Setelah transfusi dia benar benar dirawat diruang biasanya, karena bukan sekali dua kali dia itu sakit dan harus dirawat. Keesokan paginya,dia disuapi Halmeoni memakan bubur agar dia segera meminum obatnya dan beristirahat.
" Sudah Halmeoni,aku kenyang" Tan menolak sesendok bubur yang ditujukan untuk nya
" Tapi kau baru makan 2 sendok" Halmeoni tidak bisa membiarkan dia bertindak seperti ini
" Tanaka Tarachandra" ucap dingin dan tegas dari bara setelah mendengar perkataan Halmeoni
" Tidak, aku mohon kak, aku sudah tidak bisa menelan nya lagi hiks.." Tan yang menangis karena tidak ingin dipaksa kali ini, karena nafsunya hilang ditambah suasana hatinya sedang down sekali
" Hufft, bara, sudah tidak apa-apa, " Rawindra yang tiba-tiba masuk dan ada dibelakang bara menginterupsi mencoba menenangkan Bara
" Sekarang kau minum ya obat mu,biar nenek yang bantu" titah dokter muda itu yang diangguki oleh pasien nakalnya ini.
" Bisa kita bicara sebentar diluar Bara?" win perlu membicarakan tentang sesuatu yang tidak mungkin dikatakan didepan Tan.
" Baik, ayo kak" bara dan win keluar dari ruangan VVIP itu
Langkah kedua orang itu terhenti diluar ruangan dan mencari beberapa jarak yang kira kira tidak bisa terdengar sampai kedalam ruang, pembicaraan mereka nanti.
"Ada apa kak?" bara mengawali
" Jika dia terus menerus mengalami penurunan seperti akhir akhir ini aku jadi khawatir dengan kondisi nya" dia yang dimaksud oleh win adalah adik sepupunya yang sedang dirawat itu, Tanaka.
" Aku pikir dia akan terus menerus stabil, karena sejak kecil dia bisa kita jaga dan kita atur sehingga kondisi nya selalu stabil. Meskipun kadang dia tiba tiba down seperti ini, tapi dia tetap bisa kembali stabil. Tapi sejak kepergian nenek dan kakek dia sedikit demi sedikit mulai menurun."
" Iya bara, aku juga merasakan hal ini, apalagi kejadian kepergian orang tua kalian pasti akan berdampak buruk bagi fisik dan psikologis nya. Aku khawatir kedepannya, jika terus menerus begini anemia aplastik nya akan semakin parah."
"Jadi apa yang harus aku lakukan kak?" tanya bara yang sudah terlihat putus asa dengan cara untuk merawat Tan, apalagi dia yang paling tua harus mengurus Tan tanpa orang tua nya. Bukan hanya Tan tapi juga menjaga Abi, bagaimana pun Abi juga perlu mendapatkan perhatian dari nya sebagai pengganti orang tua nya. Tanggung jawab yang dipegang oleh nya menjadi lebih besar sekarang.
" Menjaga kesehatan nya, mengembalikan kondisi psikis nya agar tidak terus terpuruk dan langkah paling akhir jika kondisinya sangat buruk yaitu mencari pendonor sum sum tulang ." Rawindra memberikan masukan menurut pengetahuannya
" Tolong bantu aku kak" pinta bara dengan memohon agar win dapat semaksimal mungkin mengusahakan kesembuhan bagi adiknya yang satu itu.
" Hei kau tidak perlu memohon Seperti itu, Tan itu juga adik ku, aku akan melakukan segala sesuatu untuk kesembuhan nya"
" Terimakasih banyak kak"lega dan terharu meliputi perasaan bara setelah mendengar jawaban kakak sepupu sekaligus dokter adiknya itu. Hingga akhirnya tanpa sadar airmatanya terjatuh, dia sadar di belakang nya banyak orang yang juga berusaha untuk membantu dirinya merawat adiknya. Menyayangi dia dan adik adiknya.
Ya begitulah kondisi Tanaka saat menginjak usia 9 tahun dia diagnosis menderita kelainan darah , anemia aplastik. Dimana salah satu jenis kelainan darah yang disebabkan oleh kegagalan sumsum tulang untuk menghasilkan sel darah. Pada kondisi ini, sumsum tulang tidak dapat memproduksi salah satu atau seluruh sel darah, termasuk sel darah merah, sel darah putih, dan platelet.
Hal ini membuat tubuh nya kesulitan mendapatkan hemoglobin untuk membantu kerja otak, jantung dan hati untuk bekerja dengan sempurna. Begitu singkatnya.
Makanya saat kambuh dia cenderung merasa pusing, sesak, jantung berdetak tidak teratur, dan mudah lelah tentunya. Ditambah lagi dia sendiri gampang sakit. Jadi itu alasan kenapa semua keluarga nya begitu overprotektif dengan dirinya. Semata mata ya karena untuk kebaikan nya.
" Ya sudah kau kembali lah, aku ada jadwal visit. Aku harus bertugas" ujar win yang kemudian meninggalkan bara.
Bara kembali masuk kedalam ruangan dimana Tan di rawat, wajah lucu menggemaskan dengan pandangan kosong keluar jendela lantai 3 rumah sakit ini. Fokusnya entah lari kemana. Halmeoni tidak ada, dikamar mandi seperti nya, sebab ada suara gemericik air didalam sana.
" Tan, jangan melamun seperti ini. Jangan banyak pikiran, semua nya akan baik baik saja." Bara mendekati Tan dan duduk di kursi sebelah brangkar nya. Niatnya untuk membuat Tan kembali ceria, meskipun dia membohongi diri dan perasaan nya, jelas sama sedih nya dengan perasaan Tan.
" Apa kakak bercanda? Mana bisa aku tenang seperti tidak terjadi apa-apa" Tan salah paham dengan kata kata bara seperti nya.
" Bukan begitu, sekarang aku yang bertanggung jawab atas kau dan Abimanyu, jadi aku tidak ingin kondisi mu semakin menurun, jadi menurut lah pada kakak, apa yang aku dan keluarga kita yang lain lakukan itu semata mata karena kami menyayangi mu" Bara memijat pangkal hidung diantara kedua alisnya, tidak menyangka perkataannya disalah artikan oleh adiknya.
" Apa kakak terbebani dengan aku yang seperti ini " sebuah pertanyaan yang tidak terduga keluar dari bibir pucat Tanaka
" Kenapa kau bertanya seperti itu?" bara justru balik bertanya.
" Karena mungkin Papa dan Mama juga sangat terbebani, Sehingga memilih pergi. Atau Tuhan terlalu menyayangi Papa dan Mama sehingga tidak mengijinkan aku untuk merepotkan mereka lagi" pemikiran yang terlintas dipikiran Tan begitu keruh, seperti nya darah nya kembali merendah, jadi otaknya tidak bekerja normal.
" Mana ada seperti itu sayang" tiba tiba Halmeoni yang baru saja keluar kamar mandi kaget mendengar perkataan pilu cucunya yang terlihat meneteskan air mata. Halmeoni pun memeluk dirinya untuk menenangkan.
"Tapi nyatanya mereka memilih pergi Halmeoni hikss, hikss" Tan menangis terisak-isak dipelukan Halmeoni.
" Tidak begitu, dengar Halmeoni sayang. Mereka itu orang tua mu tidak akan pernah ada rasa terbebani bagi mereka untuk mengurusi dirimu. Kau itu anak mereka, dan Tuhan tidak pernah seperti itu, Tuhan hanya ingin mereka kembali ke sisi Nya, karena didunia ini tidak ada yang abadi sayang. Pasti Tuhan sedang mempersiapkan rencana yang lebih indah untuk kita semua, dibalik semua ini" Halmeoni melepas pelukannya dan menangkup kedua pipi Tan. Menasehati dan mengusap air matanya.
" Halmeoni benar Tan, Kakak dan yang lainnya juga tidak pernah sekalipun merasa terbebani oleh mu, kami sangat menyayangi mu sehingga kami ingin kau selalu sehat dan bersama dengan kami" Bara ikut menginterupsi
" Maaf ya kak bara, Halmeoni, aku sudah salah paham" Tan mengerti sekarang.
" Iya maaf kan kakak juga ya, harus nya aku bisa mengerti kondisi mu, kejadian ini pasti tidak mudah untuk kita lewati. Tapi kakak hanya ingin kita berusaha kuat, dan saling menguatkan. Aku juga tidak ingin kau tiba tiba kembali collapse karena stress" Bara mencoba memberikan pengertian kepada adiknya itu.
Maaf ya kalo typonya mengganggu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tanaka Tarachandra
FanfictionHakikat nya manusia tidak akan pernah puas. Semua kehidupan itu ada kurang dan lebihnya. Tinggal bagaimana cara kita memandang, menjalani dan mengambil sikap untuk nya. Bersyukur dengan segala yang telah menjadi jalan mu, adalah hal yang paling tepa...