-Sasuke-
Aku masuk ke dalam rumah, pikiranku kacau sejak berbicara dengan dr. Shizune, sekarang sudah jam 10 malam, aku tak langsung pulang sejak dari tempat dr. Shizune tapi tidak aku tidak mabuk-mabukan hanya merenung di taman tak jauh dari rumah kami. Saat aku memasuki ruang keluarga, aku melihat Hinata yang sedang membereskan main-mainan anak-anak, anak-anak pasti sudah tidur. Bukankah pekerjaan seorang ibu sangat banyak? Bahkan disaat anak-anaknya tertidur dia masih saja sibuk dengan berbagai pekerjaan lalu bagaimana mungkin aku justru memojokannya dan menutuhkan hal tidak-tidak pada Hinata, betapa berdosanya aku.
"Maaf Hinata," ujarku sambil memeluknya dari belakang.
"Eh Sasuke, maaf aku tidak tahu jika kamu sudah pulang, " ujar Hinata sambil hendak melepas pelukan Sasuke, agar memudahkannya berbalik tapi yang terjadi justru Sasuke mengeratkan pelukannya.
"Maaf, "ujarku lagi, kali ini air mata mulai menuruni pipiku.
"Ada apa Sasuke kenapa tiba-tiba seperti ini?"
"Tidak seharusnya aku langsung langsung menghakimimu, Hinata. Padahal aku sendiri yang berkata jika komunikasi adalah hal yang terpenting tapi aku sendiri yang melanggarnya. Aku sudah bertemu dr. Shizune."
Hinata terdiam beberapa saat sebelum menjawab, "apa dr. Shizune mengatakan semuanya?"
"Ya, kenapa kamu tidak menceritakannya Hinata?"
"Aku hanya takut-"
"Hinata tiga anak sudah cukup, yang terpenting adalah kamu ada di sisiku dan kita bisa membesarkan ketiga malaikat kita bersama-"
"Inilah yang aku takutkan sebenarnya, bukankah dia juga akan menjadi malaikat kita, Sasuke? Lalu bagaimana mungkin aku bisa membunuhnya? Sudah sewajar seorang ibu mempertaruhkan nyawanya untuk kelahiran anaknya."
"Dan membiarkan aku merawat mereka semua seorang diri? Dia masih sangat kecil bahkan belum berwujud sedangkan ketiga anak kita dan aku sudah jelas sangat membutuhkanmu, Hinata. Tolong-"
"Aku telah membuat janji dengan dr. Tsunade mari kita bicarakan dengannya besok tapi kesempatan sekecil apapun tolong dukung aku untuk mempertahankannya sampai pada batasan ku."
.
.
.
.
.
-Sakura-Tak sengaja aku melihat Hinata dan Sasuke yang tengah berjalan menuju ruangan dr. Tsunade. Aku menatap nanar punggung mereka, bagaimana Sasuke merangkul Hinata, bagaimana mereka berjalan sambil membicaraan anak-anak mereka, ya samar-samar aku mendengar mereka membicarakan tingakah anak bungsu mereka. Bukankan mereka keluarga yang sangat harmonis, sangat berbeda dengan apa yang aku miliki. Lalu pemikiran itu datang padaku, 'Seharusnya aku yang berada pada posisi Hinata.'
Ya, jika Naruto tidak melakukan tindakan bejatnya, akulah yang akan berada dalam posisi Hinata dan aku tak akan menderita seperti ini. Menderita karena pernikahan yang hampa.
"Jika kamu diposisi Hinata, bisakah kamu melepaskan cita-citamu sebagai dokter, Sakura?" Aku terkejut dengan suara Ino yang tetiba ada di belakangku.
"Dari sorot matamu, aku tahu apa yang kamu pikirkan, Sakura," aku tersenyum miris mendengar kata-kata Ino, kami berjalan bersama menuju bangku taman rumah sakit, ya aku benar-benar butuh udara segar.
"Mungkin jika aku menikah dengan orang yang aku cintai aku akan melakukan apa saja."
"Kenapa tidak melakukannya demi anakmu? Inilah yang membedakan kamu dengan Hinata, Hinata melepaskan cita-cita sebagai guru karena anak-anaknya bukan karena siapa suaminya. Jika kamu lupa mereka menikah bukan karena cinta Sakura," aku terdiam mendengar kata-kata Ino dalam hati membenarkan perkataan Ino, lalu Ino melanjutkan, "aku tahu pernikahan kalian diawali dengan kesalahan, aku sadar jika aku tidak merasakan rasa sakit yang kamu rasakan tapi sebagai ibu kita telah memiliki ikatan dengan buah hati kita sejak mereka dalam kandungan? Terlepas dari siapa ayahnya, aku pikir seorang anak lebih berharga dari siapa suami kita. Ini bukan saatnya egois menyesali masa lalu yang sudah tidak dapat diubah, ini saatnya kita memberikan masa depan yang lebih baik untuk putra kita, memberikan mereka kebahagiaan sebanyak-banyaknya."
Ya, apa yang dikatakan Ino memang benar. Sejak melihat foto-foto itu juga mengingat omongan Shina yang menginginkqn kami hidup berdua, pemikiran itu terus menghantuiku, "Ino, aku ingin bercerai dari Naruto."
"APA?!"
.
.
.
.
.Out of character ya wkwk
Maaf pendek yang penting bisa update ya, cerita yang lain juga pendek ko 😅Stay safe semua~ semoga kita selalu diberi kesehatan di jauhkan dari virus covid-19 dan semoga virus ini segera musnah. Aamiin.
#dirumahaja
Purwoketo, 30 April 2020
Sora H.

KAMU SEDANG MEMBACA
Our Wedding
FanfictionApapun alasan kita menikah, berhasil atau tidaknya pernikahan itu semua kembali ke diri kita. Rumput tetangga terkadang lebih indah tetapi jika kita bisa merawat taman kita sendiri hasilnya akan lebih indah. Naruto by Masashi Khisimoto Narusaku Sas...