Bab 8

622 60 2
                                    

Sepeninggalan Sarah, Arkha hanya terdiam mematung, hatinya senang bukan kepalang, bagaimana tidak, sosok perempuan yang selama ini ia rindukan tiba-tiba hadir di depan mata. Perempuan yang ia dambakan untuk menjadi istri, sempurna, batin Arkha. Dia cantik, bertubuh langsing dan Ah...Arkha mengusap mukanya kasar ketika dering ponsel mengacaukan imajinasinya, ternyata Delima yang menelfon.

" Halo, Mas Arkha di mana?, Delima sudah selesai berbelanja, Delima pikir mas Arkha sudah keluar duluan menunggu di mobil, tapi ternyata engga ada ". Tanya Delina dari seberang telfon.

Arkha mematikan sambungan telfonnya sambil melangkah ke parkiran tanpa menjawab apa-apa. Dari kejauhan ia melihat perempuan gempal memakai kemeja panjang berwarna cokelat muda, jeans hitam dan hijab yang satu warna lebih tua dari bajunya, dia berdiri di sebelah mobil, dua tangannya menjinjing tas plastik besar berisi belanjaan. Perempuan itu tersenyum ketika Arkha sampai di depannya, namun seperti biasa lelaki itu mengacuhkannya.

Arkha langsung berjalan naik ke lantai atas begitu ia memasuki rumah, dibelakangnya Delima terlihat susah payah membawa 2 plastik besar belanjaan di kedua tangan sambil kakinya berusaha menggapai pintu, menutupnya. Kemudian Delima berjalan ke dapur, meletakkan semua belanjaannya di atas meja, mulai mengeluarkan isinya dari plastik dan menatanya di kulkas. Setelah semua selesai tertata dengan rapi di tempatnya, ia mengisi sebuah panci kecil dengan air, meletakkannya di atas kompor yang telah ia nyalakan. Tangannya menggapai mangkuk kemudian membuka satu bungkus mie instant untuk di masak. Sambil menunggu mie nya matang angannya kembali terbang ke saat-saat dirinya dan Arkha dulu baru kenal.

Di dalam kamar, Arkha terus mengulum senyum lebar, hatinya dag dig dug tidak karuan karena membayangkan wajah cantik Sarah, ia merebahkan diri di kasur memejamkan mata setelah sebelumnya mendial nomor Sarah

" Halo..", sapa suara perempuan di seberang

" Halo Sarah. Ini Arkha yang tadi di supermarket".

" Oh..kamu "

" Apa aku mengganggumu?"

" Tidak, kenapa?"

" Apa besok kamu ada waktu luang?, sebagai permintaan maafku, aku ingin mentraktirmu makan dan membeli kaca mata yang baru"

" Boleh, kita ketemu di mall xxx jam 1 siang, kebetulan aku ada pemotretan di studio dekat sana dari jam 10 pagi ".

Hati Arkha saat ini sedang berbunga-bunga, dengan semangat dia meng "iya" kan saran dari Sarah soal kapan dan di mana mereka akan bertemu besok. Obrolan mereka berlanjut sampai dini hari, Sarah bercerita tentang siapa dirinya begitu juga sebaliknya terkecuali statusnya yang sudah memiliki istri saat ini. Arkha semakin mengagumi sosok cantik Sarah. Sarah adalah seorang model dari brand pakaian lokal di kota itu yang sangat termasyhur, ia juga mahasiswi manajemen tingkat 5 di kampus yang sama dengan Delima. Suaranya memang tak semerdu Delima, tapi nampaknya Sarah adalah pribadi yang sangat cheerful dan supel dalam bergaul.

Malam itu Arkha tidak dapat tidur nyenyak, dia sesekali terjaga, menatap langit-langit kamar, bibirnya tak hentinya tersenyum. Ia tak sabar menunggu esok pagi saat di mana ia akan bertemu Sarah.

Sudah setengah jam Delima duduk di meja makan, tangan kanannya memegang sumpit, mengaduk-ngaduk mie instannya yang masih sisa setengah di mangkuk, sebenarnya ia masih sangat lapar, tapi perutnya mendadak nyeri dan mual. Lambungnya pasti kambuh lagi karena beberapa hari ini ia tidak makan dengan benar, bahkan hari ini baru makan sekali di pagi hari, itupun cuma cereal dengan susu tawar.

Hoek..

Delima berlari ke kamar mandi, terhitung sudah 3 kali ia bolak-balik kamar mandi memuntahkan isi perutnya yang hanya keluar cairan berwarna bening, ia menepuk-nepuk dadanya kemudian membasuh mulutnya di wastafel, berjalan keluar kamar mandi, berjongkok di depan kulkas mencari kotak obat dan berharap menemukan obat lambungnya di sana. Delima menghela napas lega, beruntung, ia masih punya sisa 2 butir obat lambung, meminumnya satu.

Delima membereskan meja makan, menaruh mangkuk kotornya di wastafel dan berencana akan mencucinya esok pagi. Ia berjalan masuk ke kamar, merebahkan dirinya ke kasur, matanya berusaha terpejam tapi telinganya sayup-sayup mendengar suara Arkha, kelihatannya ia sedang mengobrol dengan seseorang di telfon. Sesekali Delima mendengar suara Arkha tertawa renyah, rasanya belum pernah ia mendengar suara tawa itu lagi dari semenjak pertemuan mereka di stasiun pertama kali. Arkha selalu bersikap dingin dengan Delima, tapi siapa yang dini hari masih mengobrol dengan Arkha?, seseru apa pembicaraan mereka sampai bisa membuat Arkha tertawa lagi?. Hati Delima diliputi rasa penasaran, namun rasa kantuk efek dari obat lambung yang ia minum tadi membuatnya pelan-pelan tertidur.

Tbc >>>>

Beautiful LiesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang