20~

231 41 6
                                    

Siang ini, Tanaka yang bosan dengan segala yang ada diruang kamarnya itu, hanya termenung di dekat jendela kaca besar yang terbuka, semilir angin masuk kedalam ruangan, menyibak lembut setiap helai rambut Tan yang halus dan berkilau. Matanya Lamat memandang langit yang mulai berwarna keabu-abuan. Mendung memang selalu menyelimuti langit di kota ini, akhir-akhir ini. Entahlah, untuk kesekian kalinya hatinya mengatakan bahwa dia sangat merindukan kehadiran kedua orang tuanya.

Meskipun begitu kenyataan menampar perasaan Tanaka keras keras, apalagi mengingat terakhir kali dia mengantar kedua orang tuanya ke tempat peristirahatan terakhir. Tidak bisa lagi pikiran nya lebih jauh membayangkan, karena hatinya terlampau sakit kala ditinggal tanpa ucapan perpisahan.

Air matanya sudah terjatuh mendahului hujan yang belum sama sekali terlihat akan mengguyur tanah dihalaman. Dia benar benar dilanda kesepian, tidak ada tempat pelampiasan yang benar benar bisa menghilangkan kekosongan, itulah mengapa dia selalu merasa bosan dan ingin selalu mencari segala sesuatu yang menyenangkan yang belum dia pernah lakukan. Karena keluarganya yang banyak melarang dan menetap kan banyak sekali aturan.

Kemudian, sebuah notifikasi di ponselnya menyita perhatian Tan seketika. Tertera nama Defka, disana dengan beberapa pesannya.

'Tan, apa kau sudah pulang?'

' Aku mencari mu ditempat biasa kau menunggu tadi tapi kau tidak ada'

Begitu isi pesan dari Defka

' Iya aku sudah dirumah sejak setengah jam yang lalu' balas Tanaka

' Hari ini aku hanya rapat dengan club, jadi aku ada waktu luang untuk kita bermain. Sesuai janji, apa kau bisa?' pesan dari Defka kembali datang

' Benarkah?! Tentu aku bisa, ayo bertemu! Dimana? Kapan?' Tan antusias sekali karena akhirnya dia bisa berjalan jalan sebentar bersama seorang yang dinamai teman itu.

' Mari bertemu di kafe dekat taman kota, aku jalan kesana sekarang' Balas Defka selanjutnya

' Oke aku juga segera meluncur, sampai jumpa disana'

Dengan segera dia bersiap diri untuk menemui Defka,saking senang nya dia sampai lupa meminta izin dahulu sebelum memutuskan bersiap diri. Dia turun dan berjalan menuju keluar. Dengan style-nya yang cenderung kekinian. Dia berjalan sampai tidak menyadari Halmeoni dan Bunda yang sedang mengobrol santai di ruang keluarga. Mereka berdua kaget aapa yang terjadi dengan Tanaka sehingga dia keluar kamar dengan senyuman manis dan pakaian rapihnya. Kemana dia kan pergi? Tumben sekali tidak izin dahulu?

" Tan! Kau mau kemana?" panggil bunda seketika menghentikan langkahnya

" Oh iya aku lupa," Tan menepuk dahinya

" Lupa apa? Kau mau kemana rapi begitu?" kini Halmeoni menginterupsi

"Aku lupa meminta izin, aku ada janji dengan teman Bun, Halmeoni"

" Siapa? Dimana? Sekarang ini?" Halmeoni menanyainya beruntun

" Dengan teman ku,janji temu di kafe dekat taman kota dan benar benar sekarang"

" Apa tidak sebaiknya dia disuruh kerumah saja, jadi tidak perlu repot-repot keluar, nanti kalau ada apa-apa bagaimana?" saran Bunda. Sebab baik bunda atau Halmeoni tahu jika Halabeoji dan yang lain tahu pasti mereka akan marah jika tahu Tan pergi.

" Yah bunda... Aku itu bosan jika dirumah. Malah disuruh main dirumah lagi" Tan mengerucutkan bibirnya, agak kecewa dengan penuturan Bunda

" Tapi sayang, kami takut jika terjadi sesuatu dengan mu nak?" kini Halmeoni yang berbicara

" Ayolah Bun, Halmeoni. Aku sudah bersiap begini, dia juga sudah menunggu. Kan tidak enak jika di batalkan" Tan memelas agar segera mendapatkan izin

" Baiklah tapi ditemani kak Juna ya, sebab kakak mu yang lain belum ada yang pulang selain Juna. Selain itu diantar pakai mobil saja ya "negosiasi dari Halmeoni.

" Ish aku ini kan sudah besar Halmeoni, malu tau jika harus ditemani bahkan ketika bermain"

" Iya atau Halmeoni bilang ke Halabeoji dan Ayah mu?" ancam Halmeoni itu takut kejadian terakhir dia memberi izin Tan keluar akan kembali membuat Tan drop seperti kala itu.

" Ya sudah baiklah, " pasrah Tan, dia tidak ingin rencananya gagal begitu saja kali ini.

" Ya sudah Bunda panggil kakakmu dulu" Bunda beranjak menuju kamar Juna

" Bun!! Tolong bilang ke kak Juna agar bergegas, sebab temanku sudah menunggu" pinta Tan yang diangguki oleh Bunda.

Benar saja tak lama Juna yang sudah tampan sejak lahir itu keluar dengan stylenya yang tak kalah keren dari Tan. Kemudian Tan dan Juna berangkat ke tujuan dengan diantar oleh supir. Selama perjalanan menuju kafe tidak ada percakapan panjang, meskipun Juna sudah beberapa kali mengajak Tan bercanda. Tapi Tan sedang tidak ada dalam moodnya sekarang.

Karena masih kesal saat menerima negosiasi dari Halmeoni dan Bunda. Dia jadi merasa tidak bisa bermain dengan leluasa. Jadilah dia terbawa suasana dengan bersikap cuek kepada Juna. Dia masih memikirkan cara agar dia bisa bermain sepuasnya tanpa harus malu karena dikawal oleh Juna. Karena jika ketahuan dia takut di cap manja. Sebenarnya jika begitu fakta nya Dimana masalahnya.

" Kak Jun, boleh aku memohon sesuatu?" tanya nya setelah mendiami Juna beberapa waktu tadi

" Apa?" Juna menaikkan sebelah alisnya

" Nanti ketika selesai mengantar ku ke kafe pergilah bersama supir, kemana saja terserah mu, yang penting tidak terus menerus mengikuti ku kali ini. Aku ingin bermain bersama dengan teman ku saja" pintanya sekarang benar benar memohon

" Tidak- tidak, aku tidak bisa Tan, nanti aku bisa kena marah Halabeoji, Ayah belum lagi Kakak Kakak semua" tolak Juna,dia tidak bisa membiarkan Tan pergi sendiri dan lepas pengawasan. Selain tanggung jawabnya dia juga tidak mau jika terjadi sesuatu pada adiknya satu satunya itu.

" Ya sudah bagaimana jika begini, Kakak boleh mengikuti ku tapi dari jauh saja ya" negosiasi dari Tan

" Tan tolong jangan minta sesuatu yang tidak bisa aku penuhi Begini"

" Kakak kan masih ada janji untuk memenuhi segala keinginan ku , jadi kali ini saja. Aku mohon" Tan memohon dengan menangkupkan kedua tangannya dan ekspresi yang memelas.

" Baiklah aku akan mengawasi mu dari jauh saja, tapi tolong jangan lakukan hal yang tidak seharusnya dan membuat mu kelelahan"Setelah mengehal nafas panjang dan memikirkan ulang akhirnya Juna memberi izin

" Baik- baik!!! Tenang saja" Tan bahagia sekali mendengar persetujuan dari Juna

Dengan demikian, jadi lah senyuman terpancar dari bibirnya Tanaka yang sempat mengerucut tadi. Raut masam dari wajahnya juga sudah hilang berganti dengan wajah bahagia. Tapi justru Juna yang dikuasai rasa gelisah dan was was sekarang. Karena jika sesuatu terjadi pada Tan maka bukan hanya hidup Tan yang diambang Kematian tapi kehidupannya juga. Itu lah mungkin yang dirasakan Abi kemarin, ada rasa menyesal ketika telah membuat janji dengan Tanaka, tapi bukankah penyesalan selalu datang belakangan?



Tanaka TarachandraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang