Bab 6

1.9K 160 11
                                    

-Shinachiku-

"Ayah, ayo kita jalan-jalan Shina ingin beli mobil-mobilan."

"Maaf Shina, Ayah sibuk. Shina pergi sama Nenek, ya?"

.

"Ayah, Ayah! Nenek Ayah tidak mendengarku, siapa yang bersama Ayah, Nek?"

.

Aku hanya dapat tersenyum sinis saat ingatan itu muncul kembali, keinginanku untuk bersekolah hancur sudah, suasana hatiku benar-benar buruk. Bagaimana mungkin kejadian saat aku berumur 3 tahun tak pernah mau hilang dari ingatanku? Kejadian itu adalah awal mimpi burukku. Aku langkahkan kakiku menuju ke pemakaman, tak ada yang aku kunjungi di sini, aku hanya senang berada di sini tempat ini tenang, terkadang aku berfikir untuk apa aku di lahirkan jika yang ada kedua orang tuaku justru tak perduli padaku.

"Shina?" aku menoleh saat aku mendengar suara lembut yang memanggilku dari arah belakangku.

"Ah, ternyata benar Shinachiku, kenapa kamu ada di sini?" ujar Tante Hinata dengan senyum lembutnya, kaget? Tentu saja, tiba-tiba bertemu dengan Ibu Hika di sini padahal aku jarang bertemu orang karena ini termasuk pemakaman tua yang sudah penuh.

"Kenapa Tante ada di sini?" bukannya menjawab pertanyaan Tante Hinata, aku justru balik bertanya.

"Tante mengunjungi makam orang tua Tante, kamu tidak sekolah?" aku terdiam tak tahu harus menjawab apa.

"Ayo, kita duduk di sana," ujar Tante Hinata sambil menggenggam pergelangan tanganku dan menuntunku ke tempat duduk panjang yang ada di pinggir pemakaman.

"Apa yang kamu pikirkan? Ceritakanlah, berbagi cerita dengan orang lain bisa meringankan bebanmu," ujar Tante Hinata setelah kami duduk bersebelahan, aku semakin menunduk mendengar omongan Tante Hinata, seandainya Ibu juga mau membujukku seperti ini.

"Apa kamu mengunjungi makam seseorang?" tanya Tante Hinata saat aku tak kunjung berbicara.

"Tidak, aku hanya ingin menyendiri," ujarku tanpa menoleh kepada Tante Hinata, aku tetap menunduk.

"Apa orang tuamu tahu?" tanyanya yang hanya aku balas dengan gelengan kepala," nanti Ibumu cemas, Shina," ujar Tante Hinata sambil membelai rambutku.

"Ibu tak pernah perduli padaku, dia hanya perduli pada pekerjaannya."

"Tidak ada Ibu yang tak perduli pada anaknya, Shina. Kamu tahu? Banyak anak di luar sana yang bahkan ingin tahu seperti apa Ibu mereka tapi mereka tidak bisa entah karena Ibu mereka telah tiada bahkan ada yang sengaja di buang oleh orang tuanya tapi lihat betapa beruntungnya Shina? Walaupun Ibumu sibuk tapi kalian tinggal di atap yang sama walaupun Ibumu sibuk tapi dialah orang yang sudah berjuang untung melahirkanmu ke dunia ini, mengandung dan melahirkan itu tidak mudah loh, Shina. Tante yakin Ibumu pasti sangat menyayangimu," ujar Tante Hinata sebelum membawaku ke dalam pelukannya," kamu beruntung setidaknya saat kamu bermimpi buruk kamu bisa ke kamar Ibumu, atau kamu bisa ke tempat kerja Ibumu saat kamu ingin bertemu dengan Ibumu tapi Tante? Sejak kecil Tante hanya bisa melihat foto Ibu Tante karena beliau telah meninggal saat melahirkan Tante," aku membalas pelukan Tante Hinata dan tanpa bisa aku tahan air mataku mengalir, selama ini aku selalu menyalahkan Ibu yang tak ada waktu untukku tanpa berusaha menciptakan waktu untuk kami.

#

#

#

#

#

Tok Tok Tok

Setelah untuk beberapa saat aku berdiri di depan ruangan Ibu, aku memutuskan untuk mengetuk pintu ruangannya, sebelumnya aku sudah bertanya pada suster apakah Ibuku sedang sibuk atau tidak. Aku datang ke rumah sakit setelah selesai berbicara dengan Tante Hinata, aku berfikir ini saatnya aku menciptakan ruang bagi aku dan Ibu, jika Ibu tidak bisa menciptakannya maka aku yang akan menciptakannya.

Our Wedding Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang