"Jimin? Kapan kau datang?" Tanya Seokjin saat mendapati Jimin yang sudah duduk manis didepan meja makan. Jangan lupa, sudah tersedia juga makanan dimeja makan. Seokjin beralih pada arlojinya. Masih pukul enam, dan Jimin sudah datang ke apartemennya.
"Hyung, baru bangun? Tumben sekali?"
"Ahh, aku ketiduran. Semalam Hoseok sama sekali tidak tidur."
"Kenapa Hoseok hyung?"
"Dia tiba-tiba demam semalam. Hey! Mau kemana?!" Teriak Seokjin pada Jimin yang tiba-tiba berlari meninggalkan Seokjin.
"Melihat Hoseok hyung! Hyung makan saja!! Itu ahjjuma yang membuatkan makanannya!! Selamat makan!!" Seokjin hanya bisa menggelengkan kepalanya.
Ceklek!
"Hoseok hyung?" Jimin lebih dulu menyembulkan kepalanya saat masuk kedalam kamar Hoseok. Setelah memastikan Hoseok tertidur, Jimin mulai masuk, lalu menghampiri Hoseok perlahan. Ia duduk ditepi ranjang Hoseok. Melihat Hoseok lekat. Wajahnya penuh peluh, dengan handuk kecil yang menempel dikening Hoseok. Pasti itu ulah Seokjin, pikir Jimin.
Jimin melihat raut wajah Hoseok yang tidak nyaman.
"Hyung, pasti tidak enak tidur ya?" Monolog Jimin. Jimin mengambil handuk kecil tersebut, lalu mencelupkannya pada wadah yang berisi air di sebelah ranjang Hoseok. Memerasnya, lalu ia tempelkan kembali handuk tersebut ke kening Hoseok. Kulitnya terasa panas saat bersentuhan dengan kening Hoseok menandakan, jika Hoseok masih terkena demam.
Jimin berniat menarik tangannya jika saja tangan lain yang terasa panas itu menahannya. Hoseok menahan tangan Jimin. Membuat Jimin membeku saat mata Hoseok perlahan terbuka.
"Hyung, kau tidak tidur?"
"Aku terbangun saat handuk dingin ini menyentuh dahiku." Ucap Hoseok parau.
"Ahh, maafkan aku mengganggu tidurmu."
"Tak apa, kenapa pagi pagi sekali kau sudah kemari?"
"Aku mengantarkan sarapan untuk kalian dari ahjjuma. Tapi, Jin hyung bilang hyung demam. Jadi aku langsung kesini untuk melihat hyung."
Hoseok menepuk pelan sebelah ranjangnya yang kosong. Jimin mengerti apa yang dimaksud Hoseok, lalu ia menaiki ranjang Hoseok dan berbaring disebelahnya.
"Hyung panas sekali." Lirih Jimin. Hoseok tersenyum. Jimin mengkhawatirkannya.
"Hyung, ayo pulang kerumah Ayah."
"Nee?"
"Aku benar-benar kesepian dirumah, Hyung. Lagipula, siapa yang akan menjaga Hyung kalau Jin hyung pergi bekerja? Aku tidak bisa menjaga hyung 24 jam kalau rumah kita berbeda seperti ini."
"Jimin-ah."
"Aku merindukan kalian. Aku rindu Hoseok hyung, aku rindu Jin hyung hiks.." Jimin terisak sambil memeluk Hoseok.