-Shinachiku-
Sejujurnya aku tidak ingin pulang karena percuma bukan, di rumah juga tidak ada orang. Aku terus berjalan, membuka pintu tanpa mengucapkan salam-
"Lho kenapa masuk rumah diam saja?" Aku membeku beberapa langkah dari pintu mendengar suara Ibu, sejujurnya kondisi orang tuaku memang mulai membaik beberapa hari ini tapi melihat Ibu di rumah pada pukul 17.00 wow hanya wow saja.
"Shina sudah pulang? Ayah baru saja mau menjemputmu setelah mandi," kata ayah yang baru keluar dari kamar mandi sambil mengeringkan rambutnya. Apa aku bermimpi? Aku hanya mengerjabkan mataku tanpa menjawab omongan orang tuaku, mereka tidak biasanya ada di rumah sebelum pukul 19.00.
"Hey... Kenapa diam saja? Ayo cepat mandi, Ibu sedang membuat puding nanti kita makan bersama sambil menonton televisi," kata Ibu yang memang sedang mengaduk sesuatu di depan kompor. Aku hanya mengangguk sebelum berjalan memasuki kamarku.
.
.
.
.
.
Kami benar-benar menonton televisi bersama sambil memakan buah dan puding yang telah Ibu buat, saat aku mandi ternyata Ibu juga sedang memulai menyiapkan makan malam, sesekali Ibu akan ke dapur untuk menengok masakannya, sedang aku berdua bersama Ayah menonton televisi. Apa kalian berfikir kami saling berbicara? Tentu saja tidak, aku bahkan tidak tahu harus berkata apa pada Ayahku, aku bahkan tidak ingat kapan kami pernah berduaan menonton televisi seperti ini? Baik dengan Ibu ataupun Ayah. Sesekali Ayah akan mencoba mengajakku berbicara, menanyakan kegiatanku tapi aku benar-benar tidak tahu bagaimana harus merespon alhasil aku hanya meresponnya secara singkat, bagaimana cara kalian memulai pembicaraan dengan orang tua kalian?
.
.
.
.
.-Hikari-
Sejak tadi aku perhatikan Mama dan Papah tampak aneh, Papah bahkan melarang Mama menggendong Hoshi yang tentu saja berakhir dengan Hoshi yang rewel dan Mama yang berusaha merebut Hoshi dari Papah, karena tangisan Hoshi semakin keras akhirnya Papah mengalah hanya saja bukan di gendong, Hoshi hanya di pangku Mama. Aku dan Ko sedang mengerjakan tugas sekolah di ruang keluarga sedang Mama memangku Hoshi duduk bersebelahan di belakang kami, sesekali sambil mengajari jika ada soal yang tidak bisa kami kerjakan.
Sambil mengerjakan tugas aku merasa seperti orang tuaku ingin mengatakan sesuatu, entah aku seperti bisa merasakan Papah yang gelisah walau tampilannya tetap tenang seperti biasanya, benar saja setelah aku dan Ko selesai membereskan perlengkapan sekolah kami, Papah mulai berbicara, "Kakak sini dulu ya? Ada yang Papah mau omongin."
Aku memilih duduk di samping Mama sedang Ko langsung duduk dipangkuan Papah.
"Ummm... Papah sama Mama punya kabar buat kalian, sebentar lagi kalian akan punya adik lagi, bagaimana?" Ujar Papah sambil membelai rambut Ko.
"Ko tetap bisa minta di gendong ngga?" tanya Ko sambil melihat Mama dan Papah bergantian, ya Ko memang masih suka minta di gendong.
"Papah masih bisa kok gendong Ko, tapi jangan minta gendong ke Mama ya?"
"Oke, Ko setuju, gapapa."
Aku masih terdiam, bukannya aku tidak suka untuk memiliki adik lagi tapi, ya aku pikir 2 sudah cukup. Apalagi 2 adikku saja masih kecil, tanpa sadar aku menghela nafas.
"Kakak tidak suka?" Tanya Mama sambil menggenggam tanganku.
"Bukan begitu Ma, tapi adik-adik masih kecil, nanti Mama tambah repot."
"Mama suka kok, kalian anak-anak baik tidak membuat Mama repot," ujar Mama sambil tersenyum, "Kak Hika juga selalu membantu Mama."
Nah, justru itu.
.
.
.
.
.
-Shinachiku-Di awal aku telah bercerita kepada kalian jika orang tuaku tiba-tiba berubah, apakah kalian mengira itu awal yang baik? Yang acara makan malam berjalan lancar bahkan kami bercanda gurau, aku bahkan di antar sampai ke dalam kamar. Aku sempat berfikir, apa akhirnya aku akan memiliki keluarga sesungguhnya? Tapi ternyata aku memang tidak ditakdirkan untuk memiliki keluarga bahagia.
Aku terbangun di tengah malam karena haus tapi saat aku selesai minum aku mendengar Ayah berteriak, "aku tidak akan pernah menandatangani surat cerai ini!"
"Bisakah kau tidak berteriak? Shina bisa saja terbangun karena teriakanmu."
Aku berlari ke dalam kamar sambil menutup telingaku, masa bodo aku tidak perduli, kata-kata itu terus aku rapalkan dalam hati tapi nyatanya air mataku terus mengalir tanpa bisa aku cegah. Katakanlah aku anak lelaki yang cengeng tapi sungguh, bisakah mereka langsung berpisah tanpa memberiku harapan palsu?
TBC
Maaf banyak hal terjadi membuat sora baru bisa update.
Maaf Sora mau numpang curhat... Sora kehilangan pekerjaan karena pandemi, sekarang aku berjualan pulsa, paket data, token listrik juga top up game. Barang kali ada yang mau jadi pelanggan bisa langsung DM. 🙏
Dan terima kasih sebesar besarnya untuk semua yang sudah membaca, memberikan vote, dan masih bersabar menunggu cerita ini 😘 yang belum vote, ayo vote gampang dan ga bayar kok 🤧
Hayoo... Bab ini bisa kali dapet vote 200 😁
Purwokerto, 22 September 2021
Sora H.
![](https://img.wattpad.com/cover/137782948-288-k760664.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Our Wedding
FanfictionApapun alasan kita menikah, berhasil atau tidaknya pernikahan itu semua kembali ke diri kita. Rumput tetangga terkadang lebih indah tetapi jika kita bisa merawat taman kita sendiri hasilnya akan lebih indah. Naruto by Masashi Khisimoto Narusaku Sas...