24~

239 42 8
                                    

Sementara itu Defka, sepanjang perjalanan pulang benar benar tidak enak hati. Pikiran nya diselimuti semua tentang Tanaka. Hingga akhirnya dia memutuskan untuk menepikan motor ke pinggir jalan. Dia meraih ponsel disaku celananya. Dan segera menghubungi Tanaka.

Dilain tempat, Abi yang sedang kekantin bersama Juna . Hanya berdua, yang lain sedang menunggu Tan yang belum juga mendapatkan donor darah. Abi membawa Juna kekantin agar dia leluasa bertanya kepada Juna Tentang apa yang baru saja terjadi. Agar Juna juga dapat sedikit lebih tenang dan bisa bercerita lebih gamblang. Tapi belum sempat dia bertanya, ponsel Tan, yang tadi Juna berikan berdering. Dan tertera nama Defka disana.

"Siapa kak?" tanya Juna yang tau bahwa itu ponsel Tan yang berbunyi

" Defka" jawab Abi singkat.

" Halo, " ucap Abi menjawab panggilan itu

" Halo , apa saya sedang berbicara dengan Tan?" tanya Defka

" Bukan saya Abi, kakaknya Tan. Ada apa?" Ketus Abi

" Apa kondisi Tan baik baik saja kak?" tanya Defka lagi

" Apa kau gila? Bagaimana kau bisa bertanya begitu setelah melihat adikku dengan kondisi mengkhawatirkan seperti itu?"

" Maaf, tapi aku tidak bermaksud Begitu"

" Kita bertemu di kafe escape sekarang. Ada yang harus aku tanya kan pada mu, beri aku penjelasan tentang yang terjadi tadi. Jika kau benar benar bertanggung jawab atas tindakan mu" Suruh Abi

" Baik aku kesana sekarang"

Begitu saja Abi mematikan telepon itu. Dan bergegas, tapi Juna meminta untuk ikut. Jadilah dia dan Juna berangkat berdua. Tanpa sepengetahuan Yang lain, mereka bilang hanya izin untuk pulang mengambil keperluan dirumah.

Defka sendiri bukan sekedar anak remaja yang tahunya bersenang senang, dan lupa untuk bisa bertanggung jawab atas segala sesuatu yang dia lakukan. Dia itu tipe anak yang berpikir jauh sebelum bertindak. Dia selalu merasa apapun yang terjadi kepada orang terdekat nya merupakan tanggung jawabnya. Selain Tan dia juga harus menjaga kakak perempuannya yang kondisi kehidupan nya justru juga tidak lebih baik dari Tanaka.

Dia kemudian melajukan motornya Menuju tempat pertemuan untuk menjelaskan semuanya, mempertanggung jawabkan apa yang harus, dan menyelesaikan kesalahan paham an ini. Dan lagi dia juga sangat ingin tahu kondisi Tan, karena dia benar benar khawatir sekarang.

Sampainya di cafe mereka duduk bertiga membicarakan tentang hal tadi ditemani dengan tiga gelas americano yang Defka pesan sebelum dua kakak tan itu datang

" Jadi bagaimana?" tanya Abi, dengan serius menatap Defka

" Jadi Begini, aku sebelumnya tidak tahu kalau akan bertemu dengan kakaknya Tan yang memukul ku itu." Defka memandang Juna yang berekspresi datar

" Aku tahu jika Tan itu anak yang mudah sakit, sebab dia juga sering tidak masuk sekolah. Jadi saat aku ditanyai Tan kapan ada waktu luang, apa kah tidak ingin bermain bersama sesekali? Karena kita sudah berteman cukup dekat. Aku sempat bingung harus menjawab apa. Katanya. Dia ingin sekali merasakan pergi bermain bersama dengan teman sebaya, sebab kata kakak nya dia juga buru memperluas pertemanan."

" Aku yang mengatakan itu" jawab Abi, dalam hati Abi menyesal mengatakan hal itu. Tidak menyangka akhirnya akan Begini

" Aku kemudian berpikir sejenak, agaknya aku terlalu takut untuk mengajak bermain Tan sebab aku tidak mengenal kondisi Tan selain di sekolah. Jadi takut kalau tiba tiba terjadi sesuatu. Tapi dia sempat terlihat bersedih sehingga aku memutuskan untuk menurutinya sekali ini. Saat pergi bersama, aku takut dia akan sakit jika telat makan. Aku juga tidak tahu kalau dia intoleransi gluten. Jadi aku menawarkan makanan yang terjual di Bazaar. Tapi dia menolak, beberapa kali. Hingga yang terakhir aku membelikan burger tapi dia seperti nya menolak. Aku pikir dia tidak mau karena takut merepotkan aku dan lain sebagainya,sebab aku tahu dia anak yang baik. Aku bilang mungkin ini tidak terlalu mahal dan tidak cocok dengan selera mu untuk membuat nya menerima burger itu , kemudian dia mengambil burger dan memakannya . Aku senang karena dia akhirnya mau makan. Tapi setelah itu dia melemah, dan kakak itu datang memukul ku pada hal aku bener bener tidak tahu jika Tan intoleransi gluten. "

" Aku sebenarnya sudah ada disana sejak awal mengikuti kau dan Tan kemana mana. Tapi dia tidak mau ditemani, katanya malu jika ditemani saat bermain separti anak kecil saja. Harus nya aku tidak menuruti nya, jadi aku bisa memberi tahu mu semua itu. Maaf kan karena telah memukul mu" Juna sadar bahwa ini bukan kesalahan Defka semata.

" Lalu bagaimana kondisi Tan sekarang?"

" Dia kritis, karena anemianya memburuk setelah mengonsumsi gluten. Dan butuh donor darah, tapi golongan darah sesuai dengan golongan darah Tan itu langka. Rumah sakit juga kehabisan stok"

" Golongan darah Tan apa?"

" O- dan belum ada yang bisa mendonorkan darah untuk Tan"

" Kakakku memiliki itu"

"Benarkah?!" Abi dan Juna kompak

" Iya, biar aku hubungi dia" Defka keluar ruangan untuk menelfon kakaknya

" Bagaimana??' tanya Abi Kepada Defka, yang baru saja kembali.

" Dia bisa, tapi kita harus menjemput nya dirumah bibi ku, sebab dia sedang tidak dirumah"

" Tidak masalah" segera, Abi , Juna dan Defka menemui kakaknya Defka.

Tak peduli seberapa jauh, tak peduli masalah tadi. Yang dipikirkan mereka hanya fokus untuk segera menemui pendonor darah untuk Tan itu. Sebab keselamatan Tan jauh lebih penting dari apapun. Masalah tadi bisa dilanjutkan nanti lagi.



Tanaka TarachandraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang