-Naruto-
"Bagaimana keadaan Shina?" tanyaku saat aku memasuki kamar Shina.
"Panasnya sudah mulai turun," ujar Sakura yang sedang memasang kompres di dahi Shina. Aku berjalan masuk ke kamar Shina dan duduk di bagian tepi tempat tidur berhadapan dengan Sakura yang juga duduk di depanku, sedangkan Shina masih tertidur.
"Kenapa tidak memberi tahuku?" ujarku sambil memijat kaki Shina.
"Shina tak ingin membuatmu khawatir, saat sadar dia langsung meminta pulang," ujar Sakura berdiri dari duduknya, "tadi dia sudah makan dan meminum obat, ayo kita keluar biar Shina istirahat," ujar Sakura sambil berjalan keluar kamar.
"Cepat sembuh, Sayang," ujarku membelai rambut Shina sebelum mengikuti Sakura keluar dari kamar.
Aku begitu terkejut saat tiba-tiba Sakura menelponku dan memberi kabar jika aku tak perlu menjemputnya karena dia sudah pulang, lalu Sakura menceritakan semuanya dan itu sangat mengejutkan bagiku, Shina jarang sakit jadi kabar dia pingsan benar-benar membuatku khawatir.
"Aku akan memasakan makan malam untukmu," ujar Sakura saat aku sudah menutup kamar Shina dan aku mengikutinya ke dapur karena ingin mengambil minum, entah kenapa aku merasa suara Sakura sedikit bergetar dan benar saja aku mendengar isakannya yang sedang berdiri di depan kompor.
"Sakura, ada apa? Kenapa kamu menangis?" tanyaku sambil membawa Sakura ke dalam pelukanku.
"Aku benar-benar Ibu yang buruk, aku tak akan memaafkan diriku jika terjadi sesuatu dengan Shina," ujar Sakura di tengah isakannya.
"Ssstt... Apa maksudmu? Kamu sudah melakukan yang terbaik, kamu bisa mengurus rumah ini dan juga menjalankan pekerjaanmu sebagai dokter, dan bukankah kamu sendiri yang bilang jika Shina baik-baik saja?" ujarku melepaskan pelukanku dan menghapus air mata di pipinya.
"Shina pasti membenciku," ujar Sakura sambil menggigit bibirnya, air mata masih menuruni ke dua pipinya.
"Shina sangat menyanyangimu, Sakura dan aku juga sangat sangat mencintaimu, kamu tahu aku sangat beruntung memiliki istri sepertimu dan aku yakin Shina juga merasa sangat beruntung memiliki Ibu sepertimu," ujarku seraya membawa Sakura kembali kepelukanku. "Maafkan aku, Naruto," ujar Sakura sambil membalas pelukanku dan hal ini tak bisa membuatku menahan senyumanku. Pelukan Sakura yang terasa begitu hangat bagiku.
"Apa Shina akan sadar dalam waktu dekat?" tanyaku masih memeluk Sakura.
"Shina baru meminum obat pukul 17.00 mungkin dia akan tertidur sampai pagi," ujar Sakura melepaskan pelukannya yang membuatku terpaksa ikut melepaskan pelukanku juga.
"Tapi kondisinya baik-baik saja bukan?" ujarku seraya berjalan ke lemari pendingin.
"Shina belum makan sejak kemarin malam, dan tadi pagi dia juga tak jadi bersarapan itu yang membuat tubuhnya drop, dan demamnya muncul, mungkin juga ada yang mengganggu pikirannya sehingga fisiknya menjadi gampang sekali drop, mungkin aku pengebabnya," ujar Sakura sambil menyibukan diri memotong sayuran.
"Jangan menyalahkan diri sendiri, mungkin Shina ada masalah di sekolah dengan temannya?" ujarku setelah menyelesaikan acara minumku, "dari pada memasak kenapa kita tidak lanjutkan acara kita yang semalam?" lanjutku sambil memeluk Sakura dari belakang.
"Acara apa?"
"Membuat adik untuk Shina," bisikku pada Sakura.
Duk
"Aduh~ sakit, Honey," ujarku pura-pura kesakitan atas sikutan Sakura di perutku tapi itu tak membuatku melepaskan pelukanku, aku bahkan mulai menciumi leher Sakura.
KAMU SEDANG MEMBACA
Our Wedding
FanfictionApapun alasan kita menikah, berhasil atau tidaknya pernikahan itu semua kembali ke diri kita. Rumput tetangga terkadang lebih indah tetapi jika kita bisa merawat taman kita sendiri hasilnya akan lebih indah. Naruto by Masashi Khisimoto Narusaku Sas...