0X2

40 9 2
                                    

Yeonjun membanting tubuhnya ke kasur, nafasnya terasa sesak. Ia mengambil earphone di nakas menaikan volume musik di ponselnya hingga angka tertinggi

Dada nya bergetar, kala suara-suara itu mulai terendam oleh merdunya lagu yang mengalun di telinganya

Tatapannya tak lepas sedikit pun dari ponselnya, bahkan ketika wanita tua itu berdiri di depannya dengan tatapan marah.

"Ibu kamu kemana? Kabur?"

Tanya orang itu, namun yeonjun tetap diam. Tak mendengar terlalu malas menanggapi pertanyaan yang sama yang selalu di layangkan padanya tiap hari

"Makan ada dimeja makan, baju cuci terus jemur jangan lupa"

Teriak wanita tua itu lalu pergi meninggalkan yeonjun sendirian di dalam kamarnya.

Yeonjun menghela nafas, matanya terpejam gurat lelah terlihat jelas diwajahnya

Ting

Satu notifikasi dari ponselnya membangunkan yeonjun yang sedang berkelana dalam imajinasinya sendiri

Ia membaca notifikasi dari ponselnya. Satu pesan dari logo berwarna hijau

Ia membuka pesan itu dan wajah seram seseorang membuat bulu kuduknya bergidig bersamaan dengan pesan ancaman dibawahnya

"Saya sudah memberi anda kesempatan. Anda jangan macam-macam dengan perusahaan kami, data-data anda sudah kami proses. Bayarkan hutang anda sekarang!"

Yeonjun mendesah membanting hapenya ke kasur. Nafasnya memburu, matanya mulai berkaca-kaca hendak menangis. Hatinya sakit seolah ini tak ada habisnya menghantam jiwa kecilnya

Ia berjalan ke pintu. Mengunci pintu usang itu cepat-cepat dan menutup mulutnya rapat saat perlahan air di matanya tak tertahan kan. Jatuh membasahi pipinya. Ia terisak di malam kelabu dan remang kamarnya

Tangannya membekap mulutnya kencang tak ingin menimbulkan suara yang hanya akan menimbulkan tanda tanya dan gunjingan orang disekitarnya

Air matanya merembes, satu hal yang yeonjun ketahui

Menangis dalam diam terasa lebih menyakitkan dari pada menangis sambil berteriak histeris

Tak ada rasa lega saat mulut mu hanya diam menahan tiap isakan yang keluar, tak ada ledakan perasaan saat air mata itu keluar. Air itu hanya keluar tak bermakna

Bukan kah harusnya saat menangis kita akan merasa sedikit lega? Yeonjun tidak, baginya menangis hanya membuat nafasnya terasa sakit dan dadanya yang sering kali sesak tat kala dia mulai menangis

Yeonjun menghapus air matanya, rasa sesak didadanya tak bisa ia hentikan. Ia berjalan ke nakas mengambil air mineral putih dalam botol. Meminumnya hingga habis

Berharap itu bisa menghentikan rasa sesaknya

"Ayah, sakit"

Gumamnya, ia menarik nafas dalam-dalam. Memukul dadanya sendiri, ah deja vu. Yeonjun seperti pernah merasakannya dulu. Menangis hingga kesulitan bernafas

"A.. Yah"

Gumamnya bernafas dengan susah payah, namun setiap tarikan udara yang ia hirup sesak di dadanya hanya akan semakin terasa menyakitkan

Yeonjun pasrah bersandar pada kayu ranjang, berusaha bernafas dengan teratur. Air matanya terus mengalir membasahi pipinya, tangannya menutup mulutnya agar tak bersuara begitu terus hingga matanya tak mampu menahan kantuknya. Yeonjun tertidur dilantai dengan air pipi yang masih basah, suara nafasnya perlahan teratur dan sesak di dadanya perlahan mulai membaik

Tidak apa-apa besok pasti akan baik-baik saja

Yj-6agustus2021

0𝚇1: Lovesong | ⓉⓍⓉTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang