22~

226 38 5
                                    

Dalam perjalanan, Tan yang sudah lemas masih sadar. Bahasa raut wajah Juna sama sekali tidak menunjukkan ketenangan. Hei, nampak nya sakit dan kekurangan darah membuat otak Tan juga kehilangan logika nya. Bagaimana dan siapa pun keluarga mu jika terjadi sesuatu pasti akan sangat khawatir, meskipun ada sebagian dari mereka yang bersembunyi dibalik kata tidak peduli.

Tidak peduli itu bohong! Percayalah setiap anggota keluarga pasti punya ikatan yang tanpa diminta akan memberi rasa saling sayang, saling perhatian dan saling jaga. Apa lagi itu keluarga Tan! Yang bukan keluarga saja ketakutan setengah mati jika telah diberi amanah untuk menjaga bocah itu tapi malah berakhir Begini, hidup mereka pasti seperti sedang diujung tanduk.

" Kak, sudah Jangan begitu, ini salah ku. Tadi harus nya aku tidak menerima nya, tidak memakan nya. Defka sama sekali tidak memaksa ku " ujar bocah itu dengan bersandar di kursi mobil. Bocah itu hanya ingin semua nya lebih jelas.

" Kenapa sih Tan kau mau menerima nya? Padahal baru tadi aku memperingati mu, tahu Begini aku tidak mau menerima kesepakatan bodoh itu" Juna marah tapi kesal tapi juga menyesal. Bisa bisanya dia bertindak tanpa berpikir panjang seperti iini.

" Kak, aku mengerti perasaan Defka ketika terus menerus aku tolak pemberian nya. Jangan menyesali kesepakatan bodoh itu, sebab aku akan meluruskan semua nya, dan karena itu kakak sudah aku anggap membayar janji. Percayalah semua akan baik-baik saja" Tan tersenyum dengan lembut. Bagaimana pun dia sadar ini semua bermula dari dirinya. Maka dia juga harus bertanggung jawab untuk meluruskan semua nya.

" Tapi, sebenarnya bukan ketakutan jika harus dimarahi semua orang,tapi ketakutan kehilangan mu. Mungkin kehancuran akan terjadi dikeluarga kita Tan, termasuk aku" Ucap Juna menatap langit dari jendela mobil yang sedang berjalan seolah berdoa agar ketakutan nya tidak akan menjadi nyata

" Eh..." Tan yang masih fokus memandang lurus ke depan, dan fokus mendengar perkataan Juna yang seakan tenggelam diberisiknya suara kendaraan di kota yang padat itu. Tiba tiba saja dia merasa sesuatu yang mengalir keluar dari kedua lubang hidungnya. Dia mengusap dengan jari tangan kanan nya memeriksa

"Kau , kau mimisan Tan!!" Juna menoleh ketika satu suku kata ekspresi kaget keluar dari mulut Tan. Melihat adiknya juga kebingungan, padahal darah itu tidak berhenti keluar dari hidung Tan. Akhirnya tangan Juna dengan sigap mengambil tisu dan mengelapnya. Tapi darah itu semakin banyak dan lebih lagi. Panik. Satu kata yang benar benar menggambarkan suasana didalam mobil. Tan yang semakin melemah ditambah darah yang tidak bisa berhenti. Meskipun rumah sakit sudah tidak terlalu jauh tapi malah terjebak kemacetan di jalan dekat rumah sakitnya.

Tisu penuh dengan bekas darah berserakan dimana-mana dalam mobil. Sesampainya di rumah sakit, Tanaka langsung dibawa ke ruang ICU dan segera mendapat pertolongan pertama. Tak lupa Juna mengabari win setelah sampai. Dan win segera berlari menuju ICU ikut menangani Tanaka. Bertukar tugas dengan teman nya untuk melakukan jadwal visit pada pasiennya,tapi dia tinggal begitu untuk menangani Tanaka yang kondisinya memburuk.

Jadilah hanya Juna yang berada di depan ruang tunggu, dia berjalan kesana-kemari seperti, karena terlalu takut dan bingung harus bagaimana, dengan segala overthinkin' yang menyelimuti dirinya semakin memperkeruh pemikiran yang sudah dipenuhi kehkawatiran.

Kemudian Rawindra keluar dari ruang ICU, raut wajah nya dia sangat terlihat tegang. Dingin dan menakutkan, Juna pun jika tidak dalam kondisi begini mungkin enggan untuk menanyai kakak kandungnya itu.

" Kak bagaimana Tan?"

" Apa kau baru saja pergi dengannya?" Win justru kembali bertanya, bukannya menjawab pertanyaan Juna yang sudah sangat penasaran dan khawatir

" Iya,"

" Hubungi orang rumah pasti mereka semua sudah pulang. Dan kita bicara lagi nanti" Win berkata dengan sangat dingin dan tatapan sinisnya pergi begitu saja.

" Oh iya aku lupa" Juna menepuk dahinya, benar benar tidak ingat bahwa dia harus memberi tahu kepada keluarganya.

Setelah itu dia menghubungi Ayahnya untuk menyampaikan informasi ini kepada orang orang yang ada dirumah. Pikiran nya kalut, memikirkan bagaimana nanti menjelaskan kepada keluarganya, belum lagi sikap dingin dan raut tegang Win , lalu kondisi Tan sekarang. Semuanya menyita emosi dan membuat Juna frustasi .

Tak berselang selepas juna mengabari keluarganya mereka datang dengan wajah-wajah cemas dan jalan tergesa-gesa menghampiri dirinya.

" Juna bagaimana kondisi Tan??" Bara menanyai Juna

" Apa dia sudah baikan?" kini Abi yang menanyai padahal Juna belum menjawab pertanyaan dari Bara

" Juna jawab?!" bentak Harsa yang melihat Juna yang hanya terdiam dan tertunduk

Katakan apa yang harus jawab sekarang? Bahkan dia sendiri tidak tahu bagaimana kondisi Tan dan tidak diberi tahu juga oleh Win. Bagaimana dia menjawab pertanyaan saudara saudara nya itu.

" Juna katakan?!" desak Halabeoji.

" Aku tidak tahu, karena kak Win tidak memberi tahu ku " Juna mengusap wajahnya kasar

" Kau kan seharian ini bersama nya kenapa bisa tidak tahu?" bentak Saga pada adiknya itu. Satu rumah sudah tahu bahwa Tanaka pergi bermain bersama Juna. Kecuali Win.

" Apa kau melakukan hal yang aneh aneh?" kini Harsa ikut memarahi Juna.

" Sudah nak sabar dulu, mungkin adikmu sedang bingung harus menceritakan dari mana" Bunda menenangkan anak anaknya

" Iya kak ,dan lagi ini rumah sakit kita tidak bisa berbuat keributan disini" ujar Bara

Bukan bara tidak khawatir dan tidak takut kehilangan Tan sehingga bersikap lebih lunak ketimbang Saga dan Harsa. Abi dan Bara itu ingin sekali marah, dan bahkan jika bisa dia ingin memukul Juna yang bersikap begitu. Tapi mereka berdua juga Sadar disana ada bunda dan ayah yang notabennya orang tua Juna. Pasti akan sangat menyinggung perasaan jika mereka marah marah. Dan lagi mereka percaya kepada Kakak kakaknya, Bunda dan Ayah pasti bisa menangani Juna dengan cara mereka

" Halabeoji!! Ayah!" panggil Win yang datang dari arah belakang mereka

" Win? Bagaimana keadaan Tan?" tanya Halabeoji

" Tanaka kritis Halabeoji."

" Apa?!" mereka kompak kaget ketika mendengar ucapan Win barusan

Percayalah nenek dan bunda sudah menangis, air matanya mengalir begitu saja tanpa sadar. Bara dan Abi, jangan anggap mereka cengeng kali ini. Mereka itu sangat menyayangi adik kecilnya itu. Mendengar perkataan Win , rasanya air matanya tanpa izin terbebas melesat melewati pipi mereka. Perasaan ketika yang dijaga oleh mereka dengan sangat baik tiba tiba sedang berada di kondisi yang tidak pernah mereka harapkan.

Apalagi Juna, dia meluruh disana. Rasa bersalah dan marah pada diri sendiri membuat dia tidak bisa berkata apa-apa. Hanya menangis menyesali keputusannya.

 Hanya menangis menyesali keputusannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

#GetwellsoonV

Tanaka TarachandraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang