar permintaan maaf taehyung sambil menatap kue kecil yang masih berada di tangan mungilnya.

× × ×

:( ga tau mau lanjutin bawaannya galau,, abis ini mau update yang ABO!verse <3

1000 words

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 11, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

𝐑𝐀𝐍𝐃𝐎𝐌 - vminTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang