Satu minggu telah berlalu, bukannya membaik, hubungan Delima dan Arkha malah semakin dingin, mereka seperti dua orang asing yang tinggal di satu atap. Arkha lebih sering menghabiskan waktunya di dalam kamar di lantai dua saat ia sedang di rumah. Ia hanya akan turun untuk mengambil makan dan minum, memasukkan baju ke mesin cuci di ruang laundry di bawah tangga atau menjemur baju di pekarangan belakang.
Delima lebih memilih untuk menyibukkan diri, berangkat ke kampus pagi-pagi dan pulang di sore hari, bukan tanpa alasan, Delima sekarang ini memang sedang rajin pergi ke Gym untuk sekedar cardio sepulang kampus, tujuannya tentu hanya satu, yaitu agar berat badannya bisa sedikit berkurang dan Arkha perlahan bisa menerimanya. Sesampainya di rumah, ia memasak makan malam untuk dirinya sendiri karena percuma saja ia memasak untuk lelaki itu, ujung-ujungnya malah akan memicu pertengkaran, dua hari lalu adalah terakhir kalinya Delima memutuskan memasak makanan untuk Arkha setelah makanan yang Delima buat tidak pernah disentuh dan malah di buang dengan sengaja. Arkha bersitegas tidak akan pernah memakan makanan yang di masak oleh Delima.
Hari ini Delima ada kegiatan bakti sosial bertajuk jum'ah berkah di kampus, agendanya adalah mengadakan bazar sembako murah untuk masyarakat umum yang membutuhkan, acara di mulai ba'da ashar hingga magrib, alhasil menjelang isya' Delima baru sampai rumah. Tubuhnya terasa sangat lelah, ia menaruh asal tas ranselnya kemudian membanting tubuhnya ke atas sofa, bersandar. Tulang di pundak dan pinggangnya terasa ingin patah, kakinya juga sama pegalnya. Perutnya sangat lapar karena dari siang ia tak sempat makan. Delima bangkit berdiri dengan malas, perutnya memaksa ia untuk berjalan ke sudut dapur, berhenti di depan sebuah kulkas dua pintu, membuka pintu bawah, kosong, hanya ada botol air mineral, beberapa kotak jus jeruk, beberapa kaleng cola dan sebuah sterofoam berlogo restoran cina berisi sisa makanan yang pastinya milik Arkha, dua botol madu, dan kotak obat di rak paling atas. Delima tak mendapati sesuatu yang bisa ia masak ataupun makan, ia benar-benar lupa kalau bahan makanan di kulkas telah habis dari kemarin. Delima berbalik berjalan ke ruang tamu, mengambil ponsel dari saku tasnya. Jemarinya memencet-mencet layar ponsel kemudian mendekatkannya ke telinga.
" Halo mas Arkha..emm..bisakah Delima minta tolong?". Delima berbicara dengan lirih, sesekali ia menggigit bibir bawahnya karena gugup.
" Apa?", tanya Arkha singkat
" Mas Arkha bisa mengantar Delima ke supermarket? Di kulkas tidak ada apa-apa yang bisa di masak". Jelas Delima sedikit ragu, takut kalau Arkha akan menolak permintaan tolongnya.
Hening.
" Aku ganti baju dulu ". Jawabnya singkat sambil menutup sambungan telfon dari Delima.
10 menit kemudian Delima melihat Arkha yang sedang menuruni tangga, melewati Delima tanpa berkata apa-apa, kemudian membuka pintu depan rumah. Terdengar suara disusul cahaya lampu mobil yang berkedip tiga kali pertanda pintu mobil sudah tidak terkunci. Delima bergegas berdiri berjalan mengekori Arkha setelah sebelumnya memastikan pintu rumah telah terkunci.
Tak ada percakapan apapun di sepanjang jalan mereka menuju supermarket. Arkha fokus menyetir dan Delima hanya memandangi pemandangan di luar jendela mobil sebelah kiri, melamun. Sampai Delima tak sadar kalau mereka sudah sampai di parkiran supermarket, lamunannya buyar saat Arkha mengetuk dari luar jendela. Delima lantas buru-buru keluar dari mobil.
Delima mendorong keranjang belanjaan yang kosong, tangannya sibuk membuka catatan daftar belanjaan yang sebelumnya telah ia tulis, ia berbelok ke kiri memasuki lorong buah dan sayur, sedangkan Arkha terus berjalan lurus melihat-lihat barangkali ada barang yang dia butuhkan.
Matanya tertuju pada produk alat cukur elektrik di rak paling bawah sebelah kiri, ia berjongkok, tangannya terjulur mengambil produk tersebut, memandang kertas harga yang tertempel di rak, ah..ternyata lumayan mahal. Arkha menaruh produk itu ke tempat semula dan memutuskan untuk tidak membeli, toh di rumah ia masih punya satu yang manual.BRAK...
Tubuhnya terpental ke belakang, tidak sengaja bertabrakan dengan orang lain ketika membalikkan badan.
" Aw..."
Arkha mendapati di depannya terduduk seorang perempuan yang mengaduh kesakitan sambil mengelus siku tangannya. Perempuan itu berbadan ramping, kulitnya seputih susu, memakai baju terusan berwarna baby blue senada dengan sepatunya, rambutnya hitam lurus tergerai dan bergelombang natural di ujungnya, meskipun menunduk tapi Arkha bisa menerka kalau wajah perempuan itu pasti sangat cantik, terlihat dari alisnya yang rapi, bulu matanya yang lentik dan hidungnya yang tampak mancung dilihat dari atas.
" Maaf saya tidak sengaja, kamu engga apa-apa kan?", tanya Arkha membantu perempuan itu berdiri.
" Kalau jalan pakai mata dong, lihat kan ini jadi pecah !". Perempuan itu memperlihatkan kaca matanya yang pecah akibat tertindih badannya yang jatuh karena tertabrak Arkha tadi.
" Maaf saya tidak sengaja".
" Enak saja cuma minta maaf."
Perempuan itu mendongak marah, pandangan mereka bertemu, kini Arkha bisa melihat wajah perempuan itu dengan sangat jelas." Dinda..", spontan Arkha bergumam, ia tampak terkejut mendapati wajah perempuan di hadapannya saat ini sama persis dengan wajah dalam potret yang digunakan Delima untuk membohongi Arkha. Wajah yang sangat Arkha rindukan.
" Ck..", perempuan itu mendengus kesal, membuyarkan pikiran Arkha
Arkha segera mengeluarkan ponsel di saku celananya.
" Boleh minta nomor ponselmu? Aku akan menghubungimu nanti dan mengganti kaca matamu yang pecah dengan yang lebih bagus". Arkha menyodorkan ponselnya ke perempuan itu, lantas ia mengambilnya dengan kasar, jemarinya mengetikkan deretan angka di ponsel Arkha.
" Nih ! ". Perempuan itu menyodorkan kembali ponsel Arkha
Arkha mengambil ponselnya dengan tangan kiri, kemudian mengulurkan tangan kanannya ke depan perempuan cantik itu, sambil tersenyum.
" Aku Arkha "
" Sarah ". Jawab perempuan itu sambil menjabat tangan Arkha.
Tbc >>>>>
KAMU SEDANG MEMBACA
Beautiful Lies
RomanceKisah cinta penuh luka dan liku dari perempuan bertubuh gempal bernama Delima, dimulai dari sebuah kebohongan yang ia ciptakan sendiri hanya untuk bersenang-senang dan mendapat teman di sosial media, pada akhirnya malah mempertemukan ia dengan Arkha...