17

253 44 10
                                    

Kepulangan Abi disambut oleh Halmeoni dan Bunda. Semua orang pun meminta maaf kepada Abi atas kejadian beberapa hari lalu. Dengan lapang dada dan besar hati Abi memberi maaf, justru dia juga meminta maaf karena tindakan kemarin yang bisa membahayakan kesehatan Tanaka.

Setelah itu kondisi Tanaka semakin hari semakin membaik, tentu karena dalam pantauan keluarga nya yang selalu menceramahi disertai sedikit ancaman ringan untuk mengendalikan bocah keras kepala itu.

Pagi ini para maid sudah sibuk mengerjakan tugas masing-masing, tanpa menimbulkan suara yang keras agar tidak menganggu tuannya. Tangan bunda memutar knop pintu dan membuka pintu kamar milik Tanaka, kemudian masuk dan membangun kan Tan yang masih bergelung selimut.

"Chan- Chan bangun" bunda menyubit hidung Tan sebentar

" Bun....."Tanaka mengerjapkan mata beberapa kali, begitu menggemaskan.

"Ayo bangun, hari ini kau sudah mulai masuk sekolah kan?" bunda beralih Menuju lemari pakaian,dan mengeluarkan seragam sekolah Tan beserta perlengkapan lainnya.

"Benarkah?" Tanaka benar benar lupa kalau hari ini sudah saatnya dia kembali kesekolah.

" Kenapa pelupa begitu, memang tidak mau kembali sekolah, mau home schooling saja?" senyum Bunda, Seketika Tan bangun dan berlari ke kamar mandi.

" Tidak, tidak aku tidak mau home schooling !!!" teriak Tan dari kamar mandi.

Sementara bunda hanya tersenyum menanggapi perkataan Tan, bocah itu memang sudah berusaha mati Matian meminta untuk bisa sekolah umum, jadi dia sangat menolak keras jika dibujuk untuk kembali home schooling. Kemudian setelah semua keperluan Tan siap, bunda meninggalkan kamar Tan.

Sehabis selesai sarapan, setelah Win memeriksa kondisi Tan pagi ini, sebelum dia masuk sekolah dihari pertama setelah libur semester, Bunda juga sudah memastikan obat-obatan Tan sudah siap dibawa ditas.

" Tan hari ini, ingin diantar siapa?" tanya Halmeoni

" Aku, aku ikut kak Juna saja ya?"

" Eh, tidak -tidak, aku ada kuis hari ini, ini saja aku harus buru-buru kalau harus berputar arah kesekolah mu aku bisa terlambat" Juna benar benar tidak bohong, hari ini dia ada quis jadi dia tidak bisa memilih untuk mengantar Tan, meskipun ingin.

" Iya, dan lagi sebenarnya Halabeoji agak khawatir jika kau harus dibonceng menggunakan motor," tentu Halabeoji khawatir dengan keadaan Tan yang tidak seperti anak anak lainnya.

" Tapi aku sangat ingin, ayolah kak Jun" Tanaka memohon dengan ekspresi bak seekor anak kucing yang menggemaskan.

" Tan, kalau pagi ini aku benar-benar tidak bisa, tapi mungkin sepulang sekolah aku bisa menjemput mu jika diijinkan oleh Halabeoji dan yang lainnya" ucap Juna karena tidak tega menolak keinginan Tan.

"Benarkah??" Tan tampak seperti senang sekali mendengar tawaran Juna

"Tentu jika diijinkan" Juna mengangkat Tas dan memakai jaket denim nya

"Boleh ya Halabeoji? Ayah? Kakak semua?" Tan itu ingin sekali merasakan naik motor bersama Juna,

Sementara yang ditanyai hanya saling melempar pandangan satu sama lain. Seolah saling bertanya, mereka tidak bisa memberi izin tapi melihat anak itu memohon seperti itu juga tidak bisa menolak.

" Baiklah, tapi Juna kau harus hati hati jangan kebut kebutan" jawab Halabeoji setelah menghela nafas panjang dan berpikir matang.

" Halabeoji serius?" Tanaka membuka matanya lebar seolah tak percaya dengan perkataan Halabeoji tadi

" Iya" senyum Halabeoji

" Ya sudah aku berangkat, permisi" Juna keluar setelah berpamitan

" Ya sudah , pagi ini aku saja ya yang mengantar mu" Abi menawarkan diri

" Baiklah ayo berangkat" dengan senang hati dia menerima ajakan Abi, yang penting dia sudah dapat izin untuk pulang bersama Juna nanti.

Semuanya hanya tersenyum melihat Tan yang bersemangat sekali. Setelah berpamitan Abi dan Tanaka segera menuju ke sekolah swasta dimana Tan bersekolah sejak setahun kemarin. Sementara Halabeoji dan yang lainnya pergi bekerja seperti biasa, menuju ketujuan mereka masing masing.

Dalam perjalanan, Abi masih terdiam karena fokus dengan jalanan tidak ingin oleng sedikit pun karena yang dia bawa adalah adik kesayangannya. Jadi, semaksimal dan sehati hati mungkin dia menyetir. Sebab jika terjadi sesuatu, bukan hanya dia yang harus menerima Omelan dan hukuman dari kakak-kakak nya atau Halabeoji dan ayah tapi tentu dirinya sendiri akan sangat menyesal.

" Kak Abi, kapan lagi kita bisa hunting foto?" Tan tiba tiba memecah keheningan

" Kapan ya?" Abi justru balik bertanya

" Kenapa balik bertanya? Atau paling tidak bermain sebentar ke rumah kak Arkan, aku belum pernah kesana" yang jelas Tan hanya ingin bermain sebab dia bosan sekali terus menerus dirumah .

" Arkan itu teman ku, kau main saja dengan teman mu sana" Abi sebenarnya hanya tidak ingin adiknya justru lebih dekat dengan temannya, cemburu lebih tepatnya.

" Aku tidak perduli, kita sudah berteman juga setelah kak Arkan memberiku coklat" Bantah Tan dengan mengingat kan Abi pertemuan pertama kali dia dengan Arkan

" Bilang saja kau tidak punya teman" ejek Abi yang masih fokus pada jalannya

" Punya, hanya saja mereka sibuk dengan urusannya masing-masing, kan mereka diizinkan untuk mengikuti ekstrakurikuler ini itu, tidak seperti aku yang terlalu dikekang" ucap Tan yang tiba tiba cemberut

" Seharusnya jika benar benar teman, dia akan meluangkan waktu meskipun sebentar" benarkan perkataan Abi?

" Iya juga sih, ya sudah jika ada kesempatan aku akan membujuk Defka untuk main ke rumah atau pergi jalan jalan sebentar" yah setidaknya dia harus belajar bergaul dengan lebih dekat dengan teman yang sebaya dengan nya.

" Kau juga butuh teman sebaya, tidak melulu mengikuti kakak dan Juna, ataupun yang lainnya. Agar dunia pertemanan mu semakin luas." Anggap saja ini nasehat dari Abi untuk Tan pertama kali untuk masalah pertemanan.

" Iya, kakak pengertian sekali"

" Iyalah tentu, aku kan kakak paling baik dan bijaksana," Abi menyombongkan diri

" Aku tarik kata kata ku" ketus Tan yang merasa salah telah mengucapkan pujian untuk Abi, sementara Abi justru tertawa geli melihat ekspresi Tan yang memandang nya aneh.

" Sudah sana masuk, jangan buat masalah. Jika sudah pulang hubungi Juna agar segera dijemput, kalau dia tidak segera menjemput hubungi aku atau orang rumah" pesan Abi saat melepas adiknya untuk kesekolah, yang tanpa terasa perjalanan menuju sekolah begitu saja telah sampai.

" Iya, dah kak Abi" Tan melambai tangan setelah turun dari mobil. Sementara Abi hanya tersenyum dan kemudian melajukan mobilnya menuju kampusnya.

Setelah melihat mobil Abi menjauh dan menghilangkan ditelan keramaian dan kepadatan kendaraan dijalanan Tan segera masuk, sebelum bel sekolah berbunyi dan berakhir dia terlambat karena terlalu lama berdiri didepan gerbang memandang kepergian Abi.



Hai readers, Tanaka berlanjut. 

Tanaka TarachandraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang