"Hyung serius mau dibuka aja?"
Yeonjun mengangguk saat beomgyu menayakan hal yang sama untuk kesekian kalinya. Dia sudah yakin melepasnya lagi pula melihat perkembangan lengannya seharusnya ia sudah bisa memegang pensil setidaknya
"Tapi kata dokter-"
"Mau bantuin atau nggak?"
Potong yeonjun dan beomgyu mengangguk cepat, ia membantu yeonjun melepas perman di lengannya lalu menggantinya dengan gips baru yang lebih nyaman dipakai
"Iuh bau"
Ucap beomgyu saat perban yang membungkus lengan yeonjun selama berminggu-minggu akhirnya lepas. Yeonjun hanya terkekeh karena itu ia ingin menggantinya dengan yang baru, yang bisa ia lepas dan pakai setidaknya sekali seminggu. Ia risi dengan baunya dan tentu saja perban ini terlalu mencolok untuknya
"Hyung gak mandi berapa bulan sih"
Ucap beomgyu sambil terus mengoceh yeonjun hanya terkekeh sembari mengusap lengannya dengan kain basah.
Setelah berjuang melawan bau akhirnya lengan yeonjun selesai di gips dengan yang baru
"Jadi kaya preman bukannya kaya orang sakit"Celetuk beomgyu, sepertinya yeonjun salah memanggil orang harusnya ia minta bantuan soobin atau taehyun saja. Kenapa juga harus beomgyu
"Makasih"
Ucap yeonjun menghentikan mulut beomgyu yang akan entah berbicara apa lagi tentang dirinya.
"Hyung"
Panggil beomgyu saat keduanya sibuk membereskan sampah perban tadi. Yeonjun bergumam kecil membalas beomgyu
"Mm...tapi jangan marah ya?"
Yeonjun menghentikan kegiatannya menatap beomgyu bingung
"Kenapa memang?"
Beomgyu gelagapan menatap ke segala sisi enggan melihat mata sayu yeonjun
"Itu"
Jawab beomgyu dengan terbata, yeonjun semakin penasaran dia berhenti membereskan sampahnya dan fokus menatap beomgyu. Alisnya bertaut bingung dan matanya seolah berkata "katakan"
"Hyung minggu depan.. "
"Mana?! Janji-janji saja terus! Saya sudah kesini ribuan kali tapi gak ada niat baiknya sama sekali!"
Mereka berdua tersentak kaget saat mendengar bentakan seorang pria di luar kamar yeonjun.
Beomgyu cepat-cepat berdiri menatap melalu celah pintu sedangkan yeonjun pria itu terdiam membeku, jantungnya berdegup kencang. Seakan familiar dengan situasi ini
"Hyung di luar-"
Beomgyu menghentikan kalimatnya saat melihat Yeonjun diam. Lelaki itu menatap keluar lagi mendengarkan dengan seksama percakapan yang terjadi
"Saya kan sudah bilang, dia gak ada disini!"
Teriak nenek yeonjun tak mau kalah. Anggota keluarganya perlahan bermunculan dari bibi nya hingga anak tertua keluarga ini
"Ya keluarganya tanggung jawab dong. Ini hutang bu, dibawa mati. Saya juga punya keluarga yang harus dikasih makan"
Amuk si penagih. Nenek yeonjun meringis entah kata apalagi yang bisa ia ucapkan untuk mengurus penagih hutang yang kali ini terlihat sulit di usir
"Telepon aja pak. Ada nomor teleponnya kan? Dia gak ada disini udah minggat gak tau kemana"
Usul anak tertua, beomgyu lupa namanya yang pasti pria itu tinggi, besar dan wajahnya memancarkan aura menyeramkan
"Saya coba hubungi ibunya gak jawab, saya datang kerumahnya dia malah gak ada"
Ucap si penagih seperti lelah karena merasa di kerjai
"Bayar aja bu, setengah aja gak apa-apa. Saya kerja bu, saya sudah dimarahi sama pusat karena ibunya gak bayar udah dua bulan"
Ucapnya kali ini suaranya lebih pelan dan terkesan memelas
"Sisa berapa lagi hutangnya?"
Tanya bibinya. Prianitu mengeluarkan buku tebal berisi catatan
"5.650.000 lagi ditambah bunga nya 300 ribu jadi 5.950.000"
Bagai disambar petir di siang bolong nenek yeonjun jatuh ke atas lantai terkulai lemas mendengar begitu banyak uang yang dipinjam
"Bisa di cicil bu tiap minggu angsurannya 150ribu"
Lanjut si penagih nenek yeonjun menangis tak sanggup melawan lagi.
"Tega banget dia ninggalin hutang disini. Dia enak pergi gitu aja. Dosa apa saya ya tuhan"
Nenek yeonjun terus bergumam tak tahu harus apa. Si tertua mengambil alih ke adaan dengan menyuruh bibi yeonjun untuk menenangkan neneknya sementara pria itu membawa penagihnya ke luar dan berbicara dengannya
"Perempuan gak tau diri, udah saya kasih numpang disini anaknya dia masih gak tau terimakasih"
Nenek yeonjun mulai berbicara lagi. Beomgyu meringis hatinya merinding saat kalimat-kalimat kasar meluncur dengan mulus dari mulut nenek tua itu
Jadi yeonjun harus mendengar kalimat hinaan ini setiap hari? Untuknya yang orang luar saja ini sudah terlalu menyesakkan apalagi yeonjun. Cucu keluarga ini yang terasa seperti terasingkan dirumah sendiri
"Gyu"
Panggil yeonjun. Beomgyu menoleh ke arah yeonjun yang masih menunduk
"Kerumah soobin yuk?"
Ucap yeonjun sambil menengadahkan kepalanya. Beomgyu terkejut, ia pikir yeonjun akan menangis atau mungkin kesal karena mendengar keributan tadi nyatanya pria itu sekarang tengah tersenyum. Sangat manis didepannya
Ini tidak baik, harusnya yeonjun menangis saja. Tidak ada gunanya pura-pura tersenyum didepannya. Senyuman itu hanya membuatnya terlihat semakin menyedihkan
Beomgyu menghela nafas panjang. Sebelum kemudian mengangguk
Yj-17februari2022
KAMU SEDANG MEMBACA
0𝚇1: Lovesong | ⓉⓍⓉ
Fanfiction"𝙸 𝚕𝚒𝚔𝚎 𝚜𝚙𝚎𝚗𝚍𝚒𝚗𝚐 my 𝚝𝚒𝚖𝚎 𝚊𝚕𝚘𝚗𝚎. 𝙱𝚞𝚝, 𝚒𝚖 𝚊𝚏𝚛𝚊𝚒𝚍 𝚝𝚘 𝚋𝚎 𝚕𝚘𝚗𝚎𝚕𝚢" "𝚃𝚞𝚑𝚊𝚗 𝚐𝚊𝚔 𝚗𝚎𝚛𝚒𝚖𝚊 𝚝𝚊𝚖𝚞 𝚍𝚊𝚍𝚊𝚔𝚊𝚗, 𝚓𝚊𝚍𝚒 𝚓𝚊𝚗𝚐𝚊𝚗 𝚙𝚎𝚛𝚐𝚒 𝚍𝚞𝚕𝚞 𝚜𝚎𝚋𝚎𝚕𝚞𝚖 𝚍𝚒𝚊 𝚙𝚊𝚗𝚐𝚐𝚒𝚕 𝚘𝚔𝚎? "...