Hoseok sudah siap dengan pakaian rapihnya, mengingat hari ini ada kelas. Hoseok berjalan menuruni anak tangga dan menuju ruang makan untuk sarapan.
Terlihat Seokjin, Jimin dan tentu sang Ayah yang sudah lebih dulu sarapan. Hoseok benci sebenarnya berada di situasi seperti ini. Namun ia juga tidak bisa menghindar jika ia tidak ingin kembali mendapat tamparan dari sang Ayah seperti 2 hari kemarin.
"Selamat pagi hyung!"
"Pagi Jimin-ah." Hoseok mengusak pelan rambut Jimin.
Seokjin tersenyum melihat interaksi Hoseok dan Jimin. Ia membantu Hoseok untuk menyiapkan rotinya.
"Ingin selai apa?"
"Kacang."
Seokjin terdiam.
"Kau alergi kacang Hoseok-ah."
"Tak apa, aku ingin selai kacang."
Seokjin menatap Hoseok. Ada tatapan berbeda dari sang adik."Selai yang lain hyung. Aku tidak ingin melihat hyung sesak napas karena alergi hyung yang kambuh."
Hoseok mengalihkan pandangannya pada Jimin.
"Strawberry." Jawab Hoseok singkat tanpa mengalihkan pandangannya pada Jimin.
"Hyung, aku akan berangkat bersama Taehyung. Jadi hyung tidak usah menjemputku." Ujar Jimin pada Hoseok.
"Kau yakin?"
"Ya hyung, aku juga ada rapat klub untuk membahas kompetisi. Jadi sepertinya aku pulang terlambat."
"Ya sudah kalau begitu." Jawab Hoseok seperlunya.
Sang Ayah sebenarnya sudah menatap anak keduanya itu. Ada yang aneh dengan Hoseok. Namun ia lebih memilih acuh dan kembali fokus dengan sarapan paginya.
"Aku berangkat, terima kasih sarapannya." Hoseok menenteng tas gendongnya lalu pergi meninggalkan keluarga Jung.
"Aku juga! Taehyung sudah menunggu di luar. Hyung, Ayah aku berangkat!" Seru Jimin sambil menyusul Hoseok yang tertinggal beberapa langkah.
"Ayah, apa ayah tidak bisa jika tidak terlalu keras pada Hoseok?" Ucap Seokjin saat adik-adiknya sudah pergi.
"Seokjin-ah. Ayah selama ini diam. Tapi lihat? Adik kesayanganmu itu justru melunjak! Apa-apaan dia sampai bertengkar di kampus? Memalukan!"
Seokjin berdecak. Ia sadar sekarang dari siapa sikap keras kepalanya menurun.
"Ayah masih saja membahas itu. Padahal sudah 2 hari. Aku harap kejadian kemarin itu adalah yang terakhir. Ayah, hati Hoseok itu sudah rusak. Jangan sampai aku tidak bisa memeperbaikinya." Seokjin meneguk kopi terakhirnya lalu pergi meninggalkan sang Ayah.
***
"Hari ini buat janji dengan Hoseok!"
"Astaga! Kau mengagetkanku hyung!" Pria pucat itu terperanjat saat Seokjin tiba-tiba datang ke ruang kerja pribadinya dengan cara membuka pintu yang tidak sabaran.
"Yoon, ada yang aneh. Benar-benar ada yang aneh dengan Hoseok."
"Kali ini apalagi?" Tanya Yoongi yang selama ini sudah menjadi sahabat Seokjin semenjak ia mengenal dunia kedokteran.
"Dia berkelahi dengan temannya di kampus. Namjoon yang melihatnya. Tapi, dia sama sekali tidak mau mengakuinya."
"Jelas saja hyung! Itu namanya perlindungan diri!"
"Tapi itu bukan cara dia Yoon! Hoseok adalah orang yang akan mengakui kesalahannya jika memang benar ia salah."
"Atau mungkin saja Namjoon yang mengarang?"