Bab 11

2.1K 177 51
                                    

Selamat menikmati~

.

.

.

.

.

-Naruto-

Aku duduk termenung di dalam ruang kerjaku, mengingat bagaimana Shina bisa begitu dekat dengan Sasuke yang baru dikenalnya dalam beberapa hari belakangan ini, sedangkan aku yang ayah kandungnya justru Shina terkesan tak ingin berada di dekatku. Sangat berbeda dengan Hana yang tak bisa lepas dariku, apa ini hukum karma? Hukum karma karena aku telah memaksakan kehendakku kepada Sakura dulu hingga kini aku tetap tak dapat mendapatkan cinta Sakura dan parahnya lagi aku juga tak mendapatkan cinta anak kami. Selalu Sakura yang di cari oleh Shina bahkan walaupun aku sudah ada bersamanya Shina tetap terasa jauh dari jangkauanku.

Tok Tok Tok

Aku tersadar dari lamunanku saat mendengar pintu ruang kerjaku diketuk, tak lama kemudian Sakura masuk ke dalam.

"Aku akan pergi menemani Shina membeli perlengkapan sekolah, apa ada yang kamu butuhkan?" tanya Sakura.

"Tidak, perlu aku temani?"

"Lanjutkan saja pekerjaanmu, aku pergi dulu," ujar Sakura sambil menutup pintu.

Aku tersenyum miris, tak ada ciuman sebelum pergi atau kontak fisik dengan penuh perasaan semua hanyalah kebutuhan biologis, bahkan sampai detik ini Sakura tak pernah membalas ciumanku.

"Seharusnya aku lebih memilih menikah dengan orang yang mencintaiku," aku tertegun setelah mengucapkan kalimat itu, "bodoh, bodoh, bodoh, aku tidak boleh menyesali apapun," lanjutku pada diriku sendiri.

Sejujurnya aku sangat ingin ikut pergi dengan Sakura dan Shina hanya saja dari jawaban Sakura secara tidak langsung dia tak mengharapkan kehadiranku dan aku sudah tak ingin lagi memaksakan kehendakku. Sudahlah lebih baik aku menyelesaikan pekerjaanku dulu.

#

#

#

#

#

Satu jam sudah berlalu sejak Sakura pergi bersama Shina, pekerjaanku sudah aku selesaikan jadi aku memilih masuk ke dalam kamar untuk berganti baju. Begitu sampai di kamar aku melihat meja rias Sakura yang berantakan, kami memang baru pulang dari acara pertemuan antar klan jadi mungkin Sakura belum sempat membereskannya sedangkan aku tadi langsung masuk ke dalam ruang kerjaku. "Mungkin sebaiknya aku bereskan," ujarku pada diri sendiri sebelum mulai membuka laci meja rias, niatnya aku ingin mengambil kotak perhiasan Sakura untuk kembali diletakan di dalam kotak tapi betapa terkejutnya mendapakan botol obat yang berisi banyak tablet kecil di dalamnya, aku angkat botol itu dan mengamatinya, "ini-" aku tak dapat melanjutkan kata-kataku saat aku menyadari obat apa itu. Jadi, ini alasan kenapa kau tak kunjung hamil, Sakura? Sebegitu tak sudinya kah dirimu untuk mengandung darah dagingku hingga kau terus mengkonsumsi pil pencegah kehamilan ini? Aku hanya dapat tersenyum miris jika memang Sakura tak ingin mengandung darah dagingku lalu apa yang bisa aku lakukan? Aku akui aku bersalah, begitu banyak dosa yang telah aku lakukan kepada Sakura, betapa aku tak bisa menjadi suami dan ayah yang baik bagi Sakura dan Shina tapi apa aku harus menyerah? Melepaskan Sakura, lalu bagaimana dengan Shina? Tentu saja Shina akan lebih memilih ikut dengan Sakura. Ingin sekali aku bisa dekat dengan Shina tapi entah kenapa semuanya terasa begitu sulit. Ini memang salahku yang sejak awal selalu menyibukan diri sendiri demi menutupi rasa bersalahku, rasa bersalah atas segala hal yang terjadi pada Sakura, rasa bersalah karena tak bisa mengabulkan keinginan Shina kecil yang selalu mencarI Ibunya. Apa yang harus aku lakukan untuk menebus kesalahanku pada mereka?

Our Wedding Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang