4~

448 50 2
                                    

Bak cerita anjing dan kucing yang beredar, konon mereka tidak pernah akur sekali pun. Tanaka harus terbangun setelah mendengar keributan di pagi hari di ruangan nya. Dimana sumber keributan itu adalah dua orang yang sejak semalam mengganti kan Halmeoni dan kak bara untuk menemani dirinya. Mereka adu mulut dengan fokus ke arah handphone. Ya, game online. Mereka sedang bertempur digame online, hanya karena itu mereka lupa ini rumah sakit.

" Kak Abi!!! Kak Jun!! " Tan merengut kesal.

" Ada apa chan- Chan" mereka berlari menghampiri Tanaka, yang tampak marah

" stop memanggil ku Chan Chan!! Aku tidak suka! " Tanaka memanyunkan bibirnya sebab dia paling benci tidurnya diganggu apalagi mereka masih sempat menambah kekesalan nya dengan memanggil nya Chan Chan, panggilan masa kecilnya.

" Iya iya, Tata mau apa?" tanya Abi mengelus rambut Tan dengan boxy smile nya, gemas Sekali ingin mencubit sebenarnya tapi dia ingat adiknya ini sedang sakit.

Tata itu panggilan sayang khusus dari Abi ngomong ngomong. Yang lain lebih suka memanggil nya Chan Chan, padahal Tan sendiri lebih suka dipanggil Tan. Sepele, masalah cara memanggil saja, tapi namanya juga Tanaka pasti hal kecil seperti ini bisa jadi masalah besar jika dia sedang tidak mood.

" Tan, ingin kalian diam!!" dia membuang pandangan. Tidak mau melihat kedua orang yang sudah membuatnya kesal sekarang.

" hmm, baiklah. Maaf kan kami ya, kami janji tidak akan ribut. Salah kan saja photografer aneh ini" Juna menunjuk nunjuk Abi sebagai dalang keributan

" Hei kau menyalahkan aku! Kau yang mengajakku bermain game tadi ya!" Abi tak terima dikambinghitamkan begini oleh Juna

" Ya kau sih bermain nya menyebalkan, kalau kalah ya kalah saja tidak perlu menuduh ku curang!" Juna juga tidak terima jika disalahkan

" ssstttt harap tenang ya, kalian ini bisa mengganggu kenyamanan pasien" seorang suster masuk dengan membawa makanan.

" Ini sarapan untuk pasien, harap di habiskan ya agar segera membaik" lanjut suster itu

" Iya biar kami yang urus sarapan nya, Terimakasih suster" Abi menerima sarapan itu

" Baiklah saya permisi" suster itu tersenyum dan keluar setelah menyerahkan sarapan untuk pasiennya

"Biar aku suapi" Abi menyodorkan sesendok bubur tanpa rasa itu kearah Tan

" Ishhhh tidak mau!" tolak Tan menggeleng cepat

" Ah, kau pasti ingin aku saja yang menyuapi mu ya?? Sudah lah, sini berikan padaku!" Juna merebut sarapan Tan dari tangan Abi

" tidak tidak! Aku ini kakak kandungnya, dan aku juga lebih tua dari mu maka aku yang lebih berhak tau!" Abi kembali merebut paksa piring itu

" Tapi dia itu tidak mau disuapi oleh mu!" Juna merebut lagi

" Enak saja kata siapa! Dia tidak bilang begitu!" Abi tidak mau kalah, kembali merebut apa yang menurut nya seharusnya dia pegang

" sudah sudah! Baik dari kak Abi atau pun kak Jun , aku tidak mau makan!" kesalnya dengan menekan kata makan. Dia itu kesal, sudah tidak nafsu makan, ditambah makanan rumah sakit itu tidak ada rasanya, pokok nya tidak enak!. Lebih lebih kedua orang didepannya itu selalu ribut bahkan setelah tadi meminta maaf dan berjanji untuk tidak ribut lagi. Menyebalkan!

" Tan, ayolah makan, kau harus mengisi perut mu, agar kau bisa kembali sehat apa kau tidak menyayangi aku, kak bara dan yang lain" Abi mencoba membujuk

" Benar, kau tahu betapa kami khawatir jika kau terus menerus seperti ini? Ingat ini berapa kali kau dirawat dalam setahun ini? Ayolah Tan, aku mohon" Juna menambahkan, mereka berdua bisa kompak untuk membujuk Tan, selebihnya jangan harap!

" Tidak mau,makanan nya hambar tidak enak!" Tan tetap bersikeras menolak

" Tan! Makan" titah Abi dengan tegas, dia rupanya sudah hilang kesabaran. Tan menoleh seketika mendengar suara Abi yang mulai serius, yah tatapan tajam dilayangkan Abi ke pada Tan

" Hmmmpp" Tan menutup mulutnya dengan menggeleng

" Tanaka! Makan atau ku laporkan kak bara!" Juna ikut memarahi? Apa apaan ini? Kenapa mereka selalu kompak untuk memarahi Tan. Padahal baru saja mereka bertengkar karena game! Begitu pikir Tan.

" Makan" Abi kembali menyodorkan sesendok bubur tadi, sementara Tan hanya melempar pandangan ke pada dua orang yang memaksa nya itu. Iya, mereka malah menatap tajam kearah dirinya, hal itu membuat nyalinya untuk menolak menjadi hilang ditelan rasa takut.

" Kalian memarahi ku?! Hikss... Hikss" kesal dan takut membuatnya marah sambil menangis

Melihat sang adik justru menangis mereka gelagapan, bagaimana jika tiba tiba kakek atau ayah mereka datang atau lebih buruk lagi yang datang justru kak bara dan kakak mereka yang lain bisa habis digantung mereka.

" Ssstttt Tan jangan menangis, Sssttt sudah sudah, kami tidak memarahi mu kok" Juna mencoba menenangkan Tan.

" Tan, kakak akan berbicara dengan baik pada mu tapi kau makan ya? " Abi mencoba membujuk kembali

" Tapi itu rasanya tidak enak kak" ucap nya sambil mengusap air mata, tapi mata itu tetap berkaca kaca.

" Ayo lah sedikit saja, nanti kami akan turuti keinginan mu" negosiasi yang baik sekali dilakukan oleh Abi

" iya setidaknya kau harus makan dulu dan minum obat" pinta Juna

" Benarkah? " Tan tidak mau tertipu dengan tawaran palsu

" Iya aku janji" mau tidak mau mereka harus membuat perjanjian agar adik mereka itu mau makan.

" baiklah" Tan setuju, akhirnya dia makan, meskipun tidak enak tapi dia rela menelan makanan yang tidak diinginkannya, mengingat banyak keinginan yang akan dia minta pada orang yang telah memberi janji pada nya itu hehehe. Mendengar perkataan Juna dan Abi tadi, rasanya seperti mendapatkan golden ticket tidak boleh disia-siakan.





 Mendengar perkataan Juna dan Abi tadi, rasanya seperti mendapatkan golden ticket tidak boleh disia-siakan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.



Hai semua, I'm back. 

Tanaka TarachandraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang