E.6

4.1K 563 101
                                    

Jungkook berlari menghampiri tempat yang sama seperti kemarin malam saat ia melakukan aksi dancenya bersama Hoseok. Jungkook mencari keberadaan sosok yang tadi ia lihat di kampus namun sama sekali tidak mengenalnya. Maka dari itu ia berniat untuk menemui Jhope malam ini. Ingin memastikan, jika orang yang tadi ia temui adalah Jhope hyungnya. Namun, Jungkook harus menelan kekecewaan saat ia tidak melihat presensi Jhope.

"Kemana Hope hyung?" Gumamnya.

Sementara di tempat lain, tepatnya di rumah duka keluarga Kim sedang dilanda duka yang amat mendalam. Taehyung tak berhenti menangis sambil memanggil sang ibu yang kini sudah beristirahat dengan tenang. Jimin berada di samping Taehyung semenjak ia di beritahu Namjoon lewat ponsel Taehyung jika sang ibu meninggal.

"Tae, jangan seperti ini. Ibumu akan sedih." Bujuk Jimin. Taehyung sudah bersandar sepenuhnya pada Jimin. Menangis lama membuat tubuhnya lemas. Jangan lupakan matanya yang bengkak dan hidungnya yang merah membuat Jimin meringis.

"Ibu.." Lirih Taehyung.

"Ssshh.. Ibumu sudah tenang disana Tae. Ibumu tidak akan merasakan sakit lagi."

"Maaf bu.. Ibu.." Lirih Taehyung lagi. Air matanya yang sudah mengering kini mengalir lagi pada pipi tirus Taehyung.

Jimin memeluk Taehyung yang kembali terisak. Jimin juga merasakan sakit yang sama, saat ia juga dulu di tinggal oleh ibunya tanpa mengucapkan selamat tinggal. Jimin tahu jika itu sangat menyakitkan bagi Taehyung. Maka dari itu, hanya pelukan dan kata penenang yang bisa Jimin berikan pada Taehyung.

Di kejauhan, kondisi Namjoon juga tak jauh berbeda dengan sang adik. Hanya saja, ia harus menjadi lebih tegar agar bisa menjadi sandaran untuk adiknya. Sang Ayahn pun sejak tadi hanya diam, dan hanya menyapa orang-orang yang datang padanya. Selebihnya, tak ada sedikitpun kata yang keluar dari bibir tuan Kim.

Hoseok melihat ke arah Namjoon. Ia berusaha tersenyum untuk menyapa para pelayat.

"Namjoon-ah. Kau temani saja ayahmu. Biar tamu aku yang urus." Tawar Hoseok.

"Tidak apa, aku masih sanggup."

"Bukan begini caranya Joon. Pergilah. Kau perlu menemani ibumu juga. Lihat, Taehyung juga membutuhkanmu."

Namjoon beralih melihat ke arah Taehyung yang sudah lemas bersandar pada Jimin. Salah satu alasan Namjoon memilih untuk menyapa tamu adalah agar ia tidak melihat betapa hancurnya sang adik. Namjoon tidak bisa melihat keadaan Taehyung yang sekarang. Karena itupun akan meruntuhkannya juga.

Tapi, Hoseok benar. Taehyung butuh dirinya. Akhirnya, Namjoon menghampiri Taehyung dan mengambil alih Taehyung dari pelukan Jimin. Mereka akhirnya menangis bersama.
.
.
.
Hari telah larut. Hoseok kembali pulang saat prosesi pemakaman selesai. Hoseok masuk ke dalam rumah. Ia melirik ke arah jam dinding. Pukul 8 tepat. Hoseok menghela napas, sedikit lelah karena mengurus pemakaman. Ia bermaksud untuk kembali ke kamarnya. Hoseok terkejut saat ia membuka pintu kamarnya. Bagaimana tidak, sang ayah sudah duduk di ranjangnya, jangan lupakan wajahnya yang mengeras.

"A.. Ayah,"

"Darimana saja kau?!"

"Aku baru saja dari pemakaman ibu Namjoon dan Taehyung."

"Kenapa kau pergi hah?! Apa karena Ayah tidak ada di rumah jadi kau bisa seenaknya keluar rumah, Jung Hoseok?!"

"Ayah, aku tidak seenaknya pergi. Ibu Namjoon meninggal, dan aku harus berada disana. Namjoon temanku ayah."

Plak!

Hoseok sedikit terhuyung karena tamparan sang ayah yang begitu keras mengenai pipi mulus Hoseok. Ia mematung, rasanya sangat sakit. Tapi entah kenapa Hoseok tidak bisa menangis.

EGO - Jung HoseokTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang