Jiwa dan raga Delima telah sangat letih. Rasanya ia ingin mengakhiri semua kesengsaraan hidupnya sebagai istri dari seorang Aditya Arkhala, tapi ia tak sanggup. Delima mengelus perutnya pelan. Ada sebagian dari Arkha yang mendiami rahimnya saat ini. Ia tak berdosa.
Delima tak berdaya, merasa sepi dan sendirian, ia merasa bodoh karena telah melakukan kesalahan yang membuatnya harus menanggung ini semua. Ia merasa terpuruk dan tersakiti begitu dalam. Air matanya mengalir dalam diam, ia teringat saat-saat kecil dulu, saat ia bermain boneka di teras rumah, saat bertengkar dengan kaka kembarnya, Angga dan Anggi karena berebut paha ayam goreng, atau saat ia bermain dengan Sita sampai lupa waktu. Saat di mana ia tak mengenal apa itu jatuh cinta dan patah hati. Mendadak Delima rindu orang tuanya, menghubungi mereka dalam keadaan seperti sekarang ini, mungkin malah akan menambah kesedihan dan luka, ia tak mau orangtuanya khawatir. Pada akhirnya Delima tertidur setelah lelah menangis.
Di meja makan, Aira hanya diam, ia kehilangan mood makan. Bahkan udang bakar madu kesukaannya yang terlihat menggiurkan mendadak jadi hambar. Bagaimana tidak, sekarang ini kaka laki-lakinya sedang membawa selingkuhannya ke rumah, dan lebih parah dari itu. Di depan kaka iparnya yang baik, ibunya malah memuji perempuan lain. Dalam hati, Aira berandai-andai, kalau saja ada ayahnya di sini, pasti ia akan murka dan membela kaka iparnya. Ayahnya menyayangi Delima sama seperti ia menyayangi Aira, di matanya Delima adalah sosok menantu yang sopan dan penyayang.
Aira meletakkan sendoknya dengan kasar, berdiri, menatap tidak suka ke Arkha dan Sarah yang duduk di depannya secara bergantian. Meninggalkan meja makan. Ia duduk di ruang tengah, lebih memilih memainkan ponselnya dari pada harus melihat pemandangan yang membuat hatinya muak. Ia tidak memperdulikan perutnya yang masih keroncongan.
Arkha baru menyadari kalau ternyata Delima pandai memasak, selama ini, ia tak pernah sekalipun mau memakan masakan yang dihidangkan olehnya. Hari ini pertama kalinya ia makan udang bakar madu dan cumi yang rasanya sepuluh kali lebih enak dari yang biasa ia beli. Karena terlalu fokus makan, Arkha sampai tak menyimak apa saja yang ibunya dan Sarah bicarakan.Arkha adalah orang yang pemilih dalam hal makanan, ia hanya akan makan banyak seperti sekarang ini saat makanan yang ia makan benar-benar enak, secara tidak sadar ia hampir menghabiskan satu piring besar udang bakar madu dan hanya menyisakannya dua ekor.
Jam setengah 9 malam Delima baru bangun, badannya sangat lemas, perutnya mual lagi seperti beberapa waktu yang lalu, bahkan ia juga demam. Untuk saat ini ia tak mendengar suara lain di luar, selain suara TV yang ada di ruang tengah. Delima berjalan keluar kamar, di ruang tengah ada Aira yang tertidur di sofa panjang dan TV yang menyala, menyiarkan sesi komentar pada sebuah ajang kompetisi menyanyi. Ia mematikan TV setelah sebelumnya membenarkan posisi tidur aira yang terlihat kurang nyaman.
Ia berjalan ke dapur, menghela napas pelan. Di dalam bak wastafel dapur ia melihat tumpukan alat makan bekas tadi siang dan juga beberapa kotak makanan kosong dari salah satu merk ayam goreng cepat saji. Mungkin mereka memilih memesan makanan cepat saji untuk makan malam, ketika Delima sedang tidur.Delima memasukkan kotak-kotak bekas makanan tadi ke dalam plastik sampah. Ia mengambil apron di laci kitchen set, mengikat talinya ke belakang pinggang, menuangkan sabun cuci piring ke wadah kecil yang berisi sedikit air dan spons cuci, kemudian mencuci semua peralatan kotor yang ada di wastafel. Sesekali ia menepuk-nepuk pelan pinggangnya yang terasa pegal. Saat membilas piring terakhir, telinganya seperti mendengar orang yang sedang bercakap-cakap dari arah pekarangan belakang. Dan sekarang ia penasaran.
Dari jendela rumah yang mengarah ke pekarangan belakang, Delima melihat Arkha sedang berdiri, tangan kanannya memegang ponsel yang sedang ditempelkan ke telinga. Ia nampak seperti orang yang sedang frustasi. Dari nada bicaranya yang tinggi, Delima tau sepertinya Arkha sedang bertengkar dengan orang di seberang telfon. Mungkin itu Sarah. Entahlah.
" Aku kan sudah minta maaf Sarah.., kita kan masih bisa membelinya besok".
" Iya..iya, aku memang sudah janji hari ini, tapi kan ada ibuku, kemarin ibuku tidak bilang kalau akan datang hari ini, baru tadi pagi dia menelfon kalau akan datang, ibuku ingin sekali bertemu denganmu Sarah...".
Rupanya Sarah sedang marah dengan Arkha, karena sebelumnya ia sudah janji kalau hari ini akan membelikan Sarah sepatu louboutin edisi terbatas yang telah lama ia idamkan bahkan sebelum sepatu itu launching di pasaran. Tapi rencana itu gagal karena ia malah membawa Sarah untuk menemui ibunya yang datang ke rumah. Padahal dua hari yang lalu Arkha baru saja membelikan Sarah tas LV sebagai hadiah karena menerima cintanya.
" Yasudah, sekarang kamu jangan marah lagi, tidur, besok kita beli sepatunya itu pagi-pagi ".
" Aku mencintaimu ".
Arkha menutup sambungan telfonnya, ia menghela napas kemudian membalikkan badan, saat memasuki rumah, ia melihat Delima, sedang berdiri di dekat jendela, tatapan mereka bertemu. Arkha melihat ke dalam mata Delima yang berkaca-kaca, ia sadar sebenarnya perempuan ini memiliki mata cokelat yang indah, namun baru beberapa detik, pikiran itu pudar begitu saja mengingat kebohongan yang dilakukan Delima padanya. Delima tersenyum kecut, mendapati Arkha yang berlalu pergi begitu saja tanpa menjelaskan apa-apa.
Tbc >>>
KAMU SEDANG MEMBACA
Beautiful Lies
RomanceKisah cinta penuh luka dan liku dari perempuan bertubuh gempal bernama Delima, dimulai dari sebuah kebohongan yang ia ciptakan sendiri hanya untuk bersenang-senang dan mendapat teman di sosial media, pada akhirnya malah mempertemukan ia dengan Arkha...